Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-06-22 15:00:28    
Zheng He dan Peninggalan Sejarahnya di Indonesia

cri

Tempat Berlabuh Sauh Armada Zhenghe

Semarang merupakan kota terbesar kelima di Indonesia, nama Tionghoanya yang berbunyi "Sam Po Long" berasal dari cerita tentang pelayaran Zhenghe ke Samudera Hindia. Konon Zhenghe pernah beristirahat di sebuah gua setempat, maka Gua Sam Po atau Sam Po Tong sejak itu terkenal di dunia karena nama lain Zheng He adalah Sam Po. Lama-kelamaan Gua Sam Po atau Sam Po Tong disebut menjadi Sam Po Long, dan berangsur-angsur menjadi nama Tionghoa untuk daerah itu serta nama kota itu pada kemudian hari.

Sam Po Kong yang terletak di kota Semarang bagian barat daya sudah berkali-kali diperbaiki dalam sejarah, dan terpelihara utuh selama ratusan tahun sampai sekarang. Di sini tercatat kenangan masyarakat Tionghoa di Indonesia terhadap prestasi pelayaran Zhenghe serta proses penciptaan usaha yang sulit dan penggabungannya dalam masyarakat setempat.

Dalam Sam Po Kong dapat kita lihat banyak peninggalan sejarah Zheng He. Di depan Gua Sam Po ada sebuah sumur Sam Po yang berdiameter 3 meter lebih. Konon sumur itu digali oleh Zheng He diri sendiri, air sumur dipandang sebagai air suci, karena berfungsi "penawar penyakit".

Sam Po Kong bernuansa keagamaan yang kental. Di Sam Po Kong tidak hanya dilakukan kegiatan sembahyang agama Tao, agama khas Tiongkok, tapi juga kegiatan agama Islam. Dalam kelenteng itu masih disemayamkan patung Konghucu sebagai nabi dan pendiri Konfusianisme. Gejala yang terdapat di Sam Po Kong itu tidak hanya disebabkan latar belakang kebudayaan plural masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara, juga memanifestasikan pertukaran dan penggabungan warga keturunan Tionghoa dengan penduduk asli setempat.

Rasa Terima Kasih Keturunan Bangsa Tionghoa

Ketua Panitia Peringatan Genap 600 tahun Pelayaran Zheng He ke Samudera Hindia, Li Botu mengatakan, terus diperluasnya Sam Po Kong dan banyaknya orang yang datang bersembahyang, menandakan penerimaan dan pewarisan keturunan Tionghoa terhadap kebudayaan Tiongkok. Meskipun dalam kitab sejarah terdapat catatan tentang imigrasi orang Tionghoa yang bersejarah lebih lama di Indonesia, tapi masyarakat Tionghoa setempat tetap menganggap Zheng He yang berlayar untuk 7 jali ke Samudera Hindia sebagai nenek moyangnya yang paling awal bermukim di Indonesia.

Selain masyarakat Tionghoa, rakyat etnis-etnis lainnya di Indonesia juga sangat menghormati Zheng He. Li Botu mengatakan, Gubernur Provinsi Jawa Tengah berpendapat bahwa Zheng He adalah pelayar raksasa dan duta perdamaian. Dia sendiri menjabat sebagai penasehat panitiya penyelenggara kegiatan peringatan genap 600 tahun pelayaran Zheng He ke Samudera Hindia. Atas usulnya, bulan Agustus mendatang, di Provinsi Jawa Tengah akan diadakan kegiatan peringatan pelayaran Zheng He ke Samudera Hindia yang meriah dalam rangka menyemarakkan semangat Zheng He untuk melakukan komunikasi yang bersahabat.

Mesjid Yang Diberi Nama Cheng Ho

Mengunjungi Mesjid Cheng Ho di Semarang Jawa Timur memberi kesan yang istimewa. Meskipun ini adalah sebuah mesjid, namun bangunannya berciri bangunan agama Buddha Tiongkok dengan temboknya yang berwarna merah, genteng warna hijau, dan tiang-tiangnya yang berukir , sedang semua pintu lengkung ruangan utamanya bergaya rancangan gereja Katolik. Di tembok pagar mesjid terukir gambar timbul besar yang melukiskan Zheng He (Cheng Ho) mengadakan pelayaran ke Asia Tenggara. Ketua Yayasan Cheng Ho Jawa Timur Indonesia, Liu Minyuan mengatakan, ini adalah satu-satunya mesjid yang diberi nama Cheng Ho di dunia, rancangan yang unik itu untuk menyatakan harapan supaya berbagai budaya dan agama bisa saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai.

600 tahun yang lalu, armada besar yang dipimpin Cheng Ho tujuh kali berlayar ke Asia Tenggara dan Asia Barat untuk mengunjungi berbagai negara, menyebarkan peradaban Tiongkok, dan mengmbil peran dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Karena sebab-sebab dalam sejarah, warga keturunan Tionghoa di Indonesia tidak banyak yang menganut agama Islam, sedangkan banyak penduduk asli Indonesia mempunyai banyak kesalah pahaman terhadap kepercayaan agama warga Tionghoa di luar Islam. Sebagai Muslim keturunan Tionghoa, Liu Minyuan mengharapkan berbagai agama bisa hidup berdampingan secara damai, dan semua etnis bisa berbaur.

Pembauran Budaya Tiongkok dan Indonesia

Pada tahun 1991, Yayasan Cheng Ho Jawa Timur Indonesia dibentuk. Pada tahun 1997, yayasan menerbitkan brosur dwibahasa yang memperkenalkan kebiasaan berbagai agama. Yayasan tersebut membeli tanah untuk membangun Mesjid Cheng Ho seharga 500 juta rupiah yang diperoleh dari penjualan brosur tersebut dan 2 miliar rupiah yang dipinjam dari bank. Masyarakat Tionghoa di dalam dan luar Indonesia memberikan tanggapan hangat, aktif menyumbang uang atau barang. Mereka berpendapat bahwa Mesjid Cheng Ho tidak saja menyediakan tempat kegiatan bagi kaum Muslim Tionghoa di Indonesia, mencerminkan pula komunikasi budaya antara Tiongkok dan Indonesia, sehingga menguntungkan peningkatan persatuan antara etnis Tionghoa dan etnis-etnis lain di Indonesia. Pada Mei tahun 2003 Mesjid Cheng Ho selesai dibangun.

Mengenai arti pembangunan mesjid itu, ilmuwan Muslim Tionghoa di Indonesia, Mulyadi Supangkat mengatakan bahwa Nabi Mohammed pernah mengatakan: tuntutlah ilmu sampai jauh ke Tiongkok. Dia mengatakan, Nabi menganggap Tiongkok sebagai salah satu sumber pengetahuan, rakyat Indonesia dan rakyat Tiongkok harus meningkatkan pertukaran kebudayaan.

Kini yang datang ke mesjid itu tidak saja warga Tionghoa, tapi juga penduduk asli. Mereka menyatakan, Mesjid Cheng Ho adalah sebuah bangunan yang bergaya khas, memanifestasikan pembauran kebudayaan Tiongkok dan Indonesia. Mereka senang bersalat di mesjid ini.