Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-08-03 10:13:32    
Sepuluh Kebiasaan Unik di Dataran Guangzhou

cri

Dataran Guangzhou yang juga dikenal sebagai Datarab Shaanxi Pusat telah memainkan suatu peran yang penting dalam pengembangan sejarah Tiongkok. Beberapa ibu kota dari beberapa dinasti terkenal di Tiongkok seperti Qin (221-206SM), Han (206SM-220AD) dan Tang (618-907) semuanya berasal dari tempat tersebut. Lebih dari separuh penduduk Provinsi Shaanxi di pusatkan di Dataran Guangzhou, di mana sekitar 26,94 persen dari total luas daerahnya karena lingkungan alam, perkembangan geografi dan ekonomi. Dengan keadaannya demikian, tentu saja terdapat berbagai jenis kebudayaan dan adat istiadat lokal istimewa di mana kebudayaan dan adat istiadat ini lambat laun terbentuk dalam proses perkembangan yang panjang. Dari sekian banyaknya kebudayaan dan adat istiadat tersebut, ditandai sekitar sepuluh jenis yang unik, di antaranya :

1. Para wanita tua biasa mengenakan sapu tangan di atas kepala mereka.

Banyak produk katun di hasilkan di Datarab Guangzhou dan orang dulu biasa membuat sapu tangan dari bahan katun. Kebiasaan ini untuk melindungi dari badai pasir, terik matahari, atau hujan dan juga cukup dekoratif.

2. Rumah tradisional

Biasanya rumah tradisional di daerah dibangun begitu jelas kelihatan menyerupai separuh dari rumah-rumah tinggal di Tiongkok pada umumnya. Rumah-rumah biasa warga Tiongkok biasanya memiliki pola hiasa seperti kerangka ikan haring di atas atap rumah, namun pada perumahan di daerah pedesaan Dataran Guang Hong, atap rumah mereka menyerupai setengah pola hias seperti kerangka ikan haring di atas atap rumah. Rumah tersebut kelihatan seolah-olah telah dibagi menjadi dua bagian.

3. Mie yang dibuat setebal dan sepanjang ikat pinggang.

Sejak Dataran Guan Hong menghasilkan banyak gandum, tepung menjadi makanan pokok mereka, dan mie merupakan makanan yang paling populer. Mie yang dibuat di sini berukuran sangat panjang dan tebal daripada biasanya, bahkan, kadang-kadang satu carik mie bisa memenuhi satu buah mangkuk. Setelah menikmati masakan lokal istimewa, orang tidak akan mudah merasa lapar karena bekerja keras.

4. Guokui

Guokai ini adalah sejenis penganan atau kue lokal yang terbuat dari gandum, yang mana kue ini bentuknya sebesar tutup periuk masak dan keras. Proses pembuatan kue ini ialah, tepung roti atau gandum dicampur dengan sedikit air dan kemudian di panggang di atas nyala api yang kecil agar mudah untuk disimpan. Kue ini merupakan makanan ringan yang mengandung sedikit air, berguna sebagai pengganti makanan lain, jika kita ingin makanan yang lebih efisien. Konon menurut legenda, pada zaman dahulu kala beberapa pengrajin yang sedang membangun Mausoleum Qianling pada masa Dinasti Tang dan menyimpan makanan ini sebagai bekal makan malam. Guokai biasanya disajikan dalam potongan-potongan kecil dan meskipun disimpan beberapa hari, kue ini tidak akan menjadi asam.

5. Paprika goreng dianggap sebagai sebuah masakan daripada bumbu penyedap.

Sejak Dataran Guangzhou berlokasi di Tiongkok barat daya, daerah ini tetap memiliki sedikit sayur-sayuran, meski pada waktu musim dingin sekalipun, para petani lokal biasa makan paprika goreng di setiap makanan. Orang-orang sangat menikmati makanan ini karena mereka yakin, bahwa dengan makan paprika dapat menghangatkan tubuh dari hawa dingin. Lambat laun, makanan ini menjadi makanan lezat khas setempat.

6. Roti kukus di dalam sup yang dijual dalam mangkuk besar.

Dataran Guangzhou sebagai suatu tempat yang memiliki musim dingin yang panjang, maka orang perlu makan beberapa makanan dengan sup panas untuk menghangatkan tubuh mereka. Lalu kemudian dibuatlah makanan roti kukus yang dimasukkan ke dalam berbagai jenis sup, seperti roti kukus yang dimasukkan ke dalam sup daging sapi, daging domba, atau daging babi. Sup hangat dan roti kukus yang telah bercampur dengan bumbu sup tadi, memberikan rasa lezat dan menarik. Karena rasanya yang lezat dan menarik itu, maka orang cenderung untuk makan sup dan roti kukus ini dalam porsi besar. Oleh sebab itulah, untuk memenuhi kebutuhan para langganan, maka semua restoran menghidangkan makanan ini dalam sebuah mangkuk porselen besar buatan dari Yaozhou. Dan tahulah kita sekarang kenapa makanan ini diberikan nama, "roti kukus dalam sup dijual dalam mangkuk besar."

7. Mangkuk dan baskom tidak dapat dibedakan

Warga setempat lebih memilih makan dengan mangkuk porselen putih buatan Yaozhou, yang mana ukurannya kira-kira hampir satu per tiga meter. Mereka menyebutnya "mangkuk tua", bahkan ukuran mangkuk ini lebih besar daripada beberapa baskom berukuran kecil, dan oleh sebab itu kenapa ada kata pepatah yang menyatakan, "Mangkuk dan baskom tidak dapat dibedakan di sini." Warga setempat menyukai "mangkuk tua" tersebut karena mereka bekerja banyak sehari-harinya, dan untuk itu mereka juga butuh makan yang banyak, dan "mangkuk tua" ini merupakan tempat makan yang mudah dan efisien karena mampu menerima makanan dalam porsi besar dan banyak dengan satu kali saja, jika dibandingkan dengan mangkuk kecil, mereka butuh tambah makanan berkali-kali.

8. Para pemain bersuara keras pada saat menampilkan pertunjukkan tradisional Opera Qin

Opera Qin dikenal sebagai opera yang menguras banyak tenaga di mana para pemainnya diharuskan bersuara keras dan bersorak kegirangan, khususnya bagi peran pria. Hal ini sebetulnya menggambarkan karaketeristik dari warga setempat yaitu berani dan spontan.

9. Menikah dengan Warga Setempat

Dataran Guangzhou merupakan salah satu negeri yang paling subur di Tiongkok, sehingga hanya sedikit orang yang ingin merantau ke kota lain untuk membangun kehidupan. Oleh sebab itu, para gadis setempat jarang menikah dengan orang dari luar kampung halaman mereka.

10. Kebiasaan Jongkok

Warga setempat lebih memilih berjongkok daripada duduk. Sejak Dataran Guangzhou tidak banyak memiliki kayu, sehingga sedikit pula tersedia kursi atau bangku kayu di daerah pedesaan. Akibatnya, orang tidak biasa untuk duduk dan telah biasa berjongkok pada saat mereka makan atau bercakap-cakap dengan lainnya.