Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-11-17 15:46:29    
Tiongkok Hadapi Peregangan Budaya

cri

(Xinhua, 16/11)Beberapa perayaan festival tradisional di Tiongkok, seperti Festival Musim Semi dan Pertengahan Musim gugur, memiliki arti yang besar bagi seluruh rakyat Tiongkok di sini, misalnya, selama perayaan tersebut, mereka memiliki kesempatan untuk berkumpul dengan seluruh anggota keluarga, bisa bersantai-santai atau beristirahat sejenak dari kegiatan rutinitas setiap hari, dan bahkan mereka juga dapat berwisata ke beberapa tempat menarik di Tiongkok maupun ke luar negeri.

Tapi rasa kehangatan dan kemeriahan dalam menyambut perayaan-perayaan tersebut, kiranya sudah sedikit memudar dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Hal ini tidak saja disebabkan oleh pengaruh dari beberapa budaya barat, seperti perayaan hari Kasih Sayang atau Valentine dan Natal, tapi juga disebabkan oleh beberapa jenis festival yang diciptakan sendiri, yang telah tumbuh subur di seluruh nusantara Tiongkok dalam beberapa tahun ini.

Sejak beberapa kurun waktu belakangan ini, para kawula muda Tiongkok telah keranjingan atau tergila-gila dengan perayaan-perayaan dari barat daripada perayaan-perayaan tradisional Tiongkok sendiri, walhasil dari sikap para kawula muda ini, yang mendapat untung besar atau rezeki nomplok adalah para pebisnis yang bergerak di bidang hiburan sejenis ini, tapi tidak demikian dengan para warga lainnya, mereka menjadi frustasi, khususnya para pegiat seni tradisional Tiongkok dan para ahli adat-istiadat rakyat dan sosiologis yang khawatir tentang adat-istiadat dan kebudayaan Tiongkok yang akan dilupakan oleh para generasi muda.

Terlebih-lebih lagi kekhawatiran mereka saat ini terhadap beberapa festival-festival buatan atau palsu seperti, Festival Kura-Kura Darat, Festival Kastanye Tiongkok, Festival Raja Babi, Festival Belanja, Festival Anak Kembar, dan lain sebagainya, sering dimanipulasi oleh tujuan-tujuan komersial. Kadang-kadang, beberapa festival dengan tema yang sama disuguhkan secara serentak di tempat yang sama.

Banyak Festival yang Tidak Bermakna

Di beberapa tempat, Festival Pertengahan Musim Gugur, diganti dengan sebutan Festival Kue Bulan. Perayaan ini merupakan ajang untuk kumpul keluarga, sedangkan Festival Onde-onde Ketan untuk mengganti nama Festival Perahu Naga dan banyak lagi nama-nama festival tradisional yang diciptakan ke dalam istilah-istilah yang lebih keren sesuai dengan selera muda, seperti Festival Ponsel, Sepeda Motor dan Ornamen yang digelar selama perayaan beberapa festival tradisional seperti Festival Musim Semi atau Imlek dan selama masa Liburan Hari Nasional, yang jatuh pada minggu pertama di bulan Oktober.

Makna dari festival-festival tersebut dan isi dari kebudayaan tradisional telah diredupkan oleh ramainya perayaan-perayaan buatan baru yang tidak memiliki arti sama sekali, alis tidak berisi, menjemukan, dan selalu memiliki tema yang sama," kata Jiang Shouhuo, seorang ahli kebudayaan rakyat.

"Beberapa festival tradisional berasal dari sejarah tua yang telah berusia berabad dan legenda-legenda yang indah, kata Jiang, menambahkan bahwa sejarah dan kebudayaan merupakan faktor-faktor utama yang dapat menarik masyarakat umum dan memperpanjang keberadaan beberapa festival tradisional tersebut."

Seperti perlombaan Perahu Naga, yang berasal dari kebudayaan Tiongkok, sekitar 2.300 tahun yang lalu, kata Jiang. Tradisi ini lahir dari sebuah legenda seorang penyair yang bernama Qu Yuan yang mengalami kekecewaan. Karena rasa kecewanya tersebut maka dia memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat ke dalam Sungai Miluo untuk menunjukkan keinginannya mengabdi kepada negara. Demi mencari jasadnya yang telah tenggelam di sungai itu, orang-orang berlomba-lomba menuju ke tempat tersebut dengan mendayung perahu sekencang-kencangnya. Mereka juga membuat suara bunyi-bunyian yang keras untuk menakut-nakuti ikan dan melemparkan beberapa onde-onde ketan ke dalam air untuk memancing ikan-ikan tersebut agar menjauhi tubuh Qu Yuan. Saat ini rakyat Tiongkok memperingati hari kematian Qu ini dengan menggelar perlombaan perahu naga dan makan onde-onde ketan selama Festival Perahu Naga, yang jatuh pada setiap hari kelima di bulan Mei pada penanggalan Imlek.

"Sementara itu, beberapa perayaan murahan atau kurang berbobot dan berisi saat ini diciptakan berdasarkan berbagai alasan," kata Jiang. Misalnya Festival Kastanye digelar karena tempat tersebut banyak menghasilkan kastanye, dan Festival Pantalon dibuat, karena tempat tersebut banyak memiliki industri celana pantalon. Dan beberapa pebisnis berusaha keras untuk menciptakan festival-festival tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar; contohnya seperti ketika model ponsel baru diluncurkan, maka kemudian tercipta festival ponsel.

