Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-07-07 15:22:00    
Jalan Penyebarluasan Bahasa Mandarin Berliku-liku

cri

Gelombang ' Demam Belajar Bahasa Mandarin' di seluruh dunia hanya merupakan gejala luar, jalan penyebarluasan bahasa Mandarin di luar negeri tetap mengalami rintangan yang sangat besar. Dalam Simposium HUT ke-50 Universitas Perguruan Shanghai dan Forum Rektor Dalam dan Luar Negeri, Rektor Universitas Perguruan Nanjing, Song Yongzhong menunjukkan, pengajaran bahasa Mandarin di luar negeri terdapat banyak kesulitan dalam pempopulerannya, di satu pihak sulitnya belajar bahasa Mandarin, sehingga memadamkan antusias orang asing untuk belajar bahasa Mandarin, di lain pihak, karena kekurangan tenaga guru, tidak meratanya pusat ujian bahasa Mandarin di luar negeri dan sebab lainnya telah mengakibatkan banyak siswa asing membatalkan niatnya untuk belajar bahasa Mandarin, bahkan belajar di Tiongkok.

Alokasi kecil dan kekurangan tenaga guru.

Menurut statistik, dewasa ini, di seluruh dunia terdapat 2.300 perguruan tinggi dari 85 negara yang membuka kurikulum bahasa Mandarin, sedangkan jumlah orang asing yang belajar bahasa Mandarin mencapai 30 juta. Pertumbuhan cepat ekonomi, pasar yang besar dan pengaruhnya Tiongkok di dunia internasional telah membangkitkan lagi gelombang baru " demam belajar bahasa Mandarin ". Namun, pada kenyataannya penyebarluasan bahasa Mandarin tetap mengalami rintangan yang besar.

Rektor Universitas Perguruan Shanghai, Yu Lizhong mengatakan, alokasi dana dari pemerintah dan non-pemerintah tidak begitu banyak, dan tenaga guru bahasa Mandarin yang berkualifikasi di luar negeri sangat langka.

Misalnya, di Universitas Leipzig Jerman kini terdapat 250 siswa yang belajar bahasa Mandarin, dan siswa baru setiap tahun sekitar 50 orang, tapi yang dapat bertahan sampai wisuda hanya sekitar 10 orang saja. Mengapa mereka membatalkan niatnya untuk belajar bahasa Mandarin? Di satu pihak, belajar bahasa Mandarin lebih susah dan memakan banyak waktu dan energi daripada belajar bahasa-bahasa Inggris, Perancis bahkan Rusia. Selain unsur tersebut, kekurangan tenaga guru juga merupakan salah satu sebab.

Kelangkaan Pusat Ujian Bahasa Mandarin di luar negeri.

Tidak meratanya pusat tersebut juga merupakan salah satu sebab yang sangat mempengaruhi penyebarluasan bahasa Mandarin.

Seorang siswa warga Myanmar yang sedang belajar di Universitas Pengangkutan Laut Shanghai juga mencerminkan kekhawatiran dalam belajar bahasa Mandarin. Dia menyebut bahwa di negaranya Myanmar hanya terdapat 3 pusat ujian. Di luar negeri hanya terdapat 63 pusat tersebut kecuali Daratan Tiongkok, dan tersebar di 20 lebih negara, rata-rata di setiap negara yang membuka pelajaran bahasa Mandarin hanya terdapat 2 pusat ujian bahasa Mandarin, ini sangat membatasi jumlah orang yang ingin mengikuti ujian bahasa Mandarin.

Tidak pragmatis bahasa Mandarin di luar negeri.

Siswa Jerman yang mengikuti kursus bahasa Mandarin jangka pendek dengan biaya sendiri di Universitas Perguruan Shanghai hanya bahasa Mandirinnya bagus dan kurang pengetahun lainnya, maka sulit untuk mencari lowongan kerja yang cocok. Oleh karena itu, diperlukan pengadaan jurusan yang lebih pragmatis di samping belajar bahasa Mandarin. Di Jerman maupun di negeri lainnya, sulit diadakan jurusan bahasa Mandarin yang pragmatis, sehingga telah mempengaruhi orang asing belajar bahasa Mandarin bahkan belajar ke Tiongkok.

Mengenai hal itu, Universitas Perguruan Tinggi Shanghai memutuskan akan mengintensifkan kerja sama internasional, dan memutuskan untuk membuka lebih banyak pos pelajaran bahasa Mandarin di Korea Selatan, Singapura dan tempat lainnya, agar lebih banyak siswa asing dapat dengan lebih mudah belajar bahasa Mandarin di tempatnya, dan selanjutnya meneruskan pelajarannya di Tiongkok.

( Haifeng, Insan )