Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-10-10 16:46:16    
Kuli Angkat Barang di Chongqing, Tiongkok

cri
 Jangan terkejut kalau anda sedang berada di jalanan kota Chongqing, yaitu kota besar di bagian barat Tiongkok, tiba-tiba mendengar orang berteriak, "Bangbang". Panggilan tersebut ditujukan untuk kuli pengangkut barang atau istilah kerennya poter. Panggilang "Bangbang" bukan untuk kaum lelaki pada umumnya jika diistilahkan dalam bahasa Indonesia. Secara harfiah, Bangbang bermaksud tongkat pikul, adalah nama panggilan yang digunakan untuk para petani yang berganti profesi menjadi pengangkut barang di daerah kota yang berbukit-bukit yang menggunakan tongkat untuk memikul barang-barang tersebut.

Tugas kuli ini bisa apa saja, baik membantu mengangkut belanjaan ibu-ibu, barang-barang penumpang yang turun dari stasiun kereta api atau bus untuk di bawa ke rumah atau ke daerah apartemen mereka yang berjarak kira-kira dua stasiun bus, dan kuli ini biasanya akan diberi upah sekitar 10 yen RMB (sekitar 1,23 dolar AS). Atau kadang-kadang, ada saja orang yang menyuruh Bambang ini mengangkut peralatan seperti komputer atau televisi untuk dibawa ke apartemen atau kantor mereka yang berlantai 10 tanpa menggunakan lift atau elevator.

Pihak pemerintah setempat ada yang berpendapat, bahwa dengan menyandang nama tersebut, kebanyakan orang sangat meremehkan jasa para porter ini, dan memperlakukan mereka dengan sewenang-wenangnya, bahkan tidak sedikit para porter ini mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan selama menjalani tugas mereka. Boleh dikatakan, tugas para pemikul barang atau bangbang ini adalah tugas berat, di samping mereka harus berjalan mendaki untuk membawa barang, mengingat kota ini jalannya berbukit-bukit, ditambah lagi harus menaiki tangga menuju ke lantai apartemen yang tinggi, kadang masih mendapat perlakuan yang kurang adil, atau alias ditipu dan diskriminasi. Contohnya beberapa warga yang pada awalnya berjanji untuk memberikan upah sebesar 5 yuan RMB (61 sen dolar AS), namun begitu barang sudah tiba di tempat tujuan, mereka hanya memberi upah sebesar 2 yuan RMB (24 sen dolar AS). Banyak porter ini yang marah, namun tidak dapat melakukan apapun.

Dan masalah ini tidak luput dari perhatian pemerintah setempat, yang menimbulkan perdebatan sejak Walikota Wang Hongju mengusulkan sebulan yang lalu untuk memberikan nama yang lebih sopan dan tepat bagi para porter ini .

"Mereka melakukan pekerjaan yang paling sukar, melelahkan, kotor, dan berbahaya di kota yang masih menerima gaji yang rendah, kata Wang.

Opini umum terbagi terhadap masalah nama baru untuk "bangbang" ini. Wan Hanmin, seorang supir taksi berusia 41 tahun, mengatakan, "bangbang adalah kata yang netral." Dia mengatakan, "tidak perlu untuk mengganti panggilan tersebut, selama nama tersebut tidak menimbulkan diskriminasi."

Tapi, orang-orang yang menanggapi saran dari walikota tersebut, sejauh ini telah menganjurkan delapan buah nama untuk mengganti sebutan "bangbang." Kebanyakan dari mereka menyukai panggilan "manusia tangguh" atau "tuan" untuk porter laki-laki dan "sister" untuk porter wanita.

Bangbang mulai hadir di Chongqing setelah Tiongkok bereformasi dan membuka beberapa kebijakannya pada akhir tahun 1970-an. Sewaktu pemerintah tidak lagi melarang para petani pergi meninggalkan desa mereka untuk mencari kerja di kota, maka sejak itulah mereka mulai hijrah dan berkerumun di Chongqing untuk mendapatkan uang sebagai pemikul barang atau porter.

Tidak banyak orang yang tahu, berapa sebenarnya jumlah para pemikul barang ini yang tinggal di kota, di antara 30 juta jiwa penduduk yang bermukim di wilayah ini. Tapi mereka kelihatan ada di mana-mana dan bantuan mereka menjadikan hidup terasa lebih mudah bagi kebanyakan warga setempat.

Kebanyakan pemikul barang yang berada di kota ini, semuanya berasal dari daerah pedesaan dan "bangbang" telah menjadi nama sebuah rumah tangga, penduduk setempat biasa memanggil semua buruh migran dari daerah pedesaan di daerah kota dengan sebutan "bangbang".

Walikota mengatakan, "bahwa upah rata-rata setiap buruh migran dari pedesaan menghasilkan nilai kekayaan sekitar 25 ribu yuan RMB (sekitar 3,080 dolar AS) di Chongqing setiap tahunnya. Tapi, pendapatan per kapita tahunan mereka hanya delapan ribu Yuan RMB (sekitar 990 dolar AS). Kita harus menghargai mereka atas kontribusi yang telah mereka berikan terhadap kota ini."

"Kondisi pekerjaan dan tempat tinggal para porter ini adalah buruk dan keamanan mereka tidak dapat dijamin. Hanya antara 10 dan 15 per sen yang telah menerima pelatihan secara professional," kata walikota seperti yang dikutip oleh media setempat.

"Sekitar 92 per sen dari buruh migran pedalaman yang menanggapi sebuah angket yang mengatakan mereka telah dibeda-bedakan di antara pekerja lainnya," kata walikota.