Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-06-06 08:50:12    
Di Balik Pergesekan Perdagangan Tekstil

cri

Amerika Serikat ( AS ) baru-baru ini meletakkan pembatasan terhadap 7 jenis produk katun dan rajutan Tiongkok, selanjutnya Uni Eropa ( UE ) mengambil langkah pembatasan terhadap produk kaos blong dan benang rami Tiongkok dengan tidak mempedulikan langkah yang berkali-kali diambil Tiongkok untuk menaikkan tarif. Di bawah efek teladan tersebut, tidak sedikit negara juga berencana mengambil langkah pembatasan terhadap produk tekstil Tiongkok.

Dan apa saja yang menimbulkan pergesekan itu ? Pakar perdagangan luar negeri Kementerian Perdagangan Tiongkok menunjukkan, Amerika mengenakan pembatasan terhadap produk tekstil Tiongkok dengan memanfaatkan pasal 242 undang-undang dalam negerinya, dengan alasan utamanya ialah bertambah banyaknya produk tekstil Tiongkok di sebagian pasar pada triwulan pertama. Dilihat dari keadaan ekspor produk tekstil Tiongkok triwulan pertama, dalam keadaan di mana skala kenaikan keseluruhan ekspor produk tekstil lebih rendah 5 poin daripada masa sama tahun lalu, ekspornya ke sebagian pasar muncul pertumbuhan cepat dalam taraf tertentu.

Pakar menganalisa, perangsangan ekspor tersebut pada kenyataannya adalah gejala wajar perdagangan yang berliku menuju perdagangan bebas. Keadaan itu termasuk pertumbuhan jangka pendek, dan sama sekali berbeda dengan bertambahnya mendadak pada tahun, periode dan produk tertentu dalam perdagangan normal. Selain itu, karena Amerika dan Uni Eropa senantiasa tidak membuka kuotanya secara bertahap, sebaliknya mereserve sampai saat terakhir sebagian kuota produk negara berkembang yang paling laris dan paling berpotensial ekspornya. Tindakan Amerika itu akan lebih langsung mengakibatkan bertambahnya ekspor produk tekstil ke sebagian pasar pada triwulan pertama.

" Amerika dan Uni Eropa hanya berdasarkan data 3-4 bulan, dengan sembarangan meletakkan pembatasan terhadap produk tekstil Tiongkok, adalah tidak beralasan sama sekali dan tidak ilmiah" , demikian kata Menteri Perdagangan Tiongkok, Bo Xilai dalam jumpa pers yang diadakan kantor penerangan Dewan negara Tiongkok belum lama berselang.

Dengan mengesampingkan data tersebut, umum mencatat, sebenarnya dalam masalah pergesekan perdagangan produk tekstil, Amerika dan Uni Eropa dan negara maju lainnya selalu melaksanakan standar ganda dalam perdagangan. Di bidang industri domestik yang mempunyai daya saing, Amerika dan Uni Eropa senantiasa dengan sekuatnya memprakarsai perdagangan bebas global, dan menganjurkan negara lainnya membuka lebar pintu perdagangannya. Akan tetapi, ketika negara berkembang mempunyai kekuatan unutk bersaing dengan mereka, Amerika dan Uni Eropa segera mengadakan pembatasan dan menutup pintu perdagangan bebas. Perbuatan mereka itu membelakangi prinsip perdagangan bebas, dan merugikan keseriusan peraturan Organisasi Perdagangan Dunia ( WTO ).

Liberalisasi perdagangan produk tekstil merupakan hasil integrasi yang selayaknya dinikmati perusahaan Tiongkok. Sebagaimana diketahui, Tiongkok bergabung dalam WTO setelah mengadakan perundingan yang alot selama 15 tahun, dihapuskannya kuota ekspor produk tekstil merupakan imbalan semestinya yang diperoleh Tiongkok dengan syarat membuka pasar di bidang lain. Dan merupakan hasil keseimbangan hak dan kewajiban.

Industri tekstil merupakan industri penting Tiongkok, dan juga industri padat karya yang menyangkut langsung 19 juta karyawannya, di balik Amerika dan Uni Eropa mengadakan pembatasan terhadap jenis produk tekstil Tiongkok, setiap jenis produk menyangkut paling sedikit seribu perusahaan, bahkan 5-6 ribu perusahaan. Maka, Tiongkok tidak akan melepaskan hak hukum untuk menikmatinya di bawah kerangka WTO. Kalau Amerika dan Uni Eropa tidak mempedulikan serentetan langkah yang telah diambil Tiongkok, dan tetap menganut standar ganda, mengadakan langkah pembatasan terhadap produk tekstil ekspor Tiongkok, maka Tiongkok sewajarnya akan menyesuaikan kembali kebijakannya dengan relevan, tidak akan membiarkan perusahaan domestik menanggung tekanan standar ganda.

Dengan demikian, asalkan Amerika dan Uni Eropa serta negara maju lainnya tetap mengambil standar ganda, pergesekan perdagangan produk tekstil akan tak terhindarkan. Pergesekan tersebut juga merupakan satu miniatur pergesekan perdagangan global. Terutama dalam keadaan naik daunnya kekuatan proteksionisme perdagangan internasional, serta semakin banyaknya ekspor produk Tiongkok, dapat diramalkan, pergesekan perdagangan yang lebih banyak juga akan menyangkut sektor lainnya, Tiongkok telah memasuki periode rawan pergesekan perdagangan, dan harus mengadakan persiapan untuk menanganinya dalam jangka panjang.

Namun, yang tidak dapat dibantah ialah, seiring dengan bertambah nyata daya saing ekspor produk Tiongkok selama tahun-tahun terakhir ini, dalam komoditas yang diekspor termasuk produk tekstil juga terdapat produk mutu rendah dalam jumlah besar yang relatif rendah nilai tambahannya, sejumlah produk dipasarkan dengan harga rendah di pasar luar negeri, kesemuanya itu pada taraf tertentu juga mengakibatkan memburuknya pergesekan perdagangan.

Maka, pemerintah Tiongkok dan industri terkait seharusnya dengan aktif mengantisipasi pergesekan perdagangan, mengadakan perkerjaan yang relevan pada " priode pasca peralihan " perusahaan titik berat bergabung dalam WTO, mempercepat restrukturisasi industri, menambah nilai tambahan dan kadar iptek produk yang diekspor, terus menyempurnakan mekanisme peringatan dini industri, menempuh jalan perdagangan yang dapat berkembang berkelanjutan, dan dengan sungguh-sungguh mewujudkan peralihan dari negara besar perdagangan menuju negara kuat perdagangan.