Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-06-16 14:16:53    
Penduduk Asli Taiwan Adakan Unjuk Rasa Di Depan Kuil Yasukuni Jepang

cri

Sebuah delegasi penduduk asli Taiwan Tiongkok baru-baru ini mengadakan kegiatan protes di dedepan Kuil Yasukuni Jepang, menuntut mereka mengembalikan tempat penghormatan kerabatnya yang meninggal ketika direkrut menjadi tentara Jepang pada Perang Dunia Kedua. Tapi karena rintangan elemen sayap kanan dan polisi Jepang, anggota-anggota delegasi itu pada akhirnya gagal memasuki kuil Yasukuni. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok ketika mengomentari hal itu mengatakan bahwa Tiongkok menganggap tuntutan delegasi penduduk asli Taiwan itu adalah masuk akal dan harus dihormati. Jepang diharapkan supaya menghadapi dengan tepat dan mengangani dengan baik masalah peninggalan sejarah itu. Berikut laporan wartawan kami.

Delegasi penduduk asli Taiwan itu terdiri dari 60 orang dan berasal dari beberapa suku penduduk asli Taiwan. Ini adalah yang ketujuh kalinya dalam waktu tiga tahun ini delegasi tersebut mengadakan kegiatan protes di Jepang untuk menuntut pihak Jepang menghapus nama leluhurnya di Kuil Yasukuni. Wartawan CRI untuk Tokyo Sun Jianhe mengatakan, Delegasi Taiwan itu berencana tiba di kuil Yasukuni pada pukul 9 tanggal 14 Juni lalu, namun dihalangi oleh elemen sayap kanan Jepang yang sudah mengadakan persiapan sebelumnya di sekitar Yasukuni, dan pihak kepolisian Tokyo mengirim banyak polisi untuk menghalangi iring-iringan mobil delegasi ke Kuil Yasukuni dengan alasan mencegah terjadinya bentrokan dan menjaga keamanan. Para pengunjuk rasa penduduk asli Taiwan dilarang turun dari mobil sehingga delegasi terpaksa melepaskan rencana untuk mengadakan kegiatan protes di depan Kuil Yasukuni.

Penanggung jawab delegasi itu Gaojin Sumei dalam jumpa pers menyatakan ketidakpuasan yang keras terhadap tindakan pihak terkait Jepang. Dikatakannya: Kehormatan kami pantang diinjak-injak, sejarah mutlak tidak boleh dibelokkan, tempat penghormatan leluhur kami tidak boleh ditempatkan di Kuil Yasukuni. Kami akan menuntut Perdana Menteri Junichiro Koizumi jangan berziarah lagi ke Kuil Yasukuni. Minta maaf secara lisan tidak bisa menyelesaikan masalah, melainkan perlu tindakan nyata.

Sejarah penjajahan Jepang terhadap Taiwan adalah sejarah pembantaian dan "pencucian otak" terhadap rakyat Taiwan. Sejak tahun 1895, leluhur penduduk asli Taiwan dibantai bahkan dimusnahkan seluruhnya oleh penjajah Jepang, dan keturunan penduduk asli Taiwan diberi pendidikan perbudakan, agar mereka lupa akan sejarah leluhurnya yang dibantai. Setelah meletusnya Perang Pasifik pada tahun 1941, Jepang merekrut secara paksa 20.000 penduduk asli Taiwan untuk membentuk barisan sukarela untuk berperang di Pasifik Selatan, dari mereka itu hanya sepertiga yang kembali dengan selamat, sebagian yang meninggal dalam perang dihormati bersama agresor militeris Jepang, khususnya lebih 1.000 penjahat perang kelas A, B, C di Kuil Yasukuni Jepang.

Gaojin Sumei mengibaratkannya sebagai "tak mungkin malam dan siang hadir bersamaan" untuk menyatakan bahwa penjahat perang agersi tidak boleh dihormati bersama dengan korban. Ia menuntut agar arwah leluhur mereka dikembalikan.

Menanggapi kegiatan protes delegasi penduduk asli Taiwan di Jepang itu, kementerian Luar Negeri Tiongkok segera menyatakan sikap. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Liu Jianchao mengatakan: Kami berpendapat, tuntutan saudara-saudara setanah air Taiwan adalah masuk akal dan harus dihormati. Kami juga mengharapkan pihak Jepang menangani masalah peninggalan sejarah itu dengan sebaik-baiknya.