Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-06-01 13:47:10    
Weifang, Kota Layang-Layang

cri

Kota Weifang yang terletak di Provinsi Shandong, Tiongkok timur hanya dua jam perjalanan mobil dari Jinan, ibukota provinsi tersebut. Berbicara tentang Weifang, yang tak bisa ketinggalan tentu adalah layang-layangnya. Begitu menginjakkan kaki di kota itu, kita akan segera merasakan suasana layang-layang kota itu. Kalau kita mendongak ke atas, akan terlihat berbagai macam layang-layang terbang bergaya di udara, sedang di kedua sisi jalan di kota itu, kita akan melihat kios-kios penjual layang-layang berjajar sambung menyambutng, bahkan markas besar Federasi Layang-Layang Internasional juga ditempatkan di sini. Wisatawan yang datang ke kota ini tentu akan membeli layang-layang untuk oleh-oleh buat kerabat dan teman.

Sejak tahun 1984, Weifang menyelenggarakan Festival Layang-Layang Internasional setiap akhir April. Pada festival itu, pemain layang-layang yang ulung dari berbagai tempat di dunia datang ke Weifang untuk memperagakan teknik pembuatan layang-layang dan kebolehan menerbangkan layang-layang. Di festival itu, pengunjung seperti berada di lautan layang-layang, selain bisa menyaksikan layang-layang raksasa seberat tiga ton dan sepanjang 1.500 meter, dapat pula menyaksikan layang-layang mikro yang bisa dimasukkan ke dalam kotak korek api. Meski Anda datang ke kota ini tidak pada kesempatan festival, Anda tetap dapat mempelajari berbagai layang-layang di sini.

Di Weifang terdapat sebuah museum layang-layang dunia yang menyimpan layang-layang berharga zaman kuno, zaman sekarang, serta buatan Tiongkok dan luar negeri, juga bahan-bahan benda budaya tentang layang-layang. Seorang guru dari Akademi Weifang bernama Duan Yong mengatakan,"Museum Layang-Layang Dunia Weifang memamerkan berbagai macam layang-layang serta yang pernah memperoleh hadiah. Mengunjungi museum itu akan memperluas cakrawala pengetahuan kita untuk mengetahui budaya tradisional bangsa dan sejarah perkembangan layang-layang. Kini, terdapat pula layang-layang yang dibuat dengan teknologi tinggi, dan bahan untuk membuat layang-layang juga terus menerus mengalami perubahan."

Selain museum, kios atau kedai penjual layang-layang juga tempat untuk mengenal budaya layang-layang. Pemilik sebuah kedai layang-layang, Xing Xiangyan mengatakan, kedainya terutama menjual layang-layang modern. Bahan untuk membuat layang-layang terutama plastik yang diperkuat dengan serat kaca dan kain sutera tahan hujan, dibanding dengan layang-layang tradisional, layang-layang sekarang lebih kuat, lebih ekonomis dan banyak pembelinya. Xing Xiangyan mengatakan,"Kami terutama menjual layang-layang gaya modern. Proses pembuatan layang-layang cukup rumit. Jenis layang-layang sangat banyak, hanya layang-layang kupu saja ada puluhan macam. Yang kecil hanya sebesar kotak korek api, dan yang besar bisa dibuat sesuai dengan permintaan pembeli."

Saudara pendengar, selain layang-layang, makanan kecil atau kudapan Weifang juga mempunyai ciri khas dan banyak jenisnya, di antaranya yang paling terkenal adalah makanan yang dinamakan 'Chaotianguo'. Di Weifang, banyak restoran yang menjual masakan itu, salah satu yang terkenal adalah Restoran Hanbang. Menurut pelayan restoran itu, Xu Chunyan, hidangan yang dinamakan "Chaotianguo" itu berasal dari kalangan rakyat dan sudah bersejarah lebih 200 tahun. Dikatakannya,"Chaotianguo awalnya dijual di pasar. Masyarakat yang berbelanja di pasar biasanya membawa bekal kue kering untuk disantap di siang hari. Karena sudah menjadi dingin, makanan menjadi keras dan tidak enak dimakan. Melihat keadaan itu, seorang penjagal lalu membuka warung kuah. Dia hanya menjual kuah dan daging tidak dijual. Warga yang berbelanja di pasar membeli kuah dengan harga yang murah untuk dimakan berama kue kering yang dibawa dari rumah. Setelah kuah habis terjual, daging menjadi tidak ada gunanya. Maka pemilik warung itu memasukkan daging di tengah kue menjadi kue berisi daging yang dinamakan 'Chaotianguo'. Kue itu dijual dengan kuah gratis."

Kini, cara makan kue itu juga sudah mengalami perubahan. Tamu biasanya duduk mengelilingi kuali yang berisi kuah serta daging, bakso, tahu dan sebagainya yang sedang dimasak di atas tungku, di sebelahnya disediakan kue dadar tipis. Tamu boleh mengambil sendiri kue dadar dan diisi daging atau sayuran di dalam kuali, dimakan bersama kuah. Kalau tamu tidak suka makan daging, bisa memilih telur dan sayur-sayuran.

Setelah menyaksikan layang-layang dan menikmati hidangan Chaotianguo, marilah kita mengunjungi kota permata Changle.

Tidak sampai setengah jam bermobil dari pusat kota Weifang, kita akan sampai di Kabupaten Changle, tempat penghasil safir atau permata nilam.

Changle adalah salah satu dari 5 daerah pertambangan safir yang terbesar di dunia. Safir hasil daerah ini mempunyai warna yang khas dan pola yang istimewa. Kepala Komite Administrasi Kota Permata Changle, Zhao Shijun mengatakan, perusahaan-perusahaan permata dan pengolah permata serta pengusaha permata dari daerah-daerah lain di Tiongkok memamerkan produknya di kota seluas 10 hektar ini. Di sini dijual pula produk permata dari Thailand, Sri Lanka, Afrika Selatan, India, Australia dan lain-lain. Setiap tahun sejumlah besar pengusaha dan wisatawan manca negara datang berkunjung dan mengadakan transaksi di sini.

Zhao Shijun mengatakan, Kota Permata Changle adalah pasar permata yang terbesar di Tiongkok. Nilai transaksi tahun lalu tercatat 4 miliar yuan atau sekitar 500 juta dolar Amerika. Kota ini juga merupakan tempat berbelanja produk wisata di Provinsi Shandong.

Permata di sini bagus kualitasnya dan murah harganya, safir yang dihasilkan Changle lebih-lebih murah harganya sehingga sangat digemari wisatawan.