Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-06-17 13:14:01    
Catatan Wisata Kedua : Guiyang

cri

Pada catatan wisata kedua ini, aktifitas pagi yang telah terprogram sama seperti hari Senin pagi sebelumnya, kami sudah harus bangun pada pukul tujuh pagi, lalu kemudian sarapan pada pukul 07:30 pagi. Sarapan pagi itu ada bermacama-macam, mulai dari biscuits, roti, nasi goreng, mie rebus, dan lain sebagainya. Minuman pun bermacam-macam juga, ada jus jeruk, apel, teh manis, dan kopi susu. Kami tinggal memilih saja, karena semua sudah terhidang di atas meja oleh para pelayan hotel Guilong, tempat di mana kami menginap selama beberapa hari ini. Hotel berbintang empat yang terletak di tengah-tengah kota Guiyang.

Kemudian bus yang telah sejak pagi sudah parkir di depan halaman hotel, membawa kami mengunjungi daerah pedesaan yang terkenal dengan hasil peternakan babinya. Desa tersebut sangat indah dan permai. Di sepanjang jalan menuju tempat lokasi, kami dapat menyaksikan jajaran gunung-gunung dan bukit-bukit yang mengelilingi daerah tersebut. Sawah-sawah nan hijau terhampar luas dengan susunannya yang rapi. Sejenak perasaan teduh dan tenteram melekat di hati. Karena selama ini sulit untuk menemukan suasana atau pemandangan demikian, disebabkan terpenjara oleh kehidupan kota yang serba beton dan bangunan-bangunan tinggi menjulang. Suasana hijau, segar, dan teduh tadi memang tidak dimiliki oleh wajah kota-kota besar, yang ada hanya pemandangan kepadatan jalan raya yang dipenuhi oleh kendaraan mobil, motor, sepeda, taksi dan bus umum, beserta asap knalpot dan suara klakson dari para pengemudi yang tidak ingin jalannya terhalangi.

Tapi lain dengan Guiyang, karena di kota ini kita masih bisa menikmati keadaan demikian. Suasana pedesaan lengkap dengan gunung, bukit, sawah, kebun, ladang, dan lain sebagainya masih bisa kita temukan di sini. Hewan-hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam, kambing, dan lain sebagainya bebas bergerak ke sana-kemari. Saya sangat menikmati perjalanan kedua ini, karena memang saya sudah sangat rindu akan alam pedesaan. Dan ini merupakan perjalanan yang sangat mengesankan, di samping saya dapat melihat-lihat bagaimana keadaan kota dan desa di Guiyang, tapi juga saya dapat melihat langsung bagaimana kehidupan warga pedesaan di sini.

Perjalanan ke lokasi kami tempuh kira-kira 1 jam dari pusat kota Guiyang. Pada saat kami tiba di lokasi, kami menjumpai salah seorang penduduk desa yang merupakan salah satu peternak teladan dari sepuluh warga desa teladan yang menjadi pilihan dari pemerintah Guiyang. Beliau telah menerima penghargaan sebagai salah seorang peternak yang sukses di desanya. Pekerjaan beliau ini adalah memelihara babi betina. Beliau dikenal sangat handal dalam memelihara dan menghasilkan babi-babi yang sehat, dan tidak itu saja, namun juga beliau dapat memanfaatkan kotoran babi sebagai bahan bakar gas yang dipakai untuk menghasilkan sumber gas yang disalurkan ke dalam kompor gas, sehingga keluarga beliau dapat memasak dengan memakai fasilitas kompor gas, bukan dengan tungku atau kayu bakar lagi. Saya sangat terkesan dengan usaha yang beliau lakukan. Karena beliau dapat memanfaatkan kotoran menjadi sesuatu yang berguna yang dapat dimanfaatkan baik oleh keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Ini juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah kota Guiyang, yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada para warga untuk dapat memanfaatkan segala jenis kotoran dari hewan ternak yang memungkinkan dapat dimanfaatkan, sehingga lingkungan ekologi yang menjadi idaman dan tujuan dari pemerintah kota Guiyang dapat terwujud dengan baik, di mana dengan menggunakan kotoran tadi, maka sedikitnya warga masyarakat telah menghemat pemakaian energi gas alam, selain itu juga dapat memelihara lingkungan yang bebas dari polusi bahan bakar, seperti dari arang, kayu, dan lain sebagainya sehingga menyebabkan udara menjadi kotor.

