Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-11-16 20:29:12    
Cerita dari Beijing : Di Negeri Perantauan

cri

Banyak hal menarik yang bisa dijumpai di Beijing. Sepanjang saya hidup di sini, sebagai seorang perantauan dari benua Asia juga, saya menemukan banyak hal yang dapat untuk dijadikan sebuah catatan atau cerita mengenai pengalaman hidup saya di sini. Selain menjadi ibukota dan pusat pemerintahan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), kota ini menarik karena ketuaannya. Paling tidak itu dijumpai pada jejak sejarah 3.000 tahun silam.

Beijing memiliki luas wilayah sekitar 16 ribu kilometer persegi dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 18 juta jiwa, baik yang tinggal di pusat kota maupun di peluaran kota. Ada yang bilang bahwa luas wilayah Beijing ini hampir setara dengan wilayah negeri Belgia, tak tahulah saya, karena saya belum pernah pula menjejakkan kaki di negara Belgia. Dengan keluasan wilayahnya tersebut, maka wajar Beijing mempunyai jalan lingkar hingga lima jalur. Sudah pasti jalan lingkar yang dibuat tersebut untuk memperlancar arus lalu lintas.

Canggihnya lagi, meskipun padat penduduknya, di mana-mana kita akan bisa menjumpai arus manusia baik di jalan, supermarket-supermarket, mal-mal, subway, dan lain sebagainya, namun arus lalu lintas ini termasuk rapi, kemacetan yang disebabkan oleh berbagai jenis kendaraan, tidak hanya oleh bis-bis kecil, sedang dan besar, mobil pribadi, taksi, namun juga para pengendara sepeda tidak begitu parah, karena pemerintah sudah mengaturnya, di mana jalur untuk sepeda dan di mana jalur untuk kendaraan roda empat. Tidak ada yang berani melanggar jalur tersebut kalau tidak dengan terpaksa oleh keadaan. Anehnya lagi, saya jarang sekali melihat para pengendara sepeda motor. Tidak pahamlah saya kenapa tidak ada kendaraan roda dua bersileweran di jalan-jalan raya. Padahal setahu saya bahwa Tiongkok juga merupakan salah satu produsen sepeda motor terbesar di Asia, produknya hampir mengungguli Jepang. Bahkan produk ini sudah pula sering masuk ke pasar Indonesia.

Kesan Mendalam

Sisi yang menarik dari kota ini ialah, harmoni yang tercipta oleh begitu banyaknya bangunan kuno dan modern yang berdiri berdampingan, menambah kemolekan kota ini. Bahkan restoran-restoran modern pun dibangun dengan arsitektur bergaya kuno, saya sangat menyukai penampilan gedung atau bangunan-bangunan lama, begitu pula dengan warga asing yang tinggal di sini, mungkin karena orang-orang sekarang kebanyakan sudah pada lelah dan letih akan peradaban modern, kebanyakan orang justru ingin menciptakan suasana setradisional dan seklasik mungkin. Seperti yang saya alami saat ini, justru saya menghias dan mendekor flat saya di sini dengan menggabungkan perabotan modern dan antik. Karena saya ingin menampilkan kesan etnis dan tidak monoton ke dalam bentuk yang serba masa kini. Barang-barang tersebut bisa kita dapati dengan mudah dan murah di sini. Kebetulan daerah rumah saya berdekatan dengan pasar barang bekas. Meski bekas, namun barang-barang tersebut masih bagus dan pantas untuk digunakan. Syaratnya ialah, pada saat hendak berbelanja, untuk mendapatkan barang bekas yang masih bagus dan layak pakai, kita harus berhati-hati meneliti dan memilih barang-barang tersebut, karena pada umumnya, banyak di antara barang-barang bekas tersebut masih kelihatan baru. Jadi kita harus sabar dalam melihat satu per satu tempat yang menjual barang-barang tersebut, tidak bisa terburu nafsu. Dan kalau sudah yakin lakukanlah penawaran yang baik, karena kalau tidak, anda menunda untuk membelinya, maka keesokan harinya, mungkin paling lama selang dua hari barang tersebut sudah melayang, alias terjual. Selain itu juga di Beijing sini terdapat pasar barang antik yang besar, yaitu Panjayuan. Segalanya ada, dan bagi para pecinta barang antik tentu sangat bersenang hati apabila dibawa ke pasar ini. Karena apa yang kita inginkan dan mungkin hanya baru terpikir jenis barang antik bagaimana untuk dikoleksi atau untuk penghias rumah, anda bisa menemukannya di sini. Soal harga tidak perlu khawatir, karena barang-barang tersebut masih bisa terjangkau oleh kocek kita. Syaratnya hanya satu, asal pintar-pintar menawar harga. Pertama kali saya datang ke pasar ini, rasa kagum saya sangat besar, karena saya tidak menyangka bahwa ada pasar barang antik sebesar dan seluas ini. Barang-barang yang dijajakan pun benar-benar bagus, dan murah-murah. Dengan melihat barang-barang tersebut, semula tidak timbul ide apa dan bagaimana nantinya flat saya ini dihias, jadi timbul ide kreasi. Karena Panjayuan telah menyediakan beraneka ragam barang yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan kita. Namun sayangnya pasar ini hanya dibuka dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Sabtu dan Minggu saja.