"Alasan-alasan yang digunakan oleh para pebisnis tersebut untuk menciptakan berbagai jenis festival, sebenarnya hanya untuk keuntungan bisnis saja," kata Fan Kai, sarjana kebudayaan rakyat.

Partispasi sukarelawan meniupkan vitalitas ke dalam festival-festival tersebut yang dirayakan oleh rakyat dari generasi ke generasi, dan menciptakan beberapa festival yang hanya mampu menarik segelintir orang pasti tidak akan bertahan lama.

"Kita bisa saja memiliki berbagai macam perayaan tapi perayaan-perayaan instan seperti itu tidak akan menjadi terkenal, dan atmosfer dan kemeriahan festival sebaiknya tidak diubah oleh beberapa manipulasi komersial," kata Jiang. "Dengan banjirnya festival-festival instan tersebut, kenikmatan perayaan akan berkurang," jelasnya.

Siapa yang Beruntung dari Festival-festival Buatan ini ?

Kota Wanyuan di propinsi Sichuan, merupakan salah satu daerah yang secara ekonomi belum berkembang di Tiongkok barat. Untuk mendorong perkembangan ekonomi dalam negerinya, pemerintah setempat telah meluncurkan Festival Pariwisata Gunung Daba pada tahun 2003, yang dirancang untuk digunakan sebagai sebuah platform agar dapat menarik investasi.

Pemkot Wanyuan telah berjanji mengeluarkan dana yang banyak untuk mengundang beberapa orang penyanyi terkenal sebagai hiburan untuk lebih memeriahkan suasana festival tersebut. Tapi, "penyanyi top" yang telah diundang itu tidak muncul disebabkan oleh beberapa alasan tertentu.

Akhirnya "penyanyi terkenal" itu muncul di Wanyuan pada sebuah acara perayaan 70 Tahun Hari Pertempuran untuk Melindungi Kota Wanyuan, pada akhir Agustus lalu. Pemkot setempat telah menghamburkan uang sebesar 400.000 yuan RMB (sekitar 49.000 dolar AS) sebagai pembayaran untuk penyanyi tersebut.

Seorang anggota dari Komite Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok (MPPR) telah mengkritik kegiatan-kegiatan seperti itu yang menggunakan uang rakyat untuk mengundang para bintang film dan penyanyi idola pada sidang tahunan MPPR tahun lalu. Walaupun kritikan-kritikan tajam telah dikeluarkan atas kegiatan-kegiatan seperti itu di seluruh wilayah Tiongkok, namun situasi masih juga belum berubah.

Meskipun berada dalam keterbelakangan ekonomi, namun kota di bagian utara Tiongkok ini, sejak tahun lalu kerap mengeluarkan dana sebesar satu juta yuan RMB (sekitar 123.000 dolar AS) setiap tahunnya untuk mengundang para penyanyi untuk tampil dalam acara festival pariwisata tersebut. Tapi kota ini sebetulnya tidak mampu menarik banyak investasi.

Festival-festival buatan yang telah dirancang oleh beberapa pebisnis dunia hiburan telah menunjukkan suatu konsep yang tidak benar bagi sebagian pejabat pemerintah setempat untuk menerima prestasi, kata seorang ahli sosiologi yang tidka ingin diketahui namanya.

Ahli sosiologi tersebut mengatakan, "bahwa para pejabat ini melakukan hal-hal tersebut berdasarkan dorongan-dorongan hati dan tujuan-tujuan spekulasi dalam mengembangkan ekonomi lokal, dan mereka lebih berfokus pada bentuknya saja daripada hasil-hasil yang substansial." "Festival-festival buatan ini juga merupakan ajang untuk melakukan kegiatan korupsi," katanya.

"Menggunakan festival sebagai platform untuk menarik investasi dan meningkatkan ekonomi, sebaiknya dilakukan dengan cara-cara yang efektif, tapi masalahnya adalah, bagaimana orang-orang tersebut dapat menyajikan festival-festival yang lebih atraktif, tidak hanya bagi para pebisnis, tapi juga untuk para masyarakat umum," kata Chen Yi, wakil ketua pusat pertukaran kebudayaan dari Daerah Otonomi Zhuang Guangxi di Tiongkok selatan.

"Festival-festival itu sebaiknya tidak diselenggarakan untuk menciptakan suatau pertunjukkan yang hebat atau momentum yang besar," kata Chen.

Sebagai pembuat kebijakan, para pemerintah kota semestinya tidak dibutakan oleh "kemegahan festival" tersebut, tapi seharusnya bebenah diri untuk memperbaiki lingkungan investasi setempat, agar dapat menarik para investor sebanyak mungkin, kata para ahli.

"Festival hanyalah sebuah perayaan selama orang-orang yang ingin mencari hiburan atau bersantai-santai untuk dirinya sendiri," kata seorang ahli. "Jika anda ingin melakukan bisnis atau menarik investasi, beberapa hubungan dagang lebih baik daripada festival-festival tersebut."

(Bebby)