Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-08-11 15:51:29    
Cheng Ho

cri

Cheng Ho adalah ahli pelayaran Dinasti Ming Tiongkok pada awal abad ke-15. Selama 28 tahun dari tahun 1405 sampai 1433, Cheng Ho berturut-turut 7 kali memimpin armada Dinasti Ming berlayar ke Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Dalam 7 kali pelayaran itu, Cheng Ho dan armadanya mencapai 30 negara lebih dengan waktu pelayarannya lebih awal setengah abad daripada Chirstopher Columbia berlayar ke benua Amerika dan De Gama berlayar ke India dengan melewati Tanjung Harapan. Dalam Ruangan Kebudayaan kali ini, kami sampaikan laporan tentang Cheng Ho sebagai pelayar terkenal zaman kuno Tiongkok.

Sejak Dinasti Song dan Dinasti Yuan dari abad ke-13 sampai abad ke-14, industri pembuatan kapal dan pelayaran Tiongkok cukup maju. Hubungan perdagangan luar negeri dan persahabatan Tiongkok dengan berbagai negara di sekitarnya juga semakin erat. Pelayaran Cheng Ho ke Samudera Pasifik dan Samudera Hindia justru pertanda pesatnya perkembangan pelayaran Tiongkok pada masa itu.

Cheng Ho asalnya bermarga Ma dan namanya Sanbo. Ia dilahirkan di sebuah keluarga etnis Hui yang menganut agama Isalam di Propinsi Yunnan Tiongkok Barat Daya. Kakek dan ayahnya sama-sama pernah berziarah ke Meccah. Ketika kira-kira berusia 11 tahun, Cheng Ho menjadi seorang kasim di Istana. Kemudian Cheng Ho berjasa dalam pertarungan perebutan takhta kaisar di Istana sehingga memperoleh penghargaan Kaisar Zhuli, lalu dianugerahi nama baru Cheng Ho. Kemudian Cheng Ho diangkat sebagai orang kasim di Istana Dalam dan bertugas membeli barang-barang berharga yang diperlukan untuk pembangunan istana, kediaman kerabat kaisar dan makam kaisar. Cheng Ho semula menganut agama Islam, kemudian menganut pula agama Buddha.

Dinasti Ming pada awal abad ke-15 mempunyai kekayaan tertentu setelah mengkonsolidasi drii selama 30 tahun lebih. Tiongkok pada waktu itu melaksanakan kebijakan pelarangan pelayaran samudera yang tidak memperbolehkan rakyat sipil membuat kapal laut. Waktu itu, semua perdagangan luar negeri dimonopoli kekaisaran. Pada tahun 1405, Cheng Ho atas titah Kaisar dikirim ke Xiyang, atau Samudera Barat untuk menjalankan misi khusus. Yang dimaksudkan Xiyang atau Samudera Barat pada masa itu ialah berbagai daerah di Pasifik Selatan sebelah barat Brunei sekarang dan daerah sekitar Samudera Hindia.

Setelah menerima misi dari Kaisar, Cheng Ho segera memulai persiapan untuk mengadakan pelayaran jauh, antara lain, ia mengirim bawahannya ke berbagai tempat untuk mengawasi pembuatan berbagai macam kapal, termasuk satu kapal besar dengan panjang 150 meter, lebar 60 meter lebih, dan kapasitas muat 10 ribu ton. Selain itu ada kapal pengangkut kuda, kepala pengangkut bahan makanan dan kapal perang. Di kapal-kapal itu selain dimuat banyak barang tekstil sutra, keramik dan kain sebagai souvenir, terdapat pula barang-barang komoditi yang lain selain bahan makanan, air minum dan barang kebutuhan hidup sehari-hari yang cukup. Cheng Ho menyerap pula sejumlah besar ahli pelayaran, seperti ahli astronomi dan cuaca, ahli kompas, ahli separasi busur dan anak panah serta senjata, bukang yang bertugas membuat dan memperbaiki berbagai macam alat kaya dan besi. Selain itu, ada juga penerjemah, kepala anak buah kapal, dokter, juru masak dan juru hitung.

Pada tahun 1405, Cheng Ho memimpin 27 ribu bawahannya berlayar ke Samudera Barat ari muara Sungai Yangtse Tiongkok Timur dengan menumpang 62 kapal utama, 700 kapal pengangkut kuda, 240 kapal pengangkut bahan makanan, 300 kapal penumpang dan 180 kapal perang. Dengan tertiup oleh angin dari timur laut pada musim rontok, armada Cheng Ho berlayar memasuki Laut Tiongkok Selatan.

Armada Cheng Ho pertama-tama tiba di bagian selatan Vietnam, kemudian berlayar ke selatan sampai di Jawa, palembang dan tempat-tempat lain di Sumatera. Selanjutnya mereka berlayar ke arah barat dan tiba di Malaysia dan kemudian India Selatan. Pada musim panas tahun berikutnya, Cheng Ho dan armadanya kembali ke Tiongkok dengan tertiup oleh angin barat laut. Banyak duta dari manca negara juga berkunjung ke Tiongkok dengan menumpang kapal-kapal Cheng Ho atas undangannya.

Setelah pelayaran tersebut, Cheng Ho dan armadanya 6 kali berturut-turut berlayar pula ke Samudera Barat atas titah Kaisar. Pelayaran-pelayaran tersebut berlangsung selama 28 tahun dan seluruhnya 30 negara lebih dikunjungi, antara lain, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, India, Bangladesh, maldevia, Indonesia dan Arab Saudi. Armada Cheng Ho paling jauh pernah tiba di pantai timur laut Afrika Utara, Somalia sekarang dan pantai bagian tengah Afrika serta Kenya sekarang.

Armada Cheng Ho mendapat sambutan hangat di setiap negara yang dikunjunginya. Cheng Ho selaku duta khusus Dinasti Ming menganugerahi raja atau kepala negara setempat sovenir Dinasti Ming sebagai pernyataan ketulusan Tiongkok untuk menggalang dan mengembangkan hubungan persahabatan dengan mereka yang juga diundang berkunjung ke Tiongkok. Kemudian menurut persetujuan antara kedua pihak, diadakanlah perdagangan yang saling menguntungkan. Barang-barangkeramik, sutra dan alat besi yang diangkut oleh armada Cheng Ho sangat laku, sementara itu, armada Cheng Ho juga membeli banyak permata, mutiara, karang, rempah, padi dan obat-obatan dari negeri-negeri yang dikunjunginya.

Pelayaran jauh Cheng Ho ke Samudera Pasifik Selatan dan Samudera Hindia sangat mendorong pertukaran politik, ekonomi dan budaya antara Tiongkok dan negeri-negeri Asia dan Afrika. Setelah pelayaran Cheng Ho, raja, kepala negara atau duta nya dari banyak negeri susul menyusul berkunjung ke Tiongkok sehingga tergalanglah hubungan diplomatik dan perdagangan satu sama lain. Sementara itu, warga negara Tiongkok yang merantau ke Asia Tenggara juga meningkat dengan cepat jumlahnya. Mereka membawa teknik produksi yang maju dan keterampilannya ke daerah-daerah rantau sehingga telah memberikan sumbangannya untuk pembangunan daerah-daerah tersebut. Pelayaran 7 kali Cheng Ho ke Samudera Pasifik Selatan dan Samudera Hindia meninggalkan kesan mendalam di banyak negeri. Hingga kini masih tersebar legenda dan peninggalan yang berkaitan dengan Cheng Ho di banyak tempat,misalnya di Semarang Indonesia, yang terkenal dengan kelenteng Sampokongnya.