Tempat Wisata Utama di Beijing

Selain tempat-tempat barang bekas dan antik, di Beijing juga banyak tempat untuk wisata. Selain Tembok Besar Tiongkok yang terkenal seantero dunia, sudah barang tentu para wisatawan asing yang datang ke sini tidak akan melewatkan kunjungan ke tembok tersebut. Acara kunjungan ke Tembok Besar merupakan salah satu agenda besar dalam catatan para pengelola industri perjalanan wisata. Alkisah dibangunnya tembok pada masa Dinasti Qin sekitar abad kedua Sebelum Masehi sehabis mempersatukan Daratan Tiongkok dan baru selesai pada abad ke-17 semasa Dinasti Ming ialah sebagai benteng pertahanan terhadap bangsa Mongolia dari Utara yang waktu itu dianggap sebagai bangsa liar. Bangunan itu membentang dari Timur ke Barat, bermula dari pantai dekat Teluk Korea melewati hutan, mendaki pegunungan, dan menjelajah gurun pasir. Panjang total tembok ini sekitar 5.660 km, dan merupakan benda buatan manusia yang termasuk ke dalam tujuh keajaiban dunia. Menurut pengalaman saya sewaktu mengunjungi tembok ini, tidak semua tembok dapat saya telusuri, mengingat luas dan tingginya tembok-tembok tersebut. Waktu itu saya hanya mengunjungi Badaling saja, di mana sisi ini dibilang tidak begitu terjal dan curam, padahal saat itu saja saya sudah kepayahan untuk dapat mencapai puncak, karena selain mendaki juga anak tangganya pun cukup tinggi, kira-kira hampir selutut. Karean melihat keadaan medan dan juga memperhitungkan kondisi saya yang sudah kepayahan untuk mendaki maka saya putuskan untuk tidak melanjutkan pendakian tersebut. Cukup hanya di tengah-tengah saja, walaupun begitu saya sudah merasa puas. Dan hal yang paling menggelikan ialah, makin tinggi benteng itu, makin mengecil pula lebarnya. Kita tidak bisa berdiam lama-lama untuk beristirahat karena padatnya para pelancong yang mendaki dan karena kesempitan tempat tersebut maka sangat terasa sesak, sehingga memungkinkan timbulnya reaksi desak-desakan, baik di atas tangga maupun di benteng tersebut.

Hal yang unik ialah, ketika selesai mendaki tembok, maka kita akan ditawari pembuatan sertifikat, yang menerangkan bahwa kita telah berhasil mendaki tembok ini. Sertifikat tersebut berbentuk plakat yang terbuat dari logam berwarna perunggu atau kuning emas, tergantung selera dengan berbagai bentuk atau ukuran. Salah satunya ialah, ada yang berbentuk seperti medali yang memiliki tiga warna yaitu emas, perak, dan perunggu, di atas medali tersebut akan diukir nama kita dan tanggal pendakian kita saat itu. Sangat menarik.

Tempat wisata kuno lainnya yang juga kerap menjadi tempat-tempat utama dan bersejarah yang patut untuk dikunjungi ialah, Lapangan Tian'an Men dan Forbidden City (Kota Terlarang). Biasanya sejauh pengetahuan saya, para wisatawan asing yang baru mendarat di lapangan udara Capital Beijing, dijemput oleh agen perjalanan wisata setempat dengan sebuah bus khusus dari perusahaan tersebut, langsung membawa para wisatawan tersebut mengunjungi Lapangan Tian'anmen dan Forbidden City. Seperti pada saat saya kembali dari Indonesia tahun lalu, kebetulan saya satu pesawat dengan rombongan wisatawan Indonesia yang berjumlah sekitar 160 orang yang ingin berwisata ke beberapa kota di Tiongkok, di mana kunjungan pertama mereka ialah Beijing. Menurut keterangan dari salah seorang peserta rombongan tersebut, bahwa agenda acara mereka pertama-tama ialah mengunjungi kedua tempat yang saya sebutkan tadi.

