Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-07-05 17:47:28    
Keadaan Dulu dan Sekarang Musim Panas di Tiongkok

cri

Musim panas sudah mengunjungi Tiongkok sejak satu setengah bulan yang lalu. Pada musim panas di Tiongkok, keadaan udara senantiasa cenderung naik, sementara kadang angin tidak sedikit pun berhembus untuk sekedar memberi kesegaran di siang dan malam hari. Banyak warga yang merasa kegerahan baik berada di dalam maupun di luar rumah. Apalagi jika perumahan atau flat tidak disediakan alat pendingin ruangan (AC) tentulah akan terasa sangat panas dan sumpek, di mana jika kita membuka gorden atau jendela, bukan hawa segar nan sejuk yang akan berhembus masuk ke dalam rumah, melainkan hawa panas yang semakin membuat kita kegerahan. Di musim seperti ini biasanya selera makan pun menurun, orang lebih banyak minum air dingin atau es untuk penawar dahaga. Walaupun demikian, sama seperti dengan musim-musim yang lain, baik gugur maupun dingin, kita harus tetap menjaga kondisi tubuh agar senantiasa dalam kondisi fit.

Bagi warga Tiongkok yang sangat gemar mengkonsumsi mie, namun sejak gelombang musim panas tiba di kota ini, maka banyak warga yang tidak berselera untuk menyantap makanan tersebut. Begitu pula dengan beberapa restoran mie lokal di Beijing merasa sia-sia saja untuk menawarkan mie kepada para pelanggan, karena saat ini para warga lebih tertarik untuk menikmati kelembutan es krim dengan aneka rasa dan minuman dingin yang segar, jika dibandingkan dengan masakan tradisional, yaitu berupa mie yang disajikan dalam bentuk makanan dingin khusus tidak menarik minat para pembeli lagi, berbeda dengan para generasi mereka terdahulu.

Kiranya, seiring dengan berjalannya waktu, maka pola makan pun turut mengalami perubahan juga. Seperti contohnya dengan makanan tradisional tadi, telah ditinggalkan sejak ratusan tahun lalu. Boleh jadi dikatakan, saat ini masyarakat cenderung memilih makanan yang ringan, cepat dalam penyajian, dan sesuai dengan keadaan musim saat ini. Sementara masakan mie tradisional ini sedikit kompleks atau rumit dalam pengolahan, walaupun makanan tersebut hanya berupa mie yang sudah menjadi dingin, namun proses awal yang harus mereka lakukan ialah terlebih dahulu mengukus mie tersebut sebelum dimasukkan ke dalam air rebusan agar menjamin tekstur mie yang benar. Setelah dikira-kira rebusan tadi telah cukup, maka mie kemudian dikeluarkan dari air, ditaruh ke dalam sebuah mangkuk untuk didinginkan baik dengan kipas atau air dingin. Semua proses yang dilakukan ini tak lain tak bukan untuk menjadikan mie tadi dapat dikunyah dengan enak.

Makan mie dingin hanyalah sebagai salah satu dari beberapa tradisi kuno rakyat Tiongkok sebagai makanan yang patut disajikan pada musim panas. Dulu, pada saat sebelum ditemukannya listrik, kulkas (lemari es), serta AC yang dapat menghasilkan hawa dingin buatan, umumnya hanya bergantung pada alam sebagai satu-satunya pilihan.

Pada musim panas saat itu, umumnya Kaisar Tiongkok memilih untuk pergi ke rumah peristirahatan musim panas, yang biasanya dibangun di daerah pegunungan atau di samping danau, seperti di Chengde Summer Resort, salah satu tempat peristirahatan musim panas terkenal di Provinsi Hebei, Tiongkok utara, dan Istana Musim Panas atau Summer Palace di Beijing.

