Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-09-12 13:39:43    
Bazar dan Pekan Raya Kuil

cri

Konon dulu, di Beijing setiap tahunnya kerap digelar bazar dan pekan raya kuil yang merupakan salah satu tradisi di Beijing yang dilakukan sejak masa Dinasti Liao ( 907-1125 ). Pada masa Dinasti Yuan ( 1206-1368 ), pekan raya kuil yang diadakan di Jalan Chenghuangmiao (Kuil Dewa Kota) ? yang kini disebut sebagai Jalan Chengfang ? menjadi sangat terkenal. Selama masa Dinasti Ming ( 1368-1644 ), pekan raya kuil menjadi tersebar luas, dan pada masa Dinasti Qing ( 1616-1911 ), jumlah pagelaran pekan raya kuil ini semakin meningkat. Namun, setelah Revolusi Tahun 1911, beberapa pasar besar didirikan dan pekan raya kuil ini lambat laun menghilang.

Di Beijing, pekan raya kuil diadakan bergilir pada setiap hari ke 10 di Kuil Bumi, Pasar Bunga, Kuil Pagoda Putih, Kuil Huguo (Melindungi Bangsa) dan Kuil Longfu (Kebahagian Luar Biasa). Ada juga perayaan tahunan Changdian. Pekan raya Changdian ini diadakan selama 15 hari pertama pada penanggalan Imlek dan Pekan Raya Tahunan Pantaogong yang digelar dari hari ketiga dari bulan ketiga penanggalan Imlek di dalam Gerbang Dongbianmen. Beberapa pekan raya ini telah diadakan secara teratur selama 300 tahun lebih.

Mansion Longfu yang didirikan lebih dari 30 tahun yang lalu, berdiri di atas bangunan Kuil Longfu tua. Kuil ini dibangun selama berkuasanya Kaisar Jingtai dari Dinasti Ming pada tahun 1452, memiliki sepasang pintu kuil terbesar di Beijing. Kuil terdiri dari lima halaman berdinding, masing-masing dengan aula tengah lebar yang disambung oleh balai panjang. Sebagian besar bangunan telah dihancurkan pada tahun 1900 ketika Tentara Koalisi Delapan Negara menyerang Beijing.

Umumnya, para pengunjung yang datang ke pekan raya kuil ini adalah penduduk kota dan buruh tani yang datang dari daerah terpencil. Di pekan raya kuil ini, para pengunjung dapat membeli aneka jenis barang yang dibuat di daerah setempat, seperti " sisir bermata dua ", " Gajah Emas Zhang, " beberapa pisau buah-buahan "Pisau Besi Liu" dan rambut palsu Sanheju, serta beberapa baju, perhiasan dan kain, produk bambu dan anyaman, bunga, burung, ikan, dan serangga piaraan. Saat ini, Bazar Longfu, dengan luas area lebih dari 4.700 meter persegi, merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Beijing.

Pekan Raya Changdian saat itu merupakan tempat bertamasya kegemaran warga Beijing selama Perayaan Tahun Baru Imlek. Changdian dulunya adalah sebuah jalan kecil dengan hanya memiliki 10 atau lebih perumahan penduduk, namun setiap tahun pada perayaan Festival Musim Semi tersebut, berdampingan dengan Jalan Liulichang, Jalan Xinhua, Aula Dongbin (Luzudian), Paviliun Kaisar Batu Giok dan Kebun Shatu (Tanah Berpasir), menjadi sebuah pasar yang luas. Sebelum masa Dinasti Ming, area ini adalah desa yang sangat kecil yang jarang didiami oleh penduduk, kemudian desa ini dikenal sebagai Desa Raja Laut sejak masa Dinasti Liao. Menjelang masa Kaisar Jiajing ( 1521-1566 ), area ini telah mulai bertambah besar. Dan pada tahun 1553, namanya kemudian menjadi Liulichang, Changdian.

Pekan Raya Changdian ini, dulu diselenggarakan pada bulan pertama Tahun Baru Imlek, membanjirnya orang-orang dari berbagai penjuru kota untuk membeli dan menjual lukisan dan karya kaligrafi, barang antik, mainan anak-anak, produk makanan serta sayur-sayuran dan buah-buahan musiman. Lagi, hiburan juga disediakan dalam bentuk akrobat, sulap, dan opera.

Setelah berdirinya Republik Tiongkok pada tahun 1912, perdagangan barang-barang antik di Pekan Raya Changdian bertambah nyata sekali. Dengan jatuhnya Kaisar Qing, mantan orang yang hidup dalam istana kerajaan, baik para pangeran, kaum bangsawan dan keturunan pejabat, semuanya saat itu dipecat. Dalam keadaan demikian maka mereka yang tidak lagi memiliki kekayaan dan posisinya yang sedang jatuh datang untuk menjual harta mereka. Mereka menemukan pembeli antusias di antara para warga kaya, birokrat, politikus yang mengaku sebagai pecinta barang-barang antik. Banyak warga asing yang juga menunjukkan rasa ketertarikan yang besar terhadap barang-barang antik Tiongkok.

Menurut statistik kasar yang ada pada Pekan Raya Festival Musim Semi tahun 1931 di Changdian, jumlah total sebanyak seribu kedai, kira-kira 300 di antaranya berdagang barang antik dan batu giok, lebih dari 200 kedai berjualan mainan anak-anak dan barang-barang baru lainnya, serta lebih dari 100 kedai menjual produk makanan. Lagi, di sana ada lebih dari 100 kedai menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dan 200 kedai menjual aneka barang lainnya. Pengusaha dari luar negeri juga menyadari potensi Pekan Raya Changdian sebagai sebuah pasar bagi barang-barang dagangan mereka. Menjelang tahun 1935, pekan raya tersebut hanya menggelar 100 buah kedai yang menjual mainan anak-anak dan barang-barang baru, serta 80 kedai menjual barang-barang buatan Jepang.

Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok ( RRT ) pada tahun 1949, Pekan Raya Changdian terus melanjutkan operasi mereka setiap tahun pada Festival Musim Semi. Pekan Raya pada tahun 1963 merupakan yang terbesar sejak didirikannya RRT, yaitu dengan menggelar lebih dari 750 buah kedai menarik yang dihadiri lebih dari empat juta pengunjung.