Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-11-10 13:33:09    
Desa Hujie di tengah Jalan Kuno Teh-Kuda

cri

Di bawah sorotan sinar matahari yang lembut, terlihat jelas bekas tapal kuda di sepanjang jalan lempeng batu. Liu Rong , seorang kakek berusia 70 tahun sedang sibuk dengan mesin jahitnya , dan sudah apatis terhadap jalan kuno Teh-Kuda di depan rumahnya itu. Ia sudah 50 tahun menjadi penjahit dan telah menjahitkan pakaian untuk pelanggan yang tak terbilang banyaknya.

Walaupun cerita tentang kafilah berkuda sudah menjadi sejarah, akan tetapi pengaruhnya tidaklah sirna sejalan dengan lenyapnya kafilah berkuda itu, tetap terasa keras bila Anda menginjakkan kaki di bumi Desa Hujie Kabupaten otonom etnis Yi Propinsi Yunnan yang tersembunyi di gunung Wuliang, sebuah jalan kuno Teh-Kuda yang melintasi desa itu telah menyimpan banyak dongeng tua tentang kafilah berkuda yang legedaris itu, walaupun toko-toko di kedua tepi jalan yang dibuka oleh warga desa memperlihatkan nuansa modern.

Seperti halnya Kakek Liu Rong, warga desa itu mewarisi ide berdagang dari kafilah berkuda, mereka dari petani tradisional menjadi pedagang kecil dengan membuka toko sendiri atau menjadi pengrajin karya kesenian yang dijadikan cendra mata, dan cara hidup itu sudah menjadi arus besar di desa itu. Desa Hujie sudah bersejarah lebih 300 tahun dan pernah menjadi sektor penting dari Jalan Kuno Teh-Kuda dari Yunnan ke Tibet. Kafilah berkuda pengangkut teh dari Simao , daerah penghasil penting teh Puer haruslah melintasi desa tersebut bila menuju Nanjian, Dali dan Lijiang. Menurut cerita orang-orang tua di desa itu, setelah tahun 50-an abad lalu , kafilah bertkuda berangsur-angsur meninggalkan daerah tersebut.

"Saya sudah tidak ingat lagi kapan tepatnya kafilah berkuda tidak lagi melintasi desa kami , saya hanya ingat ketika saya berumur 7 tahun kafilah bekuda pernah menginap di rumah kami."Demikian tutur Jiang Zhengguo seorang kakek berusia 64 tahun tentang kenang-kenangannya di masa silam yang tetap terukir dalam benaknya. Ketika itu kafilah berkuda sering menginap di rumah penginapannya, mereka umumnya mengenakan pakaian yang terbuat dari kain tenun, memasak sendiri di pekarangan rumah, barang-barang angkutan mereka seperti teh dan bahan makanan ditumpuk di pekarangan rumah. Ia sering menyaksikan suasana meriah ketika kafilah berkuda dari Tibet melintasi jalan batu lempeng di desanya, orang-orang Tibet itu mengenakan jubah khas Tibet dengan menyandang senapan lantak dan menggantungkan pedang panjang pada pinggangnya, sangat menarik perhatian , dan mereka umumnya membawa sekitar 40 ekor kuda untuk mengangkut teh. Bunyi kelenengan dan detak derap kaki kuda dari kafilah orang Tibet masih segar dalam ingatan kakek Jiang Zhengguo.