Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-09-28 16:58:43    
Artikel Ke-4 Sayembara Pengetahuan Tentang Taiwan Tiongkok

cri

 Daratan Tiongkok dan Taiwan sekalipun terpisah oleh sebuah selat, namun sejak dahulu kala termasuk satu negara, yaitu Tiongkok, rakyat kedua tepi selat adalah satu nenek moyang , dan memiliki sejarah dan tradisi kebudayaan bersama. Kini karena sebab-sebab politik, saudara setanah air di kedua tepi Selat masih tidak dapat mengadakan pergaulan secara bebas, sungguh pun demikian, sejarah dan tradisi kebudayaan yang sama serta pertalian antara saudara setanahair adalah tak terhapuskan. Dalam artikel terakhir dari Sayembara Pengetahuan Tentang Taiwan-pulau pusaka Tiongkok kali ini kami perkenalkan tentang sejarah dan tradisi kebudayaan bersama Daratan Tiongkok dan Taiwan.

 Deklamasi bersama para murid sekolah dasar Taiwan tentang sebagian isi dari Liji, buku tata krama terkenal Tiongkok pada suatu kegiatan yang digelar di suatu ruang terbuka. Bagian tersebut mencatat penguraian Konghucu, ahli fikir terkenal dan orang mahabijaksana Tiongkok pada lebih 2000 tahun silam. Isinya antara lain berbunyi, masyarakat yang paling sempurna haruslah para penguasanya memandang negara sebagai milik segenap rakyat, dan memilih orang yang susila dan berbakat mengurus negara; manusia haruslah mengutamakan kejujuran dan kepercayaan , serta membina hubungan rukun.

Sejak lama, warga Taiwan sama halnya dengan warga Daratan Tiongkok, sejak kecil mereka menerima pendidikan kebudayaan tradisional Tiongkok, sekalipun sampai zaman modern setelah masuknya pola dan isi pendidikan Barat, isi kebudayaan tradisional Tiongkok tetap menempati proporsi cukup besar dalam pendidikan di sekolah, dan tetap dijunjung tinggi. Sampai sekarang rakyat di kedua tepi Selat tetap menggunakan tulisan dan bahasa yang sama, adapun dialek yang digunakan warga Taiwan juga berasal dari Propinsi Fujian dan Guangdong di seberangnya.. Sementara itu, warga Taiwan juga mempertahankan banyak kebudayaan dan kebiasaan hidup yang sepenuhnya sama dengan warga di daratan, dan hal ini termanifestasi dalam kegiatan hidup sehari-hari dan ritual .

Zhu Fulai adalah seorang kakek berusia 81 , ia sejak muda meninggalkan Taiwan dan mencari hidup di Kota Xiamen Propinsi Fujian Tiongkok tenggara , dan kemudian berkeluarga di daratan dan sejak itu tidak pernah lagi kembali ke Taiwan. Menyinggung adat istiadat rakyat di kedua tepi selat, Zhu Fulai menceritakan keadaan perayaan Tahun Baru Imlek di Taiwan. Hari Raya Tahun Baru Imlek adalah hari besar terpenting bangsa Tionghoa. Di Tiongkok selatan, untuk merayakan Tahun Baru Imlek hampir setiap keluarga sibuk membuat Nian Gao atau kueh keranjang sebagai hidangan khusus untuk hari raya itu. Zhu Fulai bertutur,  dulu ketika ia masih anak-anak sering menyaksikan ibunya menggiling sendiri tepung ketan untuk bahan membuat kueh keranjang. Dalam hal ini kebiasaan rakyat di kedua tepi selat adalah sama , dan hampir tak ada bedanya.

Hari raya adalah bagian penting dari kebudayaan tradisional suatu bangsa, hari raya tradisional yang dirayakan rakyat Taiwan sama dengan hari raya yang dirayakan warga di Daratan, dan adat istiadatnya pun pada pokoknya sama, misalnya pada hari raya Tahun Baru Imlek, umumnya mengadakan sembahyang untuk para nenek moyang, reuni segenap anggota keluarga pada malam tahun baru untuk menyongsong bersama tibanya Tahun Baru Imlek, menggelar festival lampion pada malam hari Capgome, berziarah ke makam pada Hari Cengbeng, mensantap kueh Bakcang pada hari raya Pecun, reuni segenap anggota keluarga pada Hari Raya Pertengahan Musim Rontok ( tanggal 15 bulan delapan tahun Imlek) atau lebih lazim dikenal di Indonesia sebagai hari raya sembayang bulan, pada malam hari itu di samping sekeluarga bersama menikmati keindahan bulan purnama, menikmati pula kueh bulan yang mengandung makna reuni keluarga.

Rakyat di kedua tepi selat tidak hanya merayakan hari besar yang sama, juga menyembah dan percaya pada dewa yang sama, kegiatan-kegiatan ritualnya juga hampir sama, salah satu contoh menonjol di antaranya ialah rakyat kedua tepi selat setiap tahun mengadakan kegiatan ritual untuk menyembah Guan Di yaitu Dewan Guan Di.

Guan Di nama asalnya Guan Yu, seorang jenderal terkenal Tiongkok pada abad ketiga, ia tidak hanya menguasai ketrampilan bersilat yang sangat tinggi dan gagah berani, juga sangat setia dan jujur, sangat dicintai dan dihormati orang Tiongkok, sehingga kemudian ia disebut sebagai Guan Di, dalam bahasa Tionghoa di artinya dewa, dan memuliakannya sebagai dewa dan menyembahnya. Di lepas pantai sisi Daratan di Selat Taiwan terdapat sebuah pulau yang dinamakan pulau Dong Shan, di sana terdapat sebuah Kelenteng Guan Di yang dibangun pada abad ke-14, karena kelenteng itu sudah bersejarah lama, setiap tahun terdapat sejumlah besar warga Taiwan yang datang bersembahyang.

