" Sejak Tiongkok berkembang menjadi negara raksasa dunia saat ini, maka banyak negara yang ingin bersahabat dengan Tiongkok, di mana persahabatan yang dilakukan jelas, merupakan persahabatan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak." Demikian kata Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara pertemuan dengan warga Indonesia yang hidup di Tiongkok tadi malam.
Oleh sebab itu, saat ini banyak kita jumpai warga asing yang hidup di Tiongkok, baik di Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, dan kota-kota lainnya. Mereka datang dengan berbagai tujuan. Ada yang datang untuk bekerja dan mencari pengalaman, dan kebanyakan warga asing yang menetap di sini adalah pelajar. Terutama yang ingin mempelajari bahasa. Karena dipahami bahwa bahasa merupakan jembatan komunikasi antar manusia di dunia. Tanpa bahasa maka akan sulit dibayangkan bagaimana manusia dapat berkomunikasi dan memahami satu dan yang lainnya. Tampaknya kekuatan bahasa sangat mempengaruhi ruang kehidupan sosial masyarakat di dunia. Dengan berbahasa pula, maka orang bisa sampai ke setiap pelosok dunia.
Begitu pula dengan fenomena yang dihadapi oleh Indonesia. Sejak beberapa tahun belakangan ini, bahasa Mandarin menjadi bahasa popular baik di dunia perdagangan, pendidikan maupun komunikasi. Maka tidaklah mengherankan jika belakangan ini, banyak pelajar Indonesia yang datang ke berbagai kota di Tiongkok untuk menuntut ilmu di sini. Di Beijing saja, jumlah mereka bisa diperkirakan ratusan. Rata-rata mengambil masa pendidikan bahasa Mandarin selama satu tahun. Ada yang datang sendiri atau melalui agen, yang memang menyediakan fasilitas akomodasi pendidikan di Tiongkok.
Dan tak heran pula jika di setiap sudut di dunia saat ini, terdapat beberapa pelajar yang berjuang keras untuk dapat menguasai nada bahasa Mandarin, cara menulis huruf-huruf kanji dan menguasai beberapa kalimat idiom atau " chengyu " (pribahasa).
Namun, untuk mencapai tingkat progres, belum tentu dapat diwujudkan secara kilat sebagaimana yang mungkin para pelajar tersebut harapkan. Demikian menurut beberapa kelompok pakar internasional yang berkumpul pada Kongres Bahasa Mandarin Sedunia Pertama di Beijing pekan lalu. Mereka telah mendiskusikan metode atau cara pengajaran bahasa Mandarin yang akan diajarkan ke seluruh dunia.
Perkiraan jumlah orang-orang yang mempelajari bahasa Mandarin, tidak kurang dari 30 juta orang. Jumlah tersebut meningkat sejak bahasa Mandarin ditawarkan di beberapa universitas dan bahkan di sekolah-sekolah, dan sebagai Lembaga Nasional Bahasa Mandarin untuk Pengajaran Bahasa Mandarin sebagai sebuah bahasa asing secara antusias langsung mendirikan berbagai institusi pengajaran.
Masalah-masalah yang bahkan kerap sekali timbul pada saat terjadi interaksi internasional di Tiongkok, terutama di bidang bisnis dunia. Banyak para pebisnis asing yang datang bekerja di Tiongkok hanya menguasai sedikit kosakata bahasa Mandarin atau sama sekali tidak bisa berbahasa Mandarin, begitu sebaliknya, meskipun beberapa orang karyawan setempat telah belajar bahasa Inggris, komunikasi mengenai hal-hal teknik kadang-kadangn bisa menimbulkan problema yang besar.
Kenapa bahasa Mandarin kelihatannya sangat menyulitkan dunia ?
Satu rintangan utamanya adalah bahwa pemerolehan bahasa Mandarin tersebut tidak dimengerti dengan baik. Hal ini disebabkan, hingga saat ini, metode pengajaran dan belajar bahasa Mandarin selalu mengandalkan teori pemerolehan bahasa Eropa, yang benar-benar tidak sesuai di mana keluarga kedua bahasa tersebut betul-betul sangat berbeda.
|