Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-07-04 16:06:17    
Catatan Wisata : Kashgar, Oasis Kebudayaan Uygur

cri

Para wisatawan yang datang berkunjung ke Daerah Otonomi Xinjiang, Uygur umumnya mengharapkan dapat menemukan hal yang berbeda dari tempat-tempat lain di Tiongkok di mana warga Han berada. Kiranya keinginan para wisatawan tersebut dapat terwujud jika datang ke kota ini yaitu, Kashgar, dan boleh dikatakan bahwa tak ada tempat yang lebih baik daripada tempat ini.

Kira-kira 21 jam perjalanan dengan kereta api dari Turpan, kota di bagian utara Xinjiang yang terkenal dengan hasil kebun anggur yang mengandung banyak air, sekitar 80% dari total keseluruhan penduduknya dihuni oleh warga Uygur.

Kashgar sejak dulu telah menjadi pusat perdagangan penting bagi kawasan Asia Tengah yaitu sebagai salah satu tempat jalan sutera pada 2.000 tahun yang lalu. Namun kini, Kashgar terkenal sebagai kota yang dipenuhi dengan bazaar, yaitu tempat di mana para pedagang menjual berbagai macam barang dagangan yang hanya digelar berupa bazaar. Biasanya pada hari Minggu, keadaan bazaar akan terlihat lebih padat dan ramai, karena banyak para pengunjung baik warga setempat maupun turis datang untuk melihat-lihat bazaar.

Namun versi jualan ala bazaar ini lebih diarahkan bagi masyarakat kebanyakan saja, di mana sebetulnya digelar secara terbuka atau outdoor. Anda bisa membayangkan bagaimana keadaan suatu bazaar, ya sedikit semrawut dan acak-acakan, tidak serapi dagangan yang dijajakan di dalam sebuah toko atau supermarket bahkan mall, karena memang begitulah sifat jualan ala bazaar ini, kita dapat melihat aneka tingkah polah para pedagangan menggelar dagangannya di sini, ada yang berdagang di atas sepeda, ada yang menggelar dagangannya di atas gerobak kayu yang ditarik oleh keledai, bahkan ada yang hanya menggelar sepotong karpet atau tikar sebagai tempat atau alas bagi barang dagangannya. Mereka tidak memikirkan sekali kemewahan dan kerapihan untuk menjajakan barang dagangannya. Asalkan dapat menggelar barang-barang tersebut dan dapat dilihat oleh para pembeli itu sudah cukup bagi mereka. Namun, saya pikir di situlah seninya, karena model dagangan seperti ini tidak banyak kita temukan di saat ini. Dan yang paling menyenangkan ialah, tentu barang dagangan yang ditawarkan tidak memasang harga yang tinggi, mengingat modal tempat yang tidak mewah. Berbeda dengan barang-barang yang digelar di toko, supermarket atau mall, karena ditata atau dipajang di tempat yang baik, tentu harga barang juga akan mahal.

Tawar-Menawar

Laiknya dengan pasar-pasar tradisional lain, maka di bazaar ini juga menganut sistem tawar-menawar. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang menarik bagi para wisatawan, di mana wisatawan diberi kesempatan untuk menggunakan kepiawaiannya dalam hal tawar-menawar, bagaikan seorang pebisnis yang handal dalam menilai dan menghargai suatu barang, para wisatawan menemukan kepuasannya sendiri apabila dapat membeli barang idaman sesuai dengan harga yang diinginkan. Seolah-olah para turis ini seperti memenangkan suatu perlombaan saja, jika mereka berhasil membujuk para pedagang untuk menyetujui harga yang mereka pasang.

Kota Tua

Sudut lain dari tempat wisata di Kashgar yaitu kota tua, di mana beberapa wilayahnya dikelilingi Mesjid Id Gah. Selebihnya tak ada tempat yang lebih menarik, selain beberapa toko kecil yang menjual beberapa barang kerajinan.

Keadaan sosial warga di sini hangat dan damai. Umumnya yang tinggal di kota ini kebanyakan penganut agama Islam. Sama seperti dengan umat Islam lainnya, muslim di sini juga kerap datang meramaikan mesjid untuk sholat berjamaah dan mengaji. Pada hari-hari perayaan umat Islam, seperti bulan Ramadhan, mesjid ini juga menggelar berbagai kegiatan, seperti taraweh dan berbuka bersama. Namun umumnya mesjid lebih banyak dipenuhi oleh kaum pria saja, di mana ruang sholat antara pria dan wanita dibedakan, tidak menyatu seperti halnya di Indonesia, yang dibatasa dengan kain saja.

Sumber : http://app1.chinadaily.com.cn/star/2005/0630/tr16-1.html