Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-09-14 14:51:55    
Hutan Batu, Obor dan Ashima

cri

Ada sebuah tempat di Provinsi Yunan, Tiongkok barat daya yang mana jutaan tahun lalu, merupakan sebuah lautan namun sekarang menjadi Shilin atau hutan batu. Pemandangan bebatuan yang indah di daerah Otonomi Yi ini berjarak kira-kira 78 km dari Kunming, ibu kota Provinsi Yunan. Daerah Shilin berpenduduk sekitar 200 ribu jiwa, lebih dari pada 1/3 jumlah penduduk dari etnis Yi. Wilayah ini memiliki cuaca sejuk yang menyenangkan dan tanpa adanya industri berat serta polusi dari pabrik.

" Hutan batu besar dan kecil di sini memiliki area seluas 12 km persegi, dengan ratusan obyek pemandangan. Jika kita ingin menjelajahi seluruhnya, maka akan membutuhkan waktu selama dua hari, dan hari ini kami akan menceritakan beberapa bagian pentingnya saja. "

Pada perjalanan ke Shilin, Anda akan menemukan sebuah pilar batu kuning yang bergelantungan bagaikan sebuah gigi raja naga di laut timur. Beberapa pilar batu di taman, semuanya memiliki bentuk yang berbeda. Sebagian menyerupai pedang dan pisau, sebagian lagi kelihatan seperti burung elang atau gajah, dan lainnya digunakan sebagai meja atau tempat tidur.

Pada suatu tempat, Anda bahkan akan menemukan aula yang dapat bergema dengan sempurna. Setiap keping batu memiliki sebuah kisah. Konon, ada sebuah cerita legenda yang popular di sini, yaitu tentang seorang gadis cantik bernama Ashima yang telah diculik oleh anak laki-laki dari seorang raja iblis dan memaksa Ashima untuk menikahinya. Dalam bahasa warga Yi, nama Ashima bermakna, " seberharga dan segemerlap emas". Mengetahui hal tersebut, kemudian kekasihnya, Ahei, pergi menyelamatkan Ashima dengan busur sihir dan anak panahnya.

Ahei dan para penculik bersaing menyanyikan lagu selama tiga hari dan tiga malam, akhirnya Ahei menang dan tahan lebih lama dari pada para lawannya tersebut. Namun sayang, dalam perjalan pulang, Ashima dihanyutkan oleh banjir dan menjadi apa yang dikenal saat ini sebagai batu Ashima. Berdiri di sana dengan mengenakan pakaian tradisional, menjinjing sebuah keranjang dan memandang ke arah kejauhan, Ashima terlihat sebagai seorang pelindung warga Yi.

Masyarakat etnis Yi memiliki sebuah festival atau perayaan paling penting, yaitu festival obor. Festival ini merupakan sebuah festival tradisional yang dirayakan setiap tahunnya yang jatuh pada tanggal 24 pada bulan keenam penanggalan Imlek. Shilin yang dihuni oleh sebagian besar komunitas Yi dan setiap tahunnya festival tersebut dihadiri oleh puluhan ribu orang. Setiap keluarga menyelakan sebuah obor di halaman rumah mereka.

Pada festival ini, digelar juga sebuah kegiatan pertandingan yang amat populer yaitu, pertandingan gulat. Di mana pertandingan ini tidak hanya memerlukan kekuatan tenaga, namun juga keahlian dan teknik.

Pada Festival Obor yang dihadiri hampir sepuluh ribu orang penonton yang memadati gelanggang olah raga, di sana mereka ada yang duduk atau berdiri di atas batu dan rumput, baik menonton pertandingan, ngobrol maupun makan. Sebagian kelompok pengunjung ada yang mengenakan pakaian tradisional, para pria memainkan musik rakyat mereka, sedangkan para wanitanya menari.

Kenapa dalam festival ini para warga etnis Yi gemar bergulat dan bermain musik? Konon, semua ini ada hubungannya dengan sebuah kisah legenda yang mengatakan, bahwa pada zaman kuno, ada iblis bernama Shidali yang senang merusak kebahagian hidup manusia. Seorang laki-laki kuat bernama Baochong memutuskan untuk menantang iblis tersebut dan mereka memilih pertandingan gulat sebagai sebuah perlombaan. Mereka bergulat selama tiga hari dan tiga malam tapi tidak ada satupun di antara mereka yang keluar sebagai pemenang. Penduduk setempat yang datang untuk menyemangati pria kuat tersebut, memainkan alat musik " sanxian " mereka, meniup seruling, bertepuk tangan dan menghentakkan kaki. Iblis Shidali akhirnya dikalahkan.

Selain gulat dan bermain musik, adu banteng juga merupakan kegiatan yang menarik dari festival obor ini. Adu banteng yang digelar oleh warga Yi berbeda dari adu banteng yang digelar oleh orang Spanyol, di mana orang-orang banyak menganggap bahwa di Spanyol kegiatan itu kelihatan sangat brutal. Adu banteng yang diadakan di Shilin adalah antara dua ekor yang dikendarai oleh para pemiliknya masing-masing, yang takut dan melarikan diri dari arena pertandingan dinyatakan kalah. Dalam pertandingan itu tidak ada sapi yang mati dan orang yang luka berat.

Asal-usul lahirnya pertandingan adu banteng di daerah etnis Yi ini ialah, orang-orang di sini memelihara banyak sapi jantan untuk bercocok tanam. Mereka menemukan bahwa ketika sapi-sapi dari para pemilik yang berbeda bertemu, kadang-kadang mereka akan berkelahi dengan satu sama lain. Melihat itu, orang-orang banyak yang tertarik dan mulai melatih sapi-sapi tersebut untuk pertandingan adu banteng.

Para pemilik sapi memberi makan sapi-sapi mereka dengan telur dan jagung yang baik. Sebelum pertandingan, mereka bahkan memberikan sapi-sapi tersebut minuman alkohol agar mereka memiliki semangat yang kuat untuk berantam. Sebagaimana dengan festival musim semi dan obor, adu banteng ini juga diadakan untuk merayakan kegembiraan atas penyelesaian pembangunan jalan baru.

Dulunya, Festival Obor ini juga dijadikan sebagai suatu kesempatan baik bagi warga Yi untuk menemukan jodoh. Anak-anak muda akan bertemu di sana untuk saling mengenal dan banyak kisah cinta atau asmara dimulai dari sini. Namun sekarang, festival ini hanya merupakan sebuah karnival gembira bagi orang-orang dari seluruh wilayah di Tiongkok.