Habis dari berbincang-bincang dan mendengarkan berbagai penjelasan oleh warga desa teladan tersebut mengenai peternakan babinya, lalu kami beranjak mengunjungi sebuah sekolah yang tidak jauh dari lokasi rumah warga teladan tersebut. Kami menuju ke sana dengan berjalan kaki kira-kira 10 menit. Di sana kami melihat beberapa orang murid Sekolah Dasar (SD) dengan pakaian bebas atau tidak berseragam sedang bermain-main di halaman sekolah. Kami diantar untuk masuk melihat-lihat keadaan salah sebuah ruangan kelas, di mana saat itu sedang berlangsung kegiatan belajar-mengajar antara murid dan gurunya. Saat itu sang guru wanita sedang menyuruh anak-anak untuk membaca bersama-sama puisi yang sedang mereka pelajari saat itu. Saat itu saya tidak bertanya kepada Ibu guru tersebut, kira-kira mata pelajaran apa yang sedang diajarkannya, saya cuma mengira-ngira kemungkinan pelajaran yang sedang diajarkannya adalah Pelajaran Bahasa Mandarin, sama seperti sekolah-sekolah di Indonesia, juga ada mata Pelajaran Bahasa Indonesia, di situ juga diajarkan, berpuisi, berpantun, dan lain sebagainya. Di sana kami hanya memperhatikan anak-anak tersebut belajar dan melakukan apa yang diminta oleh Ibu guru mereka. Tanpa malu-malu mereka membaca puisi tersebut dengan penuh semangat dan dengan suara yang lantang. Sangat lucu dan manis, suasana tersebut sekejap mengingatkan saya kepada masa sekolah saya dulu. Mungkin seperti itulah saat itu saya dan teman-teman pada saat duduk di bangku Sekolah Dasar.

Kemudian pada sore harinya kami diajak berkunjung ke salah satu tempat wisata utama di Guiyang, yaitu Nan Jiang Xia Gu. Untuk menuju lokasi tempat ini, kami menyusuri jalanan yang telah dibangun di sepanjang lereng gunung, sedikit mendebarkan karena saat itu kami menumpangi bus yang kalo boleh dibilang ukurannya cukup lumayan besar, dan jarak antara tepi jalan dan jurang yang dipenuhi oleh bebatuan dan pohon-pohon tersebut sangat minim. Tapi untunglah, sopir yang mengendarai bus tersebut adalah seorang sopir yang handal dan telaten. Beliau sangat berhati-hati dan sabar dalam melakukan tugasnya.

Begitu tiba di lokasi kami semua terpana melihat pemadangan yang berada di depan mata, air sungai yang mengalir tenang yang dikelilingi oleh gunung-gunung batu. Tampak indah dan segar bagai sebuah lukisan. Sangat benar-benar sangat takjub akan keindahan yang terpampang di depan mata saya. Keadaan alam seperti itulah yang memang menjadi idaman saya selama ini, akhirnya saya dapat menikmatinya juga. Kami diberi waktu beberapa menit untuk menikmati pesona keindahan alam dan sungai Nan Jiang Xia Gu yang juga dikatakan sebagai kerak bumi karst, karena memanglah di sekeliling sungai ini banyak terdapat gunung-gunung batu atau karst yang berdiri dengan indahnya. Kemudian kami diajak untuk melayari sungai tersebut dengan menaiki perahu motor yang dapat memuat sekitar 15 orang. Saat itu dengan menaiki dua perahu motor dan memakai rompi penyelamat, kami melayari sungai tersebut untuk menuju lokasi yang lain hanya memakan waktu kira-kira 10 menit. Kebetulan arah yang kami tuju tidak berlawanan dengan arus air sungai yang mengalir tanpa henti, dan di beberapa bagian sungai tersebut ada terdapat batu-batu besar dari dalam sungai menyembul sedikit ke permukaan, di daerah yang terdapat beberapa batunya tersebut, arus sungai yang mengalir cukup deras. Lokasi ini sangat cocok untuk olah raga arung jeram bagi yang memang hobi akan tantangan tersebut. Sebetulnya, panitia penyelenggara ingin sekali menawarkan kami untuk berarung jeram, namun mengingat akan keselamatan dan tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, panitia mengurungkan niatnya tersebut.

