Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-10-31 15:23:30    
China Exclusive: Tiongkok menjadi korban utama proteksi dagang

Kantor Berita Xinhua

GUANGZHOU, 29 Okt (Xinhua) ? Tiongkok menjadi salah satu korban utama proteksi dagang dalam sembilan bulan terakhir. Tiongkok menderita berbagai hambatan dagang termasuk larangan untuk memasok barang-barang dengan harga di bawah harga lokal negara tujuan, ketentuan-ketentuan keamanan, subsidi, dan ketentuan-ketentuan untuk menolak impor yang merugikan, serta ketentuan-ketentuan khusus tentang keamanan.

Menurut Laporan Perdagangan Luar Negeri Tiongkok pada musim gugur 2005 yang diumumkan hari Jumat oleh Kementrian Perdagangan, dalam tiga tetrawulan pertama pada tahun ini, Tiongkok memiliki selisih dagang sekitar 8,9 milyar dolar Amerika. Ini merupakan suatu pertumbuhan yang besarnya lebih dari 700 persen dalam setahun.

"Situasi ini mungkin akan tetap tidak berubah di tahun 2006, karena surplus perdagangan Tiongkok akan mencapai 90 milyar dolar Amerika dalam satu tahun ini dan karena beberapa kekuatan ekonomi utama dunia tetap memberlakukan kebijakan proteksi dagang, dengan alasan tingginya tingkat pengangguran," kata Li Rongcan, Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Kementrian Perdagangan.

Beberapa ahli yang lain mengatakan bahwa dengan melonjaknya kenaikan selisih dagang, focus konflik beralih secara bertahap dari perdagangan barang-barang ke nilai tukar mata uang Tiongkok, kebijakan perpajakan, dan struktur ekonomi.

Meskipun permintaan domestik menurun dan impor juga melambat, karena kontrol makro-ekonomi, anggapan bahwa Pemerintah Tiongkok telah meningkatkan perdagangan luar negeri dengan perangkat administratifnya pada separuh tahun pertama tahun ini tidak dapat dibenarkan," kata Li Yushi, wakil kepala Institut Riset di Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi.

Ia menegaskan, "Tiongkok tidak mengejar surplus perdagangan, atau tidak melakukan yang disebut "merkantilisme." Sebaliknya, pertumbuhan terus-menerus telah menjadi salah satu perhatian Pemerintah Tiongkok, karena ini membantu meningkatkan cadangan devisa negara menjadi 760 milyar dolar Amerika, yang telah mulai mulai berdampak bagi ekonomi nasional.

Banyak ekonom yang menyatakan bahwa sebab pertumbuhan pesat perdagangan luar negeri Tiongkok ditimbulkan karena cepatnya pertumbuhan ekonomi global dan stabilnya laju permintaan di pasar dunia.

"Secara kontras, secara umum pasar domestik Tiongkok memiliki terlalu banyak persediaan, sehingga para pedagang beralih ke pasar internasional yang kemudian meningkatkan ekspor, kata Li Yushi.

Menurut Li, salah satu faktor di balik pesatnya pertumbuhan perdagangan luar negeri Tiongkok terletak pada kemampuan produksi yang dikumpulkan oleh investasi langsung oleh perusahaan asing selama tahun-tahun terakhir ini.

Misalnya sektor tekstil. Survey terakhir menunjukkan bahwa beberapa bisnis tekstil Amerika mengucurkan berjuta-juta dolar Amerika ke Tiongkok. Hampir semua produknya di jual di luar negeri. Demikian dikatakan Cao Xinyu, wakil ketua Kamar Dagang Tiongkok untuk impor dan ekspor tekstil.

"Meskipun prospek perdagangan tekstil Tiongkok-Amerika tidak jelas, belum ada bukti bahwa bisnis ini akan berrhenti melakukan ekspansi produksi," kata Cao.

Sangat kontras dengan pertumbuhan ekspor yang sangat cepat, impor mengalami penurunan drastic yang tidak biasanya di Tiongkok.

Li mengatakan, "Ini terutama karena turunnya pasokan bahan-bahan mentah dan alat-alat, terutama alat-alat yang diimpor oleh investor asing sebagai salah satu bentuk investasi, yang turun 11,7 persen dari tahun ke tahun selama sembilan bulan pertama.

Meskipun demikian, ketentuan-ketentuan kontrol makro ekonomi Tiongkok telah perlahan-lahan dianut oleh pasar domestik sehingga permintaan di dalam negeri mungkin akan segera naik.

Sumber-sumber bagian bea cukai mengatakan bahwa pada bulan September, volume impor Tiongkok naik 23,5 persen dalam bulan yang sama tahun lalu menjadi 62,6 milyar dolar Amerika. Volume ekspor naik 25,9 persen menjadi 70,2 milyar dolar Amerika, lebih lambat dari pada pertumbuhan 32,1 persen bulan Agustus. Surplus perdagangan ikut turun dari 10 milyar dolar di bulan Agustus dan 10,5 milyar di bulan Juli menjadi 7,6 milyar di bulan September.

"Saat ini, impor adalah aktivitas bisnis murni. Hampir tidak ada ruang bagi pemerintah untuk ikut campur secara administratif setelah Tiongkok masuk ke Organisasi Perdagangan Internasional.( WTO ). Seiring dengan pulihnya investasi dalam negeri, surplus perdagangan Tiongkok pada tahun 2006 mungkin akan menurun dari yang 90 milyar dolar Amerika yang diperkirakan saat ini," kata Li Yushi. Enditem.