Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-10-28 13:09:58    
Krisis Air Ancam Kemajuan Tiongkok

cri

Air yang merupakan zat paling esensial dalam kehidupan, hingga kini diperkirakan masih terus terancam krisis. Di satu pihak ketersediaan makin terbatas, bahkan di beberapa daerah sudah dapat dikategorikan kritis. Di lain pihak kebutuhan manusia akan zat tersebut terus bertambah. Menghadapi ketidakseimbangan tersebut, maka sumber daya air wajib dikelola lebih baik dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.

Walaupun investasi mungkin meluap dalam pesatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, tapi sumber daya air yang merupakan sumber vital negara sedang dalam keadaan terancam, seorang pakar senior memperingatkan.

Menurut Liu Ning, kepala insinyur Kementerian Sumber Daya Air, mengatakan, sekitar 25 persen dari semua air tanah telah terkontaminasi dengan polusi.

Lebih dari setengah air tanah dalam wilayah dataran, yang meliputi 1,15 juta kilometer persegi, merupakan air minum di bawah standar, dan air tanah pada lebih dari separuh kota-kota di Tiongkok telah tercemar dengan parah, kata Liu.

"Krisis sumber daya air sedang meningkat seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan masyarakat," kata Liu pada sebuah forum di Xinyang, Provinsi Henan, pada hari Selasa yang lalu.

"Pemakaian air yang melebihi sumber penghasilan yang ada di sejumlah wilayah telah menyebabkan beberapa sungai, danau dan tanah basah mengalami kekeringan dan pencemaran yang hebat," kata Liu.

"Hal ini telah menimbulkan sebuah potensi, yang secara langsung mengancam keamanan lingkungan dan ekonomi," imbuhnya.

Beberapa statistik resmi menunjukkan, ada sekitar 164 daerah, yang meliputi area seluas 190.000 kilometer persegi, di mana terlalu banyak air dikeluarkan dari lingkungan. Diperkirakan bahwa, lebih dari 10 miliar meter kubik air yang terlalu banyak telah dipakai.

Penyusutan air, yang meliputi 64 ribu kilometer persegi, termasuk tanah di 50 kota di Tiongkok, sebagai akibat dari penggunaan air yang berlebihan.

Sementara itu, hasil limbah negara mencapai 68 miliar ton pada tahun 2003, tiga kali lipat lebih dari pada tahun 1980. Sekitar sepertiga limbah industri dan dua pertiga limbah domestik dikeluarkan tanpa tindakan apapun.

"Di beberapa wilayah di mana ekosistemnya lemah, sumber daya air yang berkualitas sangat buruk mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat dan mengancam perkembangan sosial dan ekonomi, kata Liu.

Menurut Kementerian Liu, lebih dari 90 sungai di Tiongkok, termasuk dua sungai utama yaitu, Sungai Kuning dan Liaohe, telah menjadi kering. Dibandingkan dengan tahun 1950-an, ukuran danau penyeberangan negara telah menurun sampai 15 persen, sementara tanah basah alami telah menurun hingga 26 persen.