Perjalanan yang saya lakukan ke Guiyang, di provinsi Guizhou beberapa minggu yang lalu, memang benar-benar banyak memberikan informasi dan cerita mengenai beberapa tempat di sana. Selain keadaan iklim kotanya yang nyaman, juga berbagai tempat wisatanya pun tak kalah menarik. Dan di provinsi ini juga ada tempat yang diberi nama Lupanshui. Bagaimana riwayat mengenai Lupanshui ini? Konon tanah Lupanshui mulai dihuni oleh para penduduk di sana, sejak periode Permian dan Triassik sekitar 200 hingga 300 juta tahun yang lalu. Pada saat itu, seluruh permukaan tanah terletak di bawah permukaan laut. Kemudian, lambat laun karena terjadinya pergeseran yang disebabkan oleh keadaan alam, maka muncullah tanah ke permukaan, dan terdapatlah manusia hidup di sana pada saat itu. Pada zaman itu mereka juga memiliki kerajaan, yaitu Kerajaan Yelang. Kabarnya kerajaan ini memerintah dan mengembangkan pemerintahannya di antara gunung yang berpohon-pohon sekitar lebih dari dua milenia lalu. Keadaan warga yang tinggal di sana boleh dikatakan sangat jauh dari kehidupan serba modern abad kini. Mereka kelihatan sangat tidak terusik oleh arus kehidupan modernisasi ala warga perkotaan. Pada saat kami berada di sana terasa benar kentalnya kehidupan lokal etnik yang masih dipelihara dan dijalani hingga kini. Sungguh sangat mengejutkan, karena kalau kita bandingkan kehidupan perkotaan metropolitan di Tiongkok seperti Shanghai, Beijing, Shenzen, Guangzhou, dan lain-lain, wajah kotanya sangat maju, namun ternyata di sisi lain pedalamannya, masih tersimpan kekayaan kebudayaan zaman kuno.
Tempat Kerajaan Yelang
Yelang merupakan suku etnik yang berkembang di atas daratan Guizhou dan Yunan. Tidak banyak informasi yang saya temukan mengenai keadaan etnik ini, dikarenakan banyak sejarah yang tidak tercatat dan bahkan bukti-bukti hilang begitu saja. Namun melalui beberapa buku catatan mereka, kami mengetahui beberapa ciri kegiatan dan kehidupan mereka, seperti, mendalami ilmu gaib, memiliki gaya rambut yang aneh, masyarakat petani dengan prajuritnya yang kuat-garang. Melalui beberapa penelitian yang dilakukan secara lebih lanjut, menunjukkan bahwa kerajaan tersebut sebetulnya terdiri dari beberapa suku etnik yaitu dari barat Guizhou dan beberapa provinsi terdekat yaitu, Sichuan, Hunan dan Yunan.
Lupanshui terdiri atas tiga wilayah yaitu, Luzhi, Panxian dan Shuicheng. Di Panxian terdapat Gua Besar Luar Biasa yang dulunya dijadikan sebagai tempat permukiman warga setempat, dan ini merupakan tempat paling awal di provinsi tersebut.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh para ahli paleoanthropoligikal dunia pada tahun 1992 membuktikan bahwa di tempat inilah awal mula nenek moyang warga Tiongkok di bagian Tiongkok selatan. Lima gigi manusia yang ditemukan di sana menghubungkan evolusi manusia dari Homo erektus kepada Homo sapiens. Dari batu yang ditemukan berdasarkan ciri tekniknya yaitu teknik Levallois juga diketahui bahwa itu merupakan bukti teknik pembuatan peralatan dari batu telah dipakai untuk pertama kalinya di Asia.
Kebudayaan Etnik
Penduduk Lupanshui terdiri dari 30 etnis, termasuk Han, Miao, Yi, Bouyei dan Gelo. Masing-masing etnis ini secara turun menurun memelihara dan menjaga adat dan kebudayaan nenek moyang mereka. Terdapat sekitar 1.000 jenis perayaan yang dirayakan tiap-tiap tahun oleh masing-masing kelompok etnis tersebut.
Festival yang sangat menarik perhatian para turis ialah, Festival Tarian Bunga Etnis Miao (pada hari kelima tahun pertama Imlek), Festival Etnis Yi pada tanggal 24 pada bulan keenam tahun baru Imlek, dan Festival Langshan Boueyi, pada hari keenam bulan keenam tahun baru Imlek.
Pada dasarnya, cara yang paling sederhana untuk dapat mengetahui keseluruhan mengenai kelompok setempat ialah dengan mengunjungi Museum Ekologi Suoga di Distrik Khusus Luzhi. Di sana terurai lengkap mengenai keadaan kelompok etnis-etnis tersebut.
(Bebby)
|