Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-08-11 17:21:29    
Pendidikan Anak di Beijing

cri

Di Tiongkok ada trend yang berkembang di lingkungan masyarakatnya. Yaitu anak-anak yang sudah pantas untuk mendapat pendidikan di sekolah, namun hanya mendapat pengajaran di rumah saja, di mana guru yang membimbing mereka adalah kedua orangtuanya sendiri. Terasa aneh memang, di tengah-tengah pendidikan modern dan berkualitas tinggi banyak tersebar di negeri ini, bahkan banyak warga asing yang datang untuk menuntut ilmu di beberapa universitas terkenal di sini, salah satunya ialah Indonesia, namun beberapa warga kiranya merasa kurang percaya dengan pendidikan yang diajarkan di sekolah. Bahkan ada yang berpikir bahwa pendidikan sekolah formal tidak akan dapat menolong atau menjamin perkembangan kemampuan serba-bisa anak mereka sendiri. Dan diperkirakan bentuk pendidikan rumah seperti ini semakin meningkat saja jumlahnya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, kenapa harus belajar di rumah ?

Kebanyakan para orangtua yang memberikan pendidikan anaknya di rumah, membuat keputusan bahwa mereka tidak yakin anak mereka bisa mempelajari apa yang benar-benar mereka butuhkan di sekolah.

"Kebanyakan kursus-kursus yang disediakan di sekolah tidak berguna untuk masa depan anak saya," kata Li Tiejun. "Saya lebih baik mengajari anak saya sendiri sesuatu yang berguna di rumah daripada menghamburkan uang untuk membayar biaya pendidikan di sekolah."

Berbagai bentuk dan cara pengajaran dilakukan oleh Li Tiejun untuk mengajari beberapa jenis mata pelajaran umum di sekolah, seperti Bahasa Mandarin, Matematika, Melukis, Musik, dan bahkan Astrologi, dibantu dengan berbagai alat pengajaran, seperti gambar dan peralatan musik. Meskipun Li Tiejun yang hanya lulusan dari Sekolah Dasar (SD) saja, namun dia yakin bahwa dia memiliki kemampuan cukup untuk mendidik anak perempuannya yang berusia sembilan tahun.

Alasan serupa yang dikeluarkan oleh seorang ayah yang termasuk juga seorang guru di Institut Baiyun Guangzou, Wei Yuan mengatakan, "satu alasan utama kami memutuskan untuk mendidik anak kami Wei Xiaoxi di rumah, ialah bahwa kami telah dikecewakan dengan beberapa metode pengajaran di sekolah dasar dan menengah pertama." "Beberapa metode pengajaran yang digunakan di sana, banyak menghalangi perkembangan si anak, anak-anak tidak diijinkan untuk mengungkapkan ekpresi diri mereka sendiri secara terbuka," katanya. Oleh sebab itulah, maka Wei Xiaoxi mendapat pendidikan di rumah pada tahun 2000, karena Wei Yuan merasa bahwa pendidikan sekolah memiliki banyak kekurangan.

Untuk melengkapi metode pengajarannya, Wei membeli beberapa buku teks pegangan dan mulai mengajar bahasa Mandarin dan Inggris. Sedangkan istrinya mengajar matematikan, musik, seni dan olahraga. Diperlengkapi dengan jadwal yang terperinci, mereka memulai misi pendidikan rumah mereka yang tegas.

Wei Xiaxi belajar dengan cepat. Hanya dalam satu setengah tahun dia telah melengkapi kursus sekolah mengengah tahun pertama.

"Kami tidak bermaksud menciptakan seorang anak yang jenius, kami mendidiknya di rumah karena kami yakin bahwa beberapa metode pengajaran sebaiknya menyesuaikan diri dengan kebutuhan individual anak," kata Wei Yuan.

Apakah Pendidikan Ini Legal atau Ilegal ?

Sejak tahun 1978, Tiongkok telah menerapkan Wajib Belajar Sembilan Tahun, yang meliputi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan adanya masalah tersebut di atas, pemerintah Tiongkok menganggap bahwa para orangtua tersebut telah melanggar Undang-undang Pendidikan Wajib Republik Rakyat Tiongkok dan Undang-undang Republik Rakyat Tiongkok atas Perlindungan Anak-anak.

