Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-07-07 14:57:30    
Bagaimana Menanggapi Argumen  Fenomena " Demam Bahasa Inggris" dan " Hegemonisme Bahasa Inggris "?

cri

Hasil wawancara Mingguan Outlook dengan pejabat Kementerian Pendidikan Tiongkok, Yang Guang

Yang Guang mengatakan, "dalam sistem pendidikan Tiongkok, kira-kira 350 juta siswa di berbagai tingkat dan jenis sekolah serta anggota masyarakat belajar bahasa Inggris. Alokasi dana untuk belajar bahasa Inggris merupakan salah satu bayaran sosial yang paling besar, misalnya tak sedikit mahasiswa Tiongkok menggunakan separuh waktunya di sekolah untuk belajar bahasa asing, sehingga mata pelajaran kejuruannya terpengaruh."

Kami tidak berpendapat bahwa " belajar bahasa Inggris terlalu panas " , " segenap warga belajar bahasa Inggris ", karena hal itu berkaitan dengan masalah pengarahan kebijakan. Kami memprakarsai belajar bahasa asing, namun jangan menyeleweng. Di satu pihak, harus menegaskan kedaulatan atas bahasa, namun tidak mendiskriminasi bahasa lainnya. Kami berpendapat, berbagai bahasa di dunia berkembang dalam saling pertukaran, status internasionalnya adalah sama derajat, budaya bahasa seharusnya beraneka ragam.

Ada argumen yang mengatakan bahwa hegemonisme budaya yang mengutamakan bahasa Inggris telah mempengaruhi keamanan budaya bahasa lainnya, mempersempit lingkup budaya bahasa lainnya, sehingga melukai rasa hormat diri bangsa lainnya, ini sangat beralasan.

Mingguan Outlook: "Menurut hemat Anda, bagaimana menangani dengan baik hubungan antara bahasa Mandarin dengan bahasa asing?"

Yang Guang mengatakan, "dalam wawancara dengan media asing, saya langsung ditanya, ' kini ada orang menyebut bahasa Mandarin digerowoti oleh bahasa asing ', bagaimana pandangan pemerintah Tiongkok dan kebijakan yang diambilnya? Ternyata, masyarakat internasional sangat memperhatikan sikap pemerintah Tiongkok atas hal tersebut."

Kami pada umumnya tidak lagi mengajukan semboyan " kemurnian dan kebakuan bahasa Mandarin ", supaya jangan menjadi salah paham di masyarakat bahwa kami akan menutup diri sendiri, akan tetapi, kami akan membenahkan bahasa asing yang diserap, agar bahasa asing itu menjadi bahasa kami sendiri. Penilaian pokok saya ialah sistem bahasa Mandarin kini belum terancam serius oleh bahasa dari luar.

Bagaimanapun juga Tiongkok termasuk negara besar, pengaruhnya juga terus meluas, semakin banyak orang di dunia belajar bahasa Mandarin, maka tak mudah lah budaya bahasa Mandarin mengalami ancaman.

Mingguan Outlook: "Bagaimana pendapat Anda mengenai pekerjaan penyebarluasan bahasa Mandarin di luar negeri?"

Yang Guang mengatakan, "Pemerintah Tiongkok sangat mementingkan penyebarluasan bahasa Mandarin di luar negeri. Namun, itu merupakan pekerjaan berjangka panjang dan berat. Mempopulerkan bahasa Mandarin bukannya " mengekspor " kebudayaan, melainkan membangun jembatan dua arah untuk mendorong pertukaran kebudayaan. Kami mempopulerkan bahasa Mandarin dengan tujuan untuk memenuhi permintaan umum yang ingin belajar bahasa Mandarin di seluruh dunia dan untuk mengutarakan perasaan persahabatan dan keterbukaan."

Bahasa bukan ideologi maupun bangunan lapisan atas. Bahasa merupakan alat pokok dalam pergaulan umat manusia. Guru bahasa Mandarin yang dikirim ke luar negeri adalah untuk mengajar bahasa Mandarin tanpa unsur politik. Memang, persoalan apa pun mungkin akan membawa efek sampingan. Mempopulerkan bahasa Mandarin akan memungkinkan rakyat negara lainnya lebih mengenal bahasa dan budaya Tiongkok, mengenal Tiongkok dengan lebih bersahabat dan obyektif. Pekerjaan itu sangat penting dan merupakan usaha negara dan bangsa.