Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-11-02 17:13:22    
Taman Kerajaan Chengde

cri

Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini akan kami perkenalkan Chengde, suatu tempat peristirahatan musim panas kaisar-kaisar Dinasti Qing yang tidak jauh letaknya dari Beijing.

Berangkat dari Beijing ke arah utara sejauh 200 km lebih, akan sampailah kita ke Kota Chengde di Provinsi Hebei.

Chengde terkurung oleh perbukitan, di sebelah selatan tampak Tembok Besar meliuk-liuk di punggung Bukit Jinshan, memancarkan sinar kuning keemas-emasan di bawah sorotan sinar matahari musim gugur. Bagian dari Tembok Besar ini terpelihara cukup baik. Mengenai Tembok Besar Bukit Jinling itu, wisatawan Ma Zhandong mengatakan,"Tembok Besar Bukit Jinling sangat megah. Melepas pandang dari atas tembok itu, kita akan melihat bukit-bukit sambung menyambung bagai gelombang laut yang naik turun, sungguh megah."

Pada Tembok Besar Bukit Jinling, kita bisa melihat bata-bata tembok yang di atasnya terukir tulisan yang menyatakan sektor Tembok Besar ini dibangun oleh pasukan mana dan kapan dibangun. Di atas tembok terdapat pula sejumlah bangunan yang bentuknya aneh, dinamakan benteng. Benteng-benteng itu umumnya dua susun, bagian bawah bisa menampung sekitar 70 orang, sedang di bagian atas adalah bilik kecil, tempat prajurit berteduh ketika berpiket.

Tembok Besar sejatinya dibangun oleh etnis Han di daerah Tiongkok tengah sebagai bangunan pertahanan untuk menangkis serangan etnis nomadik atau penggembala di daerah Tiongkok utara. Namun pada abad ke-17, etnis Manzhu, etnis nomadik yang bermukim di sebelah utara Tembok Besar bergerak ke selatan dari daerah Tiongkok timur laut dan mendirikan Dinasti Qing di daerah Tiongkok tengah. Dengan demikian, fungsi Tembok Besar sebagai bangunan untuk pertahanan juga hilang dengan sendirinya. Kaisar-kaisar Dinasti Qing yang tinggal di Beijing gemar berburu di padang rumpung di sebelah utara Tembok Besar, sedang Chengde terletak justru di antara Beijing dan padang rumput, ditambah pemandangan daerah ini sangat indah, musim dingin tidak terlalu dingin dan musim panas sangat sejuk, maka daerah ini dipilih oleh kaisar Dinasti Qing untuk membangun istana dan taman, dan Chengde pun menjadi pusat politik dan budaya hanya di bawah Beijing.

Istana Musim Panas Chengde seluas 560 hektar adalah istana sementara kaisar Dinasti Qing yang dibangun di pinggiran utara kota Chengde. Dilihat dari luar, istana itu dikelilingi tembok tinggi yang naik turun mengikuti bentuk bukit sehingga tampak seperti sebuah kota kuno yang membangkitkan berbagai imajinasi. Memasuki halaman istana itu, tampak sejumlah bangunan istana berlindung di tengah pohon-pohon tua yang hijau rimbun. Genting glasir berwarna cerah dan ujung atap yang melengkung ke atas menunjukkan keramaian yang pernah hadir di sini.

Menurut pemandu wisata Wei Li, taman peristirahatan ini selesai dibangun tiga generasi kaisar Dinasti Qing dengan memakan waktu 87 tahun. Di dalamnya terdapat lebih 120 bangunan seperti paviliun, punjung, kuil, pagoda, koridor dan jembatan.

Dikatakan oleh Wei Li, di taman peristirahatan ini terdapat daerah istana, daerah perbukitan, daerah danau dan daerah dataran rendah. Daerah istana merupakan miniatur kota terlarang di Beijing, tapi hanya menempati 3 persen luas seluruh taman peristirahatan. Di dalam taman ini terdapat banyak lanskap alam gunung, sungai dan danau."

Daerah istana terletak di bagian selatan, merupakan tempat kaisar Dinasti Qing menangani urusan pemerintah, menyelenggarakan upacara penting dan menemui utusan negara lain, juga tempat tinggal kaisar. Kini, kalau kita berkunjung ke sana, kita bisa menyaksikan orang zaman sekarang yang mengenakan pakaian panggung seperti orang zaman dulu dan mengerjakan hal-hal seperti yang dilakukan di dalam kerajaan ratusan tahun lalu, seolah kita kembali ke zaman yang telah silam.

Di sebelah utara daerah istana adalah daerah danau yang luasnya hampir 30 hektar, terbagi menjadi beberapa danau oleh tanggul dan pulau kecil, di tepi danau adalah berbagai macam bangunan gaya Tiongkok selatan yang indah. Dan di sebelah utaranya lagi adalah daerah dataran rendah di mana terhampar lapangan rumput yang hijau, di atasnya adalah pohon-pohon tua yang tinggi besar, sedang di daerah perbukitan terdapat bukit-bukit yang curam dan hutan yang lebat. Karena pemandangan di taman itu mencerminkan ciri khas lanskap di daerah yang berbeda di Tiongkok, maka berjalan-jalan di sini seperti berkeliling seluruh Tiongkok.

Sudah sejak belasan tahun lalu, Taman Istana Musim Panas dicantumkan oleh Unesco dalam daftar warisan budaya dunia, tercantum pula dalam daftar itu 12 kuil kerajaan di sekitar taman.

Kuil-kuil kerajaan itu beraneka ragam gayanya, misalnya Kuil Puning, kuil kerajaan pertama yang dibangun setelah taman istana musim panas itu selesai dibangun sudah bersejarah 250 tahun, di dalam kuil itu terdapat sebuah patung Buddha warna emas yang mempunyai 42 lengan. Patung setinggi 42 meter itu sangat serasi perbandingannya, halus ukirannya dan khas bentuknya. Sedang Kuil Putuo Zongcheng adalah yang paling luas dan bentuk bangunannya meniru Isatana Potala di Tibet, maka dinamakan pula Istana Potala Mini. Raja dan bangsawan dari Tibet dan Qinghai pada zaman dulu tinggal di kuil ini ketika datang menghadap kaisar. Kuil Ximi Fushou yang terletak di sebelahnya dibangun meniru Kuil Zaxilumbo di Sigaze Tibet, merupakan istana penginapan Panchen Ke-6 ketika datang menghadap kaisar Dinasti Qing.

Pejabat pengurus kuil-kuil di kota Chengde, Hu Zhanqi mengatakan,"Kuil-kuil itu dibangun untuk etnis-etnis yang berbeda, maka memiliki ciri yang berbeda pula. Ketika mereka datang menghadap kaisar serta melakukan kegiatan politik dan agama, kuil-kuil itu adalah tempat bagi mereka untuk istirahat dan melakukan kegiatan. Kuil-kuil itu dibangun juga untuk menjalin persatuan dengan etnis-etnis tersebut."

Kini, Dinasti Qing sudah menjadi sejarah, namun kuil, taman pertirahatan dan istana di Chengde masih terpelihara utuh dan baik, dan masih menunjukkan kemegahan Dinasti Qing yang pernah berjaya, tak ubahnya seperti bayangan dinasti itu yang telah pergi jauh dan menjadi buah renungan.