Tentu saja kasus ini telah membangkitkan kontroversi yang luar biasa. Karena dalam isi Undang-undang Pendidikan Wajib menyebutkan, "bahwa masyarakat, sekolah-sekolah dan keluarga akan melindungi hak pendidikan wajib bagi anak usia sekolah dan remaja." Pada saat anak-anak telah mencapai usia yang pantas untuk dikirim ke sekolah, orangtua atau wali mereka akan mengirim mereka ke sekolah untuk menerima pendidikan wajib sembilan tahun.

"Hukum negara kami telah menentukan bahwa pendidikan sekolah dasar dan menengah merupakan suatu pendidikan wajib," kata Tan Zongze, asosiasi profressor di Universitas Ilmu Politik dan Hukum Barat daya, dalam wawancaranya dengan TV Chongqing.

"Para orangtua dan wali murid harus mengirim anak-anaknya ke sekolah apabila mereka telah mencapai usia sekolah. Jika mereka tidak mau memenuhi kewajiban ini, maka mereka harus dipaksa untuk melakukannya," kata Tan.

Di sisi lain, apa yang disampaikan oleh Tan berdasarkan isi dari UU Pendidikan Wajib tidak dapat disetujui oleh Xu Jiangyong, wakil kepala Sekolah Dasar Paotongshu di Chengdu, Provinsi Sichuan. Xu mengatakan, "bahwa kalimat yang berbunyi, tentang para orangtua harus mengirimkan anak-anaknya ke sekolah jika si anak telah mencapai usia sekolah, padahal sebagian besar sekolah tidak menyediakan pendidikan untuk semua anak. Bagaimanapun, kebanyakan para orangtua yang memberikan pendidikan sekolah anaknya di rumah bekerja keras untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Baik motivasi maupun latihan berbeda."

Kurangnya Komunikasi dan Interaksi Sosial

Menurut beberapa pengamatan dari beberapa ahli kejiwaan atau psychology mengatakan, bahwa sesungguhnya pendidikan yang dilakukan dilakukan di sekolah merupakan cara atau metode terbaik bagi si anak untuk dapat mengembangkan kepribadiannya, tidak hanya jiwa namun juga pikiran, tingkah laku, dan lain sebagainya. Si anak dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sebayanya, dapat menarik kesimpulan dan pengalaman dari lingkungan pergaulannya. Hal tersebut sedikit banyak akan membawa pengaruh yang baik bagi perkembangan jiwa dan mental si anak, di mana mungkin pendidikan seperti ini belum tentu didapati si anak di rumahnya, yang hanya mendapatkan komunikasi terbatas, yaitu dari kedua orangtuanya. Si anak akan tahu bagaimana seharusnya bergaul dan berteman, bagaimana berbagi, berinteraksi dengan komunitas di luar lingkungan keluarganya.

Sedangkan kelemahan dari pendidikan sekolah di rumah yaitu kurangnya komunikasi dan kompetisi. Tidak ada jiwa berkompetisi dalam diri si anak, untuk menjadi murid yang terbaik atau terpandai. Karena orangtua memainkan peran sebagai guru, orangtua, dan pesaing pada waktu yang sama. Meskipun beberapa orangtua yang memberikan pendidikan sekolah anaknya di rumah membawa anaknya keluar rumah untuk berinteraksi dengan lingkungan luar, seperti berdarmawisata, ke toko buku dan mengunjungi beberapa rumah teman, namun hal tersebut dianggap tidak cukup untuk menghadirkan komunikasi yang setimpal.

Menurut Professor Liu Yuquan dari Universitas Pendidikan Sichuan mengatakan, "hubungan sederhana dalam keluarga hampir tidak dapat merangsang perkembangan penuh kepribadian anak. Di sekolah, interaksi yang terjadi antara guru dan murid serta di antara murid, bahkan apa yang dikerjakan dan dilihat oleh anak-anak di sekolah merupakan bagian dari sosialisasi."

Berdasarkan kebutuhan tersebut di atas, beberapa orangtua yang tidak mengirim anaknya untuk belajar di sekolah, mulai mengubah pikiran dan pendiriannya, akhirnya mereka menyerah dengan cara-cara yang selama ini mereka lakukan. Kemudian mereka mulai mengirim anaknya untuk kembali belajar ke sekolah.

Dari sini dapat dikatakan bahwa, dilihat dari perspektif jangka panjang, perlu untuk mendirikan undang-undang yang relevan dan memberikan dukungan kepada siapa saja yang terlibat oleh hal ini, hak anak untuk mendapat pendidikan rumah dan hak orangtua untuk memilih bagaimana pendidikan anak mereka dapat dilindungi.