Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-05-19 14:07:56    
Perusahaan Tiongkok Diimbau Tingkatkan Rasa Tanggung Jawab

cri

Baru-baru ini kata-kata seperti Sudan I, teflon, parolin, kecelakaan tambang dan sebagainya yang mengerikan dan sering muncul berkali-kali mempertanyakan tanggung jawab soisal perusahaan. Dalam Forum Global Fortune yang berlangsung di Beijing baru-baru ini, para elite dunia bisnis selain memperhatikan masalah kekayaan, juga telah membahas secara mendalam topik tentang bagaimana menjadi "warga korporasi" yang terbaik.

Wang Zhile, Direktur Pusat Penelitian Perusahaan Transnasional di bawah Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan, bagi perusahaan di Tiongkok, banyak di antaranya yang masih kurang memiliki kesadaran tanggung jawab sosial. Mereka masih berada pada level "mengejar keuntungan maksimal pemegang saham".

Wang Zhile berpendapat, sebuah perusahaan umumnya mengalami tiga tahap dalam perkembangannya, yaitu periode-periode semata-mata mencari untung, mengejar skala dan warga korporasi. Kini sebagaian terbesar perusahaan di Tiongkok masih berada pada tahap pertama, dan hanya sebagian yang sudah memasuki tahap kedua.

Profesor Xue Lan dari Universitas Tsinghua mengatakan, pada tahun-tahun belakangan ini, di Tiongkok sering terjadi kecelakaan tambang dan masalah keamanan dalam produksi sangat banyak, salah satu di antaranya ialah kurangnya kesadaran "warga korporasi". Tiongkok kini sedang berada pada tahp transisi dari ekonomi berencana ke ekonomi pasar. Dalam proses ini muncul banyak perusahaan kecil swasta yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab sosial. Di pihak lain, dalam proses peralihan itu, masih terdapat sejumlah celah dalam menuntut tanggung jawab sosial perusahaan dan pembangunan mekanisme yang terkait.

Mengejar laba dianggap sebagai sifat pembawaan atau kodrat perusahaan. Namun sejalan dengan perkembangan sosial, tanggung jawab perusahaan semakin menjadi kriteria untuk menilai baik buruknya sebuah perusahaan. Bagaimana menangani dengan baik hubungan perusahaan dengan masyarakat, bagaimana menyeimbangkan hasil ekonomi dan penempatan tenaga kerja, bagaimana mengalihkan keuntungan ekonomi dan menambah lapangan kerja, bagaimana melakukan hal-hal untuk kesejahteraan umum dalam batas kemampuannya di luar sebagai pembayar pajak, dan bagaimana memikul lebih banyak tanggung jawab sosial, telah menjadi topik penting masyarakat dewasa ini.

Dalam pemeringkatan perusahaan di majalah bisnis Fortune dan Forbes dewasa ini telah ditambah kriteria "tanggung jawab sosial". PBB juga lembaga penting yang mendorong perusahaan mengambil tanggung jawab sosial. Sekjen PBB, Kofi Annan pada Januari 1999 mengajukan Persetujuan Global. Dalam mana dikeluarkan imbauan kepada para pemimpin bisnis di dunia agar perusahaan menaati 9 prinsip dasar di bidang hak asasi manusia, standar perburuhan dan lingkungan. Perusahaan-perusahaan diharapkan mengekang perilaku dirinya yang mencari keuntungan egois, dan memikul lebih banyak tanggung jawab sosial.

Namun, para pakar dan elite bisnis yang menghadiri Forum Global Fortune kali ini sangat yakin terhadap masa depan pembangunan "warga korporasi" di Tiongkok.

Dikatakan oleh Xue Lan, untuk membina warga korporasi terbaik, tidak mungkin berhasil dalam waktu singkat, tapi butuh upaya bersama berbagai lapisan masyarakat, termasuk media, konsumen, pemerintah, organisasi non pemerintah dan perusahaan.