Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-08-03 13:13:28    
Kota Fenghuang

cri

Di bagian barat Provinsi Hunan, Tiongkok tengah ada sebuah kota kecil yang bersejarah lama, Fenghuang namanya. Kota kecil yang terkurung gunung gemunung itu indah permai pemandangannya dan masyarakatnya masih sangat polos. Rewi Elley, pengarang Selandia Baru yang hampir 60 tahun tinggal di Tiongkok menyebut Fenghuang kota kecil yang paling indah di Tiongkok.

Fenghuang adalah kampung halaman pengarang Tingkok yang terkenal, Shen Congwen, dan justru melalui karya pengarang tersebut, Fenghuang mulai dikenal dunia. Dalam karya Shen Congwen sering muncul sebuah kota kuno yang unik dan sangat mengesankan, itulah Fenghuang. Apabila Anda betul-betul berada di kota itu, Anda akan menemukan keindahan dan kemisteriusan kota itu tepat seperti yang dilukiskan Shen Congwen dalam novelnya, khususnya kota lama, seolah waktu berhenti di sini.

Mendekati Fenghuang dari gerbang utara yang tinggi melintasi sebuah tembok kota yang sudah bersejarah lebih 400 tahun, kita akan menyaksikan gadis-gadis etnis Miao yang mengenakan kalung dan perhiasan dari perak menyanyikan senandung gunung yang merdu. Kota Fenghuang berpenduduk lebih 300.000 orang, kebanyakan etnis Miao dan Tujia. Selain warga Miao dan Tujia yang mengenakan pakaian etnis dapat kita jumpai di kota ini, bangunan yang paling dapat mewakili kedua etnis itu adalah rumah panggung.

Kota Fenghuang dapat kita jelajahi dengan menggunakan waktu tidak sampai setengah jam, di antaranya yang paling menarik minat wisatawan adalah kota lama yang terletak di paro barat kota itu. Meski bagian kota itu tampak tua dimakan waktu, tapi masih dengan utuh menampilkan tata ruang kota tradisional dan wajahnya dalam sejarah yang terbentuk sejak abad ke-13. Kota lama dibangun di tepi Sungai Tuojiang, air sungai melintas di dalam kota. Kota ini banyak sekali gang-gang kecil, di sana sini terdapat tembok kota, menara lonceng, dermaga dan kelenteng zaman dulu. Jalan gang-gang itu terbuat dari lempeng batu warna merah tua, kedua sisinya adalah rumah-rumah tua yang rendah tapi sudah bersejarah ratusan tahun. Rumah-rumah tua itu beratapkan genting hitam, berdinding kayu warna cokelat, berjajar-jajar rapi dan antik.

Penyebaran bangunan di dalam kota sangat teratur, yang berada di pinggir jalan kebanyakan adalah toko atau kedai, dan yang di tepi sungai kebanyakan rumah panggung, sedang di tempat yang dekat gunung dibangun klenteng dan kuil. Rumah panggung adalah bangunan paling berciri khas setempat. Rumah-rumah panggung itu kebanyakan terbuat dari kayu, yang menghadap sungai bergantung di atas sungai, dan bawahnya ditunjang pasak-pasak yang menancap di dasar sungai, sedang bagian yang dekat darat dibangun di atas fondamen batu di tepi sungai. Kebanyakan rumah panggung itu atapnya melengkung ke atas, gentengnya berlapis-lapis seperti sisik ikan, sangat indah. Berhubung pemandangan yang unik dan indah itu, maka di kota ini sering kita bisa berjumpa dengan penggemar lukis yang membuat sketsa di sini. Seorang anak gadis, Cai Xiaoyue yang sedang asyik membuat lukisan di tepi sungai mengatakan bahwa ia bersama teman-temannya datang membuat lukisan di sini dari kota Zhanjiang di Tiongkok selatan yang sangat jauh. Dikatakannya,"Saya pelajar Sekolah Menengah Ketiga Kota Zhanjiang. Para pelajar kelas dua SMA sekolah kami setiap tahun datang ke sini membuat lukisan dengan menempuh perjalanan selama 13 jam dengan kereta api. Rumah-rumah di sini sangat berciri khas. Kami sangat menyenangi bangunan-bangunan itu."

Di mata Cai Xiaoyue, air Sungai Tuojiang, rumah panggung di tepi sungai, jalan batu yang tua, pohon bambu yang rimbun dan gadis-gadis etnis Miao yang cantik membentuk kota kuno Fenghuang. Berjalan di kota Fenghuang meniti jalan batu yang tua, dan di kedua sisi adalah rumah-rumah tua yang bersejarah ratusan tahun, terasa seolah kita sedang berada di tengah sungai sejarah. Di kota ini, banyak toko dan kedai, di mana-mana terdapat pabrik pencelupan, toko dan kedai arak yang antik diselingi pemilik dagangan yang mengenakan pakaian etnis membentuk pula pigura kehidupan sosial di bagian barat Provinsi Hunan yang sangat unik.

Di tepi Sungai Tuojiang tampak rumah-rumah panggung yang antik tampak seperti burung jenjang yang mendongak berbaris berjajar-jajar. Warga setempat asyik mencuci pakaian dan sayur di tepi sungai sambil bercanda dengan santai tanpa merasakan dirinya sudah berbaur dengan Sungai Tuojiang dan rumah-rumah panggung menjadi lanskap di mata wisatawan. Kami menumpang sebuah perahu kecil menikmati pemandangan indah di kedua tepi sungai sambil mendengarkan cerita tukang perahu yang menuturkan penghidupan keluarganya,"Saya sudah tiga tahun menjadi tukang perahu, hampir setiap keluarga mempunyai anggota yang menjadi tukang perahu. Penduduk di kedua tepi sungai kini sudah lebih makmur hidupnya dibanding dulu. Kami sangat sibuk apabila musim wisata tiba."

Tukang perahu ini dilahirkan di kota Fenghuang, dulu bertani, tapi sekarang selain menggarap tanah, ia menjadi tukang perahu di sebuah perusahaan perjalanan, tugasnya membawa para wisatawan bertamasya dengan menumpang perahu.

Setelah bertamasya di sungai, kami kembali ke deretan toko di kota Fenghuang untuk mencari cendera mata sebagai oleh-oleh. Yang paling banyak dijumpai di antara toko-toko di kota Fenghuang adalah toko pembuat permen jahe, di antaranya yang bermerek "Zhang" sudah bersejarah seratus tahun. Pemilik toko itu, Zhang Lanqing mengatakan,"Cara pembuatan permen jahe keluarga kami diwariskan oleh nenek. Ia mulai membuat permen jahe sejak tahun 1896 pada zaman Dinasti Qing. Sebelumnya ia berjualan makanan, kemudian ia mendapatkan bahwa permen jahe selain rasanya enak, dapat pula menghangatkan lambung, memperlancar sirkulasi darah, dan menyembuhkan batuk. Sejak itulah kami mulai membuat permen jahe dengan menggunakan bahan gula merah, bijan, jahe dan air sumber. Permen jahe buatan kami renyah dan harum."

Selain permen jahe, banyak barang-barang lain yang dapat dibeli di jalan-jalan kota Fenghuang, salah satu yang patut disinggung ialah barang-barang seni kerajinan antara lain perhiasan perak, barang-barang tenunan dan anyaman, guntingan kertas, batik dan batik ikat.

Untuk bertamasya di kota Fenghuang cukup dua hari, dan bagi yang berminat tidak ada salahnya tinggal barang setengah bulan di rumah panggung untuk lebih merasakan kedamaian dan keheningan suasana yang khas di kota kecil yang bersejarah lama itu.