Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-07-27 13:59:50    
Kabupaten Zhaoxian

cri

Zhaoxian yang terletak di bagian tengah selatan Provinsi Hebei sudah bersejarah lebih 2.500 tahun. Ada dua bangunan yang membuat kota kecil ini menjadi tersohor, pertama Jembatan Zhaozhou yang sudah berusia lebih 1.400 tahun, dan yang lain Kuil Bailin yang bersejarah seribu tahun lebih.

Jembatan Zhaozhou terletak di bagian selatan Kabupaten Zhaoxian, meski sudah tua namun masih dalam kondisi sangat bagus, dan terbilang jembatang lengkung dari batu yang paling tua dan terpelihara paling utuh di dunia sekarang ini.

Badan Jembatan Zhaozhou terbuat seluruhnya dari bahan batu, dilihat secara keseluruhan merupakan jembatan lengkung tunggal, dan keistimewaannya terletak pada bagian antara lubang jembatan dan permukaan jembatan tidak diisi penuh dengan bahan batu, melainkan masing-masing dibuat dua lengkungan kecil di kedua sisi. Perancangan seperti itu telah menghemat banyak bahan batu untuk pembangunan jembatan tersebut sehingga bobot jembatan berkurang sekitar 500 ton, sementara telah menambah saluran air bagi jembatan sehingga mengurangi hantaman air bah terhadap jembatan dan menjamin keamanan jembatan. Dalam kurun waktu lebih 1.400 tahun yang silam, Jembatan Zhaozhou telah mengalamai 10 kali banjir, 8 kali kekacauan perang dan berkali-kali gempa bumi, namun jembatan itu tidak mengalami kerusakan. Perancangan seperti itu adalah yang pertama dalam sejarah pembangunan jembatan di dunia. Jembatan lengkung seperti itu baru muncul di Eropa pada abad ke-18.

Berdasarkan catatan buku sejarah, Jembatan Zhaozhou dibangun oleh Li Chun, seorang tukang yang terkenal di Tiongkok zaman kuno bersama sejumlah tukang batu yang dipimpinnya. Namun banyak pula yang menganggap bahwa jembatan itu terlalu kokoh dan sulit diselesaikan pembangunannya hanya dengan mengandalkan tenaga manusia, maka beredarlah cerita tentang jembatan itu dibangun oleh Lu Ban, cikal bakal industri bangunan di Tiongkok.

Pemandu wisata, Wu Pingxia mengatakan, menurut versi cerita itu, Lu Ban membangun Jembatan Zhaozhou itu hanya menggunakan waktu satu malam. Para dewa di langit setelah mengetahui berita itu ingin menguji daya dukung jembatan tersebut. Salah satu dewa yang bernama Dewa Chai terjatuh ketika mendorong kereta roda tunggalnya melalui jembatan itu.

Wu Pingxia mengatakan, di sisi sebelah ini ada jalur lekuk bekas roda kereta, konon jalur lekuk itu terjadi ketika Dewa Chai mendorong kereta roda tunggalnya dengan memuat lima bukit besar melalui jembatan ini. Dan lekuk bundar ini adalah bekas lutut yang ditinggalkan Dewa Chai ketika terjatuh berlutut di permukaan jembatan sewaktu mendorong kereta roda tunggalnya.

Di permukaan jembatan kami betul menemukan jalur lekuk dan lekuk bundar bekas lutut seperti yang dilukiskan dalam cerita itu, hanya saja kami tidak tahu bahwa itu pasti bukan bekas yang ditinggalkan oleh dewa.

Ada sebuah lagu rakyat di Tiongkok yang berjudul Anak Gembala Sapi, justru kisah itulah yang diceritakan dalam lagu tersebut.

Dinyanyikan dalam lagu itu, Kakek Lu Ban membangun jembatan batu Zhaozhou, langkan dari batu jade adalah peninggalan orang suci; Dewa Zhang Guolao melewati jembatan dengan menunggang keledai, sedang kereta dorong Dewa Chai meninggalkan jalur lekuk.

Pada jembatan yang legendaris itu, kita dapat menyaksikan pula berbagai ukiran yang indah dalam pola berbagai jenis binatang penghisap air.

Zhao Guangge sangat tertarik oleh Jembatan Zhaozhou. Dikatakannya, "Jembatan Zhaozhou sangat bagus. Bangsa Tionghoa mempunyai sejarah yang panjang dan kecerdasan yang luar biasa. Sungguh tidak mudah membangun jembatan seperti ini lebih 1.400 tahun yang lalu. Pembangunnya pada waktu itu sudah bisa memperhitungkan untuk menyalurkan sebagian air bah ketika terjadi banjir guna melindungi jembatan. Sedang ukiran figur binatang dan manusia sangat hidup dan bagus."

Setelah mengunjungi Jembatan Zhaozhou, marilah kita menyaksikan Kuil Bailin yang sudah berusia 1.700 tahun dan tidak jauh letaknya dari Jembatan Zhaozhou. Kuil Bailin adalah salah satu kuil yang tertua di Tiongkok dan selalu dikunjungi oleh banyak umat yang datang bersembahyang. Seorang wisatawan, Zhang Rong mengatakan,"Ini adalah yang kedua kalinya saya datang ke Kuil Bailin. Saya datang terutama untuk menyelami suasana budaya agama Buddha yang murni di kuil ini."

Banyak pengunjung datang ke Kuil Bailin bukan untuk melihat bangunan kuil itu semata-mata. Mereka lebih ingin mendengarkan khotbah biksu untuk menyelami tafsiran mengenai ajaran agama di kuil itu. Kuil Bailin dan kuil Zen, salah satu sekte agama Buddha di Tiongkok yang melakukan ulah batin dengan meditasi. Kuil Zen Bailin mempunyai kedudukan sangat penting dalam sejarah Zen di Tiongkok. Beberapa biksu luhur pernah mempelajari ajaran agama di kuil ini dan memberi khotbah kepada para umat.

Kini, khotbah guru Jinghui dari kuil itu menambahkan isi tentang penghidupan di atas dasar ajaran agama yang semula, yakni memasukkan semangat inti ajaran Zen dan kecerdasan yang termanifestasi ke dalam penghidupan sehari-hari untuk mengatasi berbagai kebingungan dan gangguan psikis manusia zaman sekarang dalam penghidupannya. Setiap tahun sejak tahun 1993 diselenggarakan perkemahan Zen penghidupan dengan menerima 250 peserta setiap kali untuk tinggal selama 7 hari di kuil, mengikuti meditasi, curah hati dan lain-lain, dan mendengarkan khotbah tentang arti Zen penghidupan.