Sayangnya, hanya beberapa warga saja yang dapat menikmati tempat-tempat seperti itu, dan tidak bagi warga yang kurang mampu, karena biayanya yang mahal. Sementara itu ada cara yang diperkenalkan oleh Bai Juyi, seorang penyair terkenal pada masa Dinasti Tang (618-907) yaitu, "dengan membuat kamar selapang mungkin", karena dengan memiliki kamar yang lapang, maka angin dapat bergerak dengan leluasa di dalam ruangan kamar.

Pada zaman kuno dahulu, banyak tempat di Tiongkok yang mempunyai kebiasaan tidur beralaskan tikar yang terbuat dari bulu atau sejenis tikar pandan yang ditaruh di atas tilam atau kasur untuk mengurangi efek dari sengatan sinar matahari. Duduk dalam keadaan tenang dengan sebuah kipas di tangan dan semangkuk sup plum (suatu jenis minuman tradisional musim panas di Tiongkok) di atas meja mereka, mungkin keadaan tersebut sama nyamannya dengan keadaan warga sekarang yang telah dapat menikmati teknologi modern berupa AC di dalam rumah mereka dan menyantap es krim di saat musim panas.

Jika dibandingkan dengan para Kaisar dan beberapa tenpat peristirahatan musim panas mereka, banyak rakyat biasa yang tinggal di beberapa kuil di atas gunung untuk menghindari hawa panas. Mei Yaochen, seorang penyair pada masa Dinasti Song (420-479), merasa bahwa candi yang hening dan berada pada tempat yang terpencil dan dikelilingi oleh pepohonan merupakan tempat terbaik untuk melewatkan musim panas.

Dalam puisi kuno mengatakan, "bahwa para cendikiawan dan penyair kebanyakan lebih menyukai kolam seroja yang dilindungi oleh pohon willow. Aroma dari tanaman-tanaman tersebut telah mampu menghalau kejengkelan yang datang pada musim panas."

Cara lain yang lebih mudah untuk mengantisipasi hawa panas pada musim ini ialah, membangun atap rumah lebih tinggi, di mana kebanyakan struktur perumahan kuno khususnya memiliki langit-langit yang tinggi, terasa lebih dingin daripada struktur perumahan sekarang. \

Banyak orang memindahkan tempat tidurnya ke luar rumah dan tidur di bawah atap langit selama hari-hari terpanas ini. Baik tidur di luar, juga para warga, banyak yang pergi makan keluar, dan berbincang-bincang sampai larut malam.

Tradisi ini masih banyak dilakukan di beberapa tempat di Tiongkok. Bahkan di Shanghai sekalipun sebagai sebuah kota metropolitan, namun kita dapat menjumpai banyak warga yang tidur di luar di pinggiran jalan kecil, atau membawa mangkuk makanan mereka keluar, saling berbincang dan makan bersama dengan para tetangga mereka.

Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa Tiongkok telah memiliki kebiasaan makan-makanan yang terbuat dari es sejak dahulu kala. Banyak catatan kuno menunjukkan bahwa dahulu telah ada teh dan buah-buahan dingin di Tiongkok.

Makanan dingin yang disebutkan dalam catatan kuno itu semuanya terbuat dari es alami. Yang mana es-es tersebut dikumpulkan pada musim dingin dan disimpan untuk digunakan pada musim panas. Orang menggunakan es untuk menyimpan makanan dan juga untuk membuat minuman dingin. Namun umumnya hal tersebut memungkinkan hanya bagi orang-orang yang mampu saja.

Kemudian, dengan melihat tingginya akan permintaan, warga di Tiongkok mulai melakukan bisnis pengangkutan dan pejualan es, yang mana membantu memperpanjang penggunaan es bagi para keluarga yang tidak memiliki peti es.

Namun, pendekatan yang lebih terkenal bagi para warga kuno Tiongkok untuk dapat tinggal dengan keadaan tenang ialah, memiliki hati yang lapang dan hidup secara damai. "Karena dengan hati yang lapang, maka secara lahiriah, hidup pun akan terasa tenang." Ini merupakan bunyi dari salah satu pepatah kuno Tiongkok yang sangat cocok untuk menenangkan para warga dalam menghadapi musim panas.