Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-09-14 13:00:00    
Pergaulan Harmonis Biksu Dan Margasatwa Liar Di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet

cri

Saudara pendengar, selamat berjumpa kembali dalam Ruangan Serba-Serbi yang diselenggarakan pada setiap hari Rabu, dalam acara untuk minggu ini akan kami perkenalkan suatu cerita aneh di Kuil Kar Kabupaten Nangqian Dataran Tinggi Qinghai-Tibet-- sumber tiga sungai besar, Sungai Yangtse, Sungai Kuning dan Sungai Lancang. Margasatwa-margasatwa liar di sini tidak takut terhadap manusia, melainkan bersahabat baik dengan para biksu di Kuil tersebut.

Pemuda etnis Tibet, Dojie yang berumur 16 tahun ialah seorang Aka, Lama kecil dari Kuil Kar di Kabupaten Nangqian Propinsi Qinghai. Dari Tibet, ia datang ke sini dan menjadi Lama di Kuil Kar satu tahun yang lalu, sekarang sekawanan bharal ( Pseudois nayaur) telah menjadi sahabat akrab Dojie.

Dojie mengatakan: "Kalau hawanya panas, biasanya para bharal suka makan rumput di padang rumput yang tak jauh dari sini, dan kalau hawanya sejuk, mereka datang berduyun-duyun untuk bermain di sekeliling kuil. Kadang-kadang saya mendekatinya, sekawanan tersebut tidak takut dan lari ketika melihat saya, lucu sekali!"

 

Kuil Kar tempat di mana Dojie tinggal, terletak di bagian tenggara Keresidenan Otonom Etnis Tibet Yushu, Propinsi Qinghai. Kuil itu terletak di daerah inti cagar alam tingkat nasional sumber tiga sungai. Ketika wartawan tiba di Kuil itu, kebetulan saat itu sedang memasuki musim yang penuh dengan suasana kehidupan selama setahun.

Sepanjang jalan menuju Kuil Kar, harus melalui jalan gunung yang berliku-liku dan hutan primitif yang lebat di kedua tepi jalan, dan Kuil Kar yang bersejarah hampir seribu tahun terletak di dalam pegunungan itu.

Sekitar pukul 11 atau 12 malam di musim panas, para Lama di Kuil Kar biasanya telah tidur, dan justru pada waktu itulah, mereka sering mendengar suara langkah kaki bharal dari jauh dan lama-lama mendekat. Suara itu sangat jelas pada malam yang sunyi senyap, kadang-kadang suara langkah kaki berhenti sebentar dengan diiringi suara gesekan daun rumput, kadang-kadang derap langkah itu berangsur-angsur menjauh.

Selama tiga hingga empat jam wartawan kami telah melihat empat kawanan bharal di sekitar Kuil Kar. Kawanan yang paling besar jumlahnya sekitar 50 ekor. Mereka berduyun-duyun makan rumput dengan santai dan tenang di lereng bukit yang agak datar. Jika hujan gerimis turun, kawanan bharal ini bisa beristirahat di bawah panji yang bertuliskan kalimat dari kitab suci. Jika orang yang tidak dikenal datang mendekati kawanan itu, mereka tetap berada dalam keadaan waspada. Ketika jarak itu mencapai 20 atau 30 meter, bharal segera berjalan dengan pelahan-pelahan untuk menjauhinya.

Para Lama dari Kuil Kar mengatakan kepada wartawan, bharal sering diam-diam mendekati mereka ketika para Lama sedang membaca kitab atau duduk bersemadi, mereka dapat membelai badan bharal dengan leluasa. Selain bharal, di Kuil Kar sering juga dapat dijumpai ayam hutan, rusa, monyet dan kambing.

Wakil Direktur Biro Pelestarian Kehutanan Kabupaten Nangqian, Caiwangrenzeng mengatakan kepada wartawan, "Karena di daerah itu tidak tercemar oleh polusi industri, maka kondisi udaranya jernih, sorotan matahari cukup, ditambah kebiasaan baik dari biksu maupun rakyat setempat yang dalam jangka panjang melindungi margasatwa liar dan melestarikan lingkungan alam, maka margasatwa liar tidak meninggalkan tempat itu meskipun di sana juga dihuni manusia, mereka dan manusia sudah menjadi sahabat akrab."

Sejak tahun 2000, Propinsi Qinghai mulai melaksanakan serangkaian proyek pelestarian dan pembangunan ekologis di daerah sumber tiga sungai besar Tiongkok. Selama lima tahun ini, kecenderungan memburuknya ekologis di daerah tersebut sudah dapat diredakan dalam tingkat tertentu, lingkungan ekologis dapat diperbaiki pada tahap pertama.

Daerah sumber tiga sungai besar Tiongkok terletak di Dataran tinggi Qinghai-Tibet yaitu Sungai Yangtze, Sungai Kuning dan Sungai Lancang atau Sungai Mekong, di sana terdapat tanah basah alam yang luasnya paling besar dan permukaan lautnya paling tinggi di Tiongkok. Lingkungan ekologis di sana berpengaruh penting terhadap daerah hulu ketiga sungai tersebut bahkan mempengaruhi kawasan Asia Tenggara. Mulai dari tahun 1990-an, lingkungan ekologis di daerah tersebut terus memburuk, degenerasi padang rumput sangat serius, erosi tanah meningkat, banyak danau dan sungai menjadi kering.

Untuk memperbaiki lingkungan ekologis di daerah sumber tiga sungai besar Tiongkok, sejak tahun 2000 Propinsi Qinghai melaksanakan serangkaian proyek pembenahan ekologis di daerah tersebut, dengan mengucurkan dana sejumlah 1,2 miliar yuan RMB.

Menurut statistik Biro Pelestarian Tanah Propinsi Qinghai, selama lima tahun ini, daerah sumber tiga sungai besar Tiongkok sudah melestarikan hutan alam seluas 1,17 juta hektar, memulihkan kembali fungsi hutan dan rumput tanah garapan sekitar 84,6 juta hektar, tanah terlarang untuk peternakan seluas 1,4 juta hektar, sehingga dengan efektif meredakan tekanan rusaknya padang rumput.

Sampai sekarang daerah sumber tiga sungai besar Tiongkok telah membenahi erosi tanah seluas 540.000 hektar, debit pasir yang mengalir ke Sungai Kuning rata-rata berkurang 10%. Sementara itu, melalui penambahan hujan buatan manusia, kondisi kekeringan danau dan sungai sudah diperbaiki dengan nyata.

Saudara pendengar, demikian kami perkenalkan keadaan pelestarian lingkungan di daerah sumber tiga sungai besar Dataran Tinggi Qinghai-Tibet. Dengan ini selesailah ruangan Serba-Serbi untuk minggu ini, terima kasih atas perhatian anda. Kita berjumpa kembali dalam acara yang sama minggu depan. Inilah penyiar anda Lily.