Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-05-19 16:00:05    
Seni Ukir Kayu, Batu Bata, Batu dan Bambu di Huizhou

cri

 

Huizhou yang terletak di Provinsi Anhui, Tiongkok Tengah merupakan tempat asal usul Gaya Anhui Arsitektur Tiongkok. Salah satu ciri khas arsitektur Gaya Anhui ialah bagian bangunannya, baik yang terbuat dari kayu, batu bata, batu atau bambu, semuanya diukir dengan teliti, dan dijuluki oleh seniman seniwati dalam dan luar negeri sebagai "empat seni ukir Huizhou", yang mempunyai nilai sejarah dan seni yang tinggi.

Seni ukir kayu, batu bata, batu dan bambu Huizhou tertutama dimanfaatkan untuk penghiasan bangunan, antara lain, perumahan rakyat, kelenteng, kuil dan pertamanan. Selain itu, seni ukir Huizhou juga digunakan untuk pembuatan perabot rumah gaya klasik, sekesel, tabung mopit dan bakhi. Seni ukir Huizhou mulai berkembang sejak masa Dinasti Song pada abad ke-10, dan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Ming dan Dinasti Qing antara tahun 1368 dan tahun 1911.

Seni ukir batu bata Huizhou sangat mengutamakan pilihan bahan mentah. Batu bata yang umumnya dipakai untuk diukir harus melalui proses pembakaran dengan teknik istimewa dan dipepat dengan teliti. Teknik pengukirannya termasuk ukir grafik, ukir bas-relief, dan ukir tiga dimensi dengan tema aneka ragam, antara lain, bulu burung, bunga, binatang, pemandangan alam dan figur dalam lakon opera tradisional.

Seni ukir batu bata secara luas digunakan dalam arsitektur gaya Anhui, yang kelihatannya khidmat dan halus. Pada masa awalnya, seni ukir Huizhou agak kasar dan sederhana, tapi sejalan dengan tuntutan para pedagang kaya setempat terhadap kehidupan yang berfoya-foya, maka seni ukir Huizhou pun berkembang ke arah yang rumit dan halus, sehingga lapisan ukiran dengan metode terawang semakin bertambah, bahkan dapat mencapai 9 lapisan. Misalnya di sebuah batu bata berbentuk persegi dengan ukuran panjang dan lebarnya sama-sama 30 sentimeter serta tebalnya tidak sampai 4 sentimeter, juru ukir Huizhou dapat menciptakan karya ukir yang berstruktur sangat rumit, yang berlapisan banyak, dengan punjung, gedung, pohon, gunung, air, figur manusia serta binatang dan serangga semuanya terukir di dalamnya. Karya ukir itu dapat dilihat dari bagian muka sampai ke bagian belakang dan kelihatannya seperti transparan, dengan berbagai lapisannya terletak bersilangan secara harmonis. Di sebuah museum di Huizhou tersimpan sebuah karya ukir batu bata yang luar biasa. Di batu bata itu terukir Bodhisatwa yang berpakaian zirah emas, yang umumnya dipandang sebagai karya representatif seni ukir batu bata Huizhou. Menurut hasil survei arkeologis, proses mengukir batu bata itu memakan waktu 1200 jam.

Seni ukir batu Huizhou terutama dimanfaatkan untuk menghiasi pilar dan tembok perumahan atau kuil, serta gapura dan makam. Bahan yang diukir berasal dari batu setempat yang berwarna kebiru-biruan dan coklat. Ukir batu Huizhou terutama bertema binatang dan tumbuh-tumbuhan, barik-barik dan kaligrafi, tapi jarang bertema figur manusia dan pemandangan alam. Sekarang di sebuah kelenteng setempat tersimpan sebuah gambar ukiran batu yang berjudul Seratus Rusa. Gambar batu ukir itu terdiri dari 9 buah batu, dan di atasnya terukir seratus aneka rusa yang tersembunyi dalam pohon tusam, batu berwajah aneh, sungai kecil dan rumput. Gambar ukir batu itu patut disebut karya yang sangat langka dalam sejarah.

Di daerah pegunungan Huizhou yang kaya dengan bahan kayu, bangunannya kebanyakan menggunakan kayu sebagai bahan bangunan. Dengan ini, seni ukir kayu juga berkembang menjadi seni ukir yang paling banyak digunakan dan bermutu paling tinggi dibanding dengan tiga seni ukir lainnya. Seni ukir kayu terlihat di mana-mana, antara lain, jendela, langkan, belandar, pilar, pintu, sekesel, ranjang, meja, kursi, dan alat-alat tulis. Tema seni ukir kayu Huizhou juga sangat luas, misalnya corak rakyat, tokoh agama, lakon opera, pemandangan alam, bunga, burung, serangga dan ikan, serta adat istiadat dan kehidupan sosial.

Di Huizhou banyak dihasilkan bambu. Dengan bambu sebagai bahan mentah, seni ukir Huizhou banyak diterapkan untuk mencerminkan kaligrafi, obyek wisata, dongeng dan sebagainya. Tabung bambu mopit dengan ukiran Huizhou merupakan alat tulis yang sangat digemari sarjana zaman kuno Tiongkok.