Kami semua sangat menikmati perjalanan mengarungi sungai tersebut, sambil menikmati keindahan gunung-gunung batu, air terjun, serta pemandangan yang molek bagai lukisan tersebut. Tiba di lokasi, kami diajak menyusuri daerah daratan yang dipenuhi dengan pepohonan. Boleh juga dikatakan seperti hutan yang dirindangi dengan aneka macam pohon, bunga, rumput, suara-suara jangkrik, dan lain sebagainya, termasuk juga diramaikan oleh gemuruh air sungai yang mengalir dengan derasnya. Maka lengkaplah pesona alam yang dihadirkan oleh tempat tersebut. Kami sangat beruntung juga saat itu, karena keadaan udara yang tidak begitu panas dan juga hujan. Di mana kota Guiyang adalah kota yang kerap turun hujan, meski hujan yang turun tersebut tidak begitu lebat dan lama, akan tetapi alangkah indahnya jika ingin bepergian di bawah cuaca yang cerah namun segar, seperti di Guiyang. Mungkin suhu udara saat itu sekitar antara 24 ? 26 derajat Celcius saja. Sangat nyaman.

Kami diajak berjalan keliling untuk menyusuri sungai melalui jalanan darat di daerah hutan tersebut. Ada terdapat beberapa rumah penduduk desa, yang pekerjaan mereka sehari-hari ialah petani. Bahkan di tempat tersebut terdapat salah sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu berusia 100 tahun. Sangat menakjubkan, karena rumah tersebut masih berdiri kokohnya. Dan rumah itu dihuni secara turun-temurun oleh keluarga si pemilik rumah tersebut.

Kurang lebih pukul enam sore kami kembali menuruni gunung tersebut dengan bus yang sama, yaitu bus yang telah dicarter untuk membawa kami ke berbagai tempat di Guiyang sejak hari pertama kunjungan kami ke sana. Kembali kami menyusuri jalan perbukitan. Saat itu suasana sedikit mendung dan berkabut, karena senja sudah hampir turun. Dalam keadaan demikian desa-desa yang terhampar di sekeliling gunung tersebut terlihat sangat indah. Sawah hijau bertingkat-tingkat bagai anak tangga tersebut terhampar dengan rapi, nun jauh di sana terlihat beberap rumah penduduk desa beratap genting hitam dan bertembok beton putih, tersusun secara bertingkat-tingkat pula, bahkan dari kejauhan terlihat bagai tumpang tindih, karena rumah tersebut berdiri di atas tanah yang berbukit-bukit. Meski pun begitu penampilannya bagaikan sebuah harmoni yang melengkapi keindahan alam pedesaan itu. Kemudian di tengah-tengah tampak satu atau dua orang penduduk desa yang sedang mencucukkan batang-batang padi ke sawah. Kalau dipikir-pikir sepertinya beginilah sebetulnya hidup yang alami tadi. Kita dapat hidup berdampingan dengan alam, dapat melihat gunung, bukit, sawah, sungai, air terjun, air pancuran yang jatuh dari gunung, mata air, dan sebagainya. Betapa beruntungnya warga desa Guiyang ini masih memiliki keadaan alam demikian, yang hijau dan permai. Keadaan ini benar-benar sangat menakjubkan. Alangkah baiknya jika pesona keindahan alam tadi akan terus dapat terpelihara tanpa adanya gangguan atau kerusakan dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.