Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-05-31 12:56:38    
Kemunduran atau Kesempatan- Perdagangan Tekstil Tiongkok Dalam Era Post-Kuota

cri

Ribut-ribut masalah pembatasan larangan terhadap beberapa produk tekstil dan pakaian Tiongkok yang masuk ke dalam beberapa pasar perdagangan dunia seiring dengan laju pertumbuhan pesat produknya tersebut, hingga kini belum terselesaikan juga, walau beberapa perundingan melalui jalan musyawarah telah berkali-kali pula diadakan, bahkan menteri perdagangan Tiongkok telah pula turut mengimbau AS dan UE untuk tidak mengeluarkan larangan-larangan tersebut terhadap produk tekstil dan pakaian Tiongkok, namun kiranya penyelesaian tersebut belum mencapai hasil yang memuaskan bagi beberapa pihak yang terkait dalam masalah ini.

Menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan, penyebab keluarnya larangan-larangan tersebut ialah, AS dan UE merasa resah terhadap hadirnya produk tekstil dan pakaian Tiongkok ke dalam pasar AS dan UE yang kian marak dan bahkan telah mendominasi beberapa pasar mereka. Hal ini tentu saja mendatangkan berbagai pengaruh dalam negeri mereka sendiri, seperti salah satunya ialah, timbulnya protes keras dari beberapa pabrik industri tekstil dan pakaian dalam negeri AS yang menuntut agar dibatasinya produk tekstil dan pakaian Tiongkok yang masuk ke dalam pasar perdagangan AS, sehingga tidak akan mengancam laju pertumbuhan tekstil dan pakaian dalam negeri AS, demikian pula halnya dengan pasar Uni Eropa (UE).

Maka AS mulai mengeluarkan beberapa tindakan perlindungan dengan mengeluarkan larangan-larangan melalui Koalisi Aksi Perdagangan Manufaktur Amerika (AMTAC) pada tanggal 13 Mei lalu terhadap tiga jenis produk tekstil ekspor Tiongkok yaitu meliputi pantalon katun, kemeja katun, dan pakaian dalam dari katun alami serta serat buatan. Kemudian pada tanggal 18 Mei AMTAC sekali lagi mengumumkan beberapa larangan terhadap empat kategori lainnya dari beberapa produk tekstil Tiongkok yaitu di antaranya, bahan katun dan kemeja laki-laki dari serat buatan, pantalon dari serat buatan, kemeja rajutan dan benang katun dari serat buatan.

Hal serupa juga akan diikuti oleh UE, di mana saat ini UE sedang menyelidiki sembilan jenis produk tekstil dan pakaian ekspor Tiongkok termasuk T-shirt yang masuk ke dalam pasar mereka, dan kemungkinan UE juga akan mempertimbangkan untuk memaksa mengeluarkan larangan perlindungan yang sama seperti yang dilakukan oleh AS.

Menurut Perjanjian Pakaian dan Tekstil yang telah diefektifkan 10 tahun yang lalu, global kuota atas pakaian dan produk-produk busana yang telah berusia 40 tahun semestinya dihapus setahap demi setahap pada tanggal 1 Januari 2005 lalu, sehingga dapat melepaskan perdagangan bahan tekstil ke seluruh dunia. Namun hanya berselang beberap bulan saja setelah pencabut sistem kuota tersebut dilakukan, AS dan UE bergegas untuk mengeluarkan beberapa peraturan kerasnya terhadap produk tekstil ekspor Tiongkok, dengan meninggalkan industri tekstil Tiongkok dalam masa depan yang kabur.

Suatu Kesempatan yang Baikkah Bagi Tiongkok ?

Jika dibandingkan dengan negara dan wilayah lain di belahan dunia ini, Tiongkok memiliki beberapa keuntungan dalam perdagangan dan produksi tekstil serta pakaian. Berbagai keuntungan tersebut di antaranya, Tiongkok memiliki tenaga buruh terampil yang besar dan murah. Juga kaya dalam aneka bahan, katun, bulu, linen, dan serat buatan untuk mengembangkan industri tekstilnya. Tiongkok juga memiliki kemampuan pengolahan yang baik dan menuntun dunia dalam perkembangan dan memproduksi bahan-bahan dan kain. Selain itu Tiongkok juga memiliki kemajuan dan efisiensi tinggi terhadap kelompok industri tekstil dan pakaian. Semua elemen ini telah mengantarkan industri tekstil Tiongkok ke dalam tempat yang sangat kompetitif. Terlepas dari berbagai masalah ini, setelah bertahun-tahun melakukan inovasi dan reformasi terhadap kelembagaan, investasi skala besar dan pembangunan beberapa jalan, rel kereta api, serta pelabuhan, fasilitas perdagangan Tiongkok telah meningkat tajam, yang mana pada gilirannya secara signifikan telah meningkatkan efesiensi transaksi dan pengurangan biaya.

Beberapa hal tersebut telah memberikan keuntungan besar bagi Tiongkok terhadap beberapa produk tekstil yang dapat dijual murah ke dalam perdagangan dunia, dan telah menjadikan Tiongkok sebagai eksportir dan produsen produk tekstil terbesar di dunia. Tiongkok bahkan telah mendominasi beberapa pasar pakain dan tekstil menengah dan kecil dunia selama bertahun-tahun.

Secara kronoligis laju perkembangan produk tekstil dan pakaian ekspor Tiongkok sebelum bergabung ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) kerap mengalami pasang surut yang besar. Namun setelah Tiongkok bergabung ke dalam WTO, maka laju perkembangan produk tekstil dan pakaian meningkat sangat pesat. Ini diketahui melalui beberapa hasil laporan perdagangan tekstil dan pakaian dunia, di mana pada tahun 2002-2004 laju pertumbuhan tahunan produk ekspor tekstil Tiongkok untuk AS sebesar 29,2 persen, dan untuk UE sebesar 38,4 persen.

Dengan ini bisa dikatakan, bahwa sesungguhnya Tiongkok telah memiliki kesempatan terbaik apabila laju pertumbuhan produk tekstilnya tidak mengalamai berbagai hambatan di perdagangan dunia.