Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-11-07 13:34:55    
Idul Fitri di Beijing

cri

Setelah seluruh umat muslim di dunia selama sebulan menahan haus dan lapar di bulan Ramadhan, kini telah tiba saatnya mereka pun merayakan hari kemenangan yang disambut dengan gegap gempita. Seperti halnya di Indonesia, perayaan hari raya lebaran atau idul fitri kerap diwarnai dengan pulang mudik ke kampung halaman. Semua jalur transportasi, baik, darat, laut dan udara sibuk, rame dan macet. Bandara, pelabuhan, stasiun bus dan kereta api dipenuhi oleh arus penumpang. Tiket untuk acara pulang mudik sudah dipesan sejak sebulan sebelumnya, agar tidak kehabisan.

Suasana begini tentu saja merupakan panen bagi perusahaan jasa transportasi. Kebanyakan mereka menaikkan harga tiket, di samping alasan lebaran, juga karena harga BBM naik. Selain transportasi yang naik, hal-hal lain juga ikut naik, seperti harga bahan pangan, pakaian, hotel, dan lain-lain, yang semuanya naik secara dadakan. Lalu bagaimana pual dengan suasana lebaran di Tiongkok, khususnya Beijing ?

Beijing yang memiliki umat muslim sekitar tiga juta jiwa, merayakan hari raya idul fitri hampir sama dengan umat muslim lainnya di dunia ini. Sebelum memasuki bulan Syawal, para umat muslim di Beijing, melaksanakan shaum Ramadhan atau berpuasa di bulan Ramadhan selama satu bulan. Bedanya dengan di Indonesia, hanyalah suasana perayaan idul fitri tadi, kalau di Indonesia, pada malam menjelang hari raya idul fitri, orang-orang akan melakukan takbir di jalanan, dengan mengendarai mobil, motor atau bahkan menyewa angkutan umum, membawa beberapa alat bunyi-bunyian, seperti gendang, trompet, dan pengeras suara. Rombongan takbiran ini akan berkeliling kota untuk memeriahkan suasana malam lebaran. Tapi di Tiongkok itu tidak ada, termasuk juga kebiasaan pulang mudik. Umumnya takbiran hanya dilakukan di mesjid saja. Kebetulan di Kedutaan Republik Indonesia (KBRI) Beijing, pada malam lebaran juga menggelar takbir, sehingga kaum muslim Indonesia bisa ikut memeriahkan penyambutan suasana lebaran ini dengan takbir bersama di ruangan sholat di KBRI. Acara ini dimulai pada pukul 07:30 malam waktu setempat.

Keesokan harinya atau hari pertama pada perayaan Idul Fitri tanggal 3 November, di lingkungan mesjid Niujie, digelar beberapa jajanan pasar, yang menjual makanan-makanan khusus lebaran. Suasana di lingkungan mesjid Niujie itu terbilang ramai, dengan hadirnya jajanan pasar yang digelar di pinggir jalan. Keramaian tersebut tidak hanya dipenuhi oleh umat Islam Beijing yang sedang merayakan idul fitri, tapi juga warga Tionghoa nonmuslim ikut jajan di sana. Banyak makanan yang dijual, baik makanan kering maupun basah.

Dari jajak pendapat yang dilakukan terhadap beberapa orang warga muslim Beijing, mereka merasa sangat gembira dengan datangnya hari lebaran ini. Di samping mereka telah dapat melewati Ramadhan dengan lancar meskipun banyak godaan di sana-sini. Selain itu juga berlebaran merupakan salah satu ajang untuk dapat saling silaturrahmi dengan umat muslim lainnya.

Demikian pula halnya dengan umat muslim Indonesia yang merayakan idul fitri di Beijing. Merasakan kegembiraan dan kehangatan yang sangat menyentuh, dengan suasana keakraban dan kekeluargaan yang kerap dihadirkan oleh para warga Indonesia di sini. Bagi kami yang warga perantauan ini, tentu sangat merindukan suasana kumpul keluarga pada saat hari lebaran tiba. Tapi dengan adanya KBRI, rasa rindu tadi sedikit terobati, karena dapat merasakan suasana lebaran yang sama dengan di Indonesia.