 Tanggal 19 Juni adalah Hari Lahir Guan Di. Pada hari itu tahun ini sejak pagi-pagi semua pekerjaan persiapan untuk upacara sembahyang di kelenteng Guan Di Dong Shan sudah dimulai , antara lain menyalakan lilin dan membakar dupa, menyajikan sajian seperti kacang-kacangan , buah-buahan dan berbagai kueh serta memotong babi dan domba. Di tengah-tengah bunyi gembreng dan genderang ritual, personel-personel terkait yang terdiri atas wakil-wakil dari kelenteng Guan Di di kedua tepi Selat berjalan memasuki Kelenteng tersebut, dan bersama-sama mengada upacara ritual yang khidmat dan meriah.

Mister Zhang dari Kota Taibei Taiwan mengatakan, di rumahnya terdapat patung Guan Di yang selalu disembahyangi, dan ia sendiri sejak kecil percaya akan Dewan Guan Di. Selama tahun-tahun terakhir ini hampir setiap tahun ia datang ke Dong Shan untuk mengikuti upacara ritual di kelenteng Guan Di , sementara menikmati pagelaran adat istiadat rakyat setempat.

Mister Zhang mengatakan, sangat banyak warga Taiwan yang percaya akan Dewa Guan Di, dan dengan datang ke Dong Shan mereka dapat lebih banyak menghayati adat istiadat ritual terkait.

Dewi Mazhu yang terkenal adalah sastu dewa lain yang disembah bersama oleh rakyat kedua tepi Selat. Mashu adalah dewi pelindung keselamatan orang yang melaut, konon Dewi Mazhu adalah penjelmaan seorang wanita Dinasti Song sekitar 1000 tahun lalu. Rakyat di daerah pesisir Tiongkok tenggara dan pulau Taiwan serta banyak tempat di Asia Tenggara sangat percaya akan Dewi Mazhu , dan di berbagai tempat dibangun banyak kelenteng Mazhu untuk memuliakan dan menghormatinya. Menurut statistik, hanya di pulau Taiwan saja terdapat 74 kelenteng Mazhu, sedang induk kelenteng Mazhu atau markas besarnya adalah kelenteng Mazhu di pulau Meizhou , sebuah pulau kecil di Propinsi Fujian Tiongkok. Sejauh ini, penganut Mazhu di kedua tepi selat tetap sangat banyak, dan kelenteng-kelenteng Mazhu selalu ramai dikunjungi umat penganutnya.

Menurut keterangan Zen Runmei , seorang pakar peneliti masalah Taiwan dari Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, 98 persen warga Taiwan tanah asal keluarganya di daratan Tiongkok . Tapi banyak di antara mereka sudah turun temurun hidup di Taiwan, mereka mencintai bumi Taiwan , sementara itu tidak melupakan pula tanah asal keluarganya yang tetap dipandang sebagai kampung halamannya. Pulau Dong Shan adalah tanah asal keluarga mister Yang Kezen dari Taiwan, di sana terdapat kelenteng Guan Di yang sudah bersejarah sangat panjang . Ia mengakui selalu rindu akan kampung halamannya. Belasan tahun lalu ia berinvestasi dengan membangun pabrik di daratan, dan usahanya kini berjalan lancar. Baru-baru ini ia berencana menginvestasikan lagi dana 5 juta Yuan RMB untuk membangun sebuah Pusat Peragaan Kebudayaan Kedua Tepi Selat di pulau Dong Shan kampung halamannya. Pusat itu akan memperagakan musik dan lagu tradisional serta adat istiadat Propinsi Fujian dan pulau Taiwan yang hanya terpisah oleh selat. 

Mister Yang mengatakan, banyak kebudayaan Taiwan yang bertautan dengan kebudayaan Dong Shan di daratan. Ia ingin memperlihatkan ciri persamaan dan satu sumber antara budaya Dong Shan dan budaya Taiwan, untuk meningkatkan pertukaran antara rakyat kedua tepi selat dan menciptakan suatu iklim harmonis bagi rakyat kedua tepi selat.

Pakar masalah Taiwan Zen Runmei mengatakan, sebagai orang Tiongkok ia merasa bangga atas perkembangan hubungan kedua tepi selat , khususnya sekarang ini kedudukan Tiongkok di arena internasional meningkat terus , ia lebih-lebih mendambakkan penyatuan kembali kedua tepi selat secepat mungkin , agar rakyat kedua tepi selat dapat menikmati bersama kebanggaan dari kebangkitan kembali bangsa Tionghoa. 

Saudara pendengar, itulah tadi lagu Long De Chuan Ren atau Keturunan Naga, sebuah lagu yang amat populer baik di pulau Taiwan maupun daratan Tiongkok. Kata-kata lagu itu antara lain sebagai berikut: Di Timur nan tua terdapat seekor naga, Tiongkok namanya ; Di Timur nan tua terdapat sekompok manusia, keturunan naga semuanya. Di bawah telapak kaki naga raksasa itulah mereka tumbuh , mendewasa menjadi keturunan naga, bermata hitam berambut hitam dan berkulit kuning, mereka keturunan naga selama-lamanya.