Lapangan Tian'Anmen ialah, lapangan yang merupakan alun-alun Beijing tersebut dikelilingi oleh bangunan Museum Sejarah Tiongkok dan Museum Revolusi Tiongkok yang terletak di sebelah timur dan Balai Agung Rakyat di sebelah barat. Sedangkan di utara terdapat makam ketua Mao, tokoh Partai Komunis Tiongkok (PKT) dengan foto besar terpampang di luar. Pusat alun-alun itu adalah Tugu Pahlawan Rakyat. Setiap pagi pada upacara penaikan bendera di lapangan ini sekitar pukul 6 pagi atau tergantung musim di Beijing, jika pada saat musim panas tentulah akan lebih cepat lagi, yaitu sekitar pukul 5 pagi, lapangan tersebut dipadati oleh para pengunjung baik penduduk setempat maupun wisatawan asing untuk menyaksikan upacara tersebut. Begitu pula pada sore harinya, umumnya yang saya saksikan ialah pada pukul 06:00 waktu setempat upacara penurunan bendera dimulai, saat itu semua kendaraan termasuk pejalan harus berhenti dan hal tersebut dijaga ketat oleh pasukan keamanan untuk menertibkan para warga yang hendak berlalu-lalang di lapangan tersebut selama upacara berlangsung. Di sini rasa kagum saya timbul, demi melihat para warga Beijing mau pagi-pagi keluar rumah dan berduyun-duyun datang ke lapangan Tian'An Men untuk menyaksikan upacara penaikan bendera dan memberi hormat secara khidmat kepada bendera kebangsaan negeri mereka.

Sedangkan Kota Terlarang (Forbidden City), sebenarnya hanya nama julukan saja untuk menarik minat para wisatawan berkunjung ke sini. Diberikan nama tersebut biar berkesan penuh misteri dan legenda bagi tempat tersebut. Di Tiongkok umunya setempat tempat memiliki julukannya masing-masing dan hikayatnya sendiri, sehingga mengundang keingintahuan para pengunjung juga kita diajak untuk berimajinasi kembali ke beberapa ratus atau bahkan ribuan tahun yang lalu.

Namun tentu saja Forbidden City ini memiliki nama resmi yaitu Museum Keraton yang dulunya dihuni oleh 24 Kaisar dan keluarga dari Dinasti Ming dan Qing yang pertama sekali dibangun pada tahun 1406. Berlokasi di tengah kota Beijing dan memiliki luas sekitar 720.000 meter persegi yang sering disebut sebagai kumpulan arsitektur kayu terbesar di dunia dengan memiliki 8.707 kamar. Di tempat ini kita tidak dapat menemui banyak pepohonan, nyaris gersang. Menurut informasi dari pemandu wisata, ketiadaan pohon-pohon di sini bukan berarti tanahnya yang tidak memungkinkan untuk menanam pohon, namun hal ini memang disengaja untuk menghindari kemungkinan masuknya para penyusup, demi mengingat luasnya wilayah tempat ini, memungkinkan jika banyak ditanami oleh pepohonan maka memudahkan bagi penyusup untuk masuk ke tempat ini tanpa diketahui. Selain ketiga tempat itu, masih ada lagi menjadi tempat-tempat utama yaitu Istana Musim Panas (Summer Palace) dan Temple of Heaven (Kuil Langit). Istana Musim Panas dulunya merupakan istana yang didiami oleh raja dan keluarganya pada saat musim panas hadir.

Tempat ini sangat molek, dihiasi dengan bukit dan danau yang luas. Juga disediakan perahu atau boat untuk melayari danau ini yang terletak di bagian barat laut kota Beijing atau sekitar 20 km dari pusat kota Beijing. Taman ini terkenal karena mempunyai sejarah yang amat lama lebih dari 800 tahun. Dibangun pada abad ke 12, tepatnya pada tahun 1153, pada masa Dinasti Qianlong.

Taman Yihe Yuan atau Summer Palace yang luasnya 290 hektar, tak pernah sepi dari pengunjung. Orang dari segala usia datang kemari menikmati dan memanfaatkan semua fasilitas yang ada dalam taman tersebut. Terutama pada musim panas seperti sekarang ini, taman Yihe Yuan tak pernah sepi dari kegiatan dan pengunjung baik dalam dan luar negeri, dimana menurut sejarah pada masa kerajaan masih bertakhta di bumi Tiongkok ini, taman Yihe Yuan dikhususkan hanya untuk kalangan kerajaan saja, bukan digunakan sebagai taman umum. Baru pada tahun 1924 taman Yihe Yuan berubah menjadi taman umum, dimana para masyarakat umum dapat berkunjung dan menikmati kemolekan taman ini.

Taman Yihe Yuan menjadi terasa berbeda dengan taman kota lainnya karena memiliki begitu banyak bangunan-bangunan di dalam taman, sekitar lebih kurang 3.000 bangunan-bangunan, aula, paviliun, menara, dan lain-lain, serta dilengkapi pula dengan adanya danau buatan yang diberi nama danau Kunming, bukit panjang umur, dan koridor panjang yang bagian atasnya dihiasi dengan hiasan lukisan cerita rakyat atau dongeng Tiongkok. Sungguh menarik dan sangat indah, sehingga menambah keartistikan sentuhan daya seni yang bernilai tinggi dan unik.

Sedangkan Kuil Langit dulunya digunakan oleh para kaisar untuk berdo'a. Kuil ini dibangun pada tahun 1420 pada pemerintahan raja Yongle dan digunakan oleh Kaisar Ming dan Qing. Kuil ini terletak di bagian selatan Beijing dengan luas 273 hektar.

(Bebby)