Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-11-18 20:54:28    
Shanghai Contoh Model Kota Investasi

cri

Tentu bagi orang-orang yang pernah mengunjungi kota Shanghai, akan dapat melihat bagaimana wajah kota Shanghai dengan gedung-gedung tinggi pencakar langitnya. Mengingatkan kita dengan bangunan-bangunan pencakar langit di kota New York, AS yang padat dan modern itu.

Memang, tidak ada yang pernah membayangkan kalau Shanghai akan berubah seperti sekarang ini. Banyak orang yang dulunya pernah datang ke Shanghai, pada saat masih berupa kota kumuh dan tidak maju. Terutama di kawasan Pudongnya.

"Shanghai sungguh telah berubah jauh sekali, pada tahun 1994 lalu, pertama sekali saya datang ke kota ini, keadaannya tidak memuaskan, untuk mencari tisu saja sulit." Demikianlah kata salah seorang pengunjung dari Indonesia yang pangling melihat perubahan besar kota Shanghai.

Perubahan memang begitu cepat terjadi hanya dalam hitungan 10 tahun, terutama di kawasan baru, di daerah Pudong. Sebagai pembanding kata wartawan Far Eastern Economic Review, Pamela Yatsko, yang ditempatkan di Shanghai pada akhir tahun 1980-an dalam bukunya, "New Shanghai" menyebutkan, "menelepon jarak jauh di Shanghai harus menunggu antrean di kantor pos dan telekomunikasi. Mobil jarang terlihat di jalanan, yang sering kelihatan hanyalah bus yang dijejali penumpang dengan suara berisik melintas di jalanan."

Begitulah beberapa fenomena sisi kehidupan Shanghai beberapa tahun yang lalu, dan tidak kita jumpai lagi saat ini. Sekarang, Shanghai telah menjadi contoh bagi banyak negara tentang cara membangun kota atau lebih tepat menyulapnya dari kota yang kumuh menjadi kota yang bersih dan maju, sehingga menjadi kota bisnis, perdagangan, dan kebudayaan. Shanghai juga menjadi contoh bagaimana menarik investor asing agar mau menanamkan modalnya di kota itu.

Pembangunan yang dilakukan di Shanghai ini selain bertujuan untuk menarik para investor asing, juga pihak pemerintahnya berusaha agar para investor yang berada di kota ini akan merasa bagaikan di rumah sendiri, nyaman, sekaligus berinvestasi di Shanghai.

Walaupun kelihatannya sepele, namun bisa dikatakan inilah kunci sukses keberhasilan Shanghai merebut banyak investor dari berbagai penjuru dunia hanya dalam waktu 12 tahun. Saat ini terdapat lebih kurang 30.000 investor asing yang menanamkan modalnya di kota itu.

Oleh sebab itu sejak awal Shanghai telah membangun beberapa fasilitas dan kenyamanan tadi, seperti membangun infrastruktur yang menunjang, dari mulai jalan raya, pelabuhan, bandara internasional, pembangkit listrik, telekomunikasi, dan kebutuhan energi, listrik yang mencukupi, serta pasukan air bersih. Semua dibangun pemerintah agar dapat menghadirkan kenyamanan, dan investasi masuk secara besar-besaran. Jadi boleh dikatakan tidak hanya ingin mendapatkan keuntungan melulu, tapi Shanghai juga sanggup bebenah diri untuk menarik sekaligus menyediakan beberapa ruang dan keadaan yang memenuhi syarat untuk berinvestasi.

Hal inilah yang menjadikan sejumlah perusahaan multinasional, seperti Siemens, IBM, Sony, Basf, General Motor, langsung masuk ke Shanghai pada tahun 1990-an, karena mereka terkesan dengan pembangunan infrastruktur yang relatif cepat dan sangat memadai. Pembangunan infrastruktur ini sangat kilat. Daerah yang kumuh ataupun daerah lahan kosong hanya dalam tempo kurang dari dua tahun telah menjadi kawasan bisnis, perumaha, dan juga jalan raya. Sebuah apartemen dengan puluhan lantai telah siap dihuni hanya memerlukan waktu pembangunan, dalam tempo satu setengah tahun.

Tidak sampai di situ saja, bahkan, untuk menunjang kenyamanan mereka yang bermukim di Shanghai, pembuatan taman raksasa Century Park pun dikebut dalam delapan bulan. Pohon-pohon besar digotong dan ditanam lagi di taman itu, jadilah taman raksasa di tengah kota yang terlihat rindang, sejuk, hijau, dan nyaman. Taman-taman kota sedang dan kecil lain pun banyak pula kita saksikan di kota ini yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Melawan kesumpekan dan kejenuhan para warga yang tinggal di bangunan apartemen yang dibatasi oleh tembok dan besi itu. Dengan adanya taman, dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi kecil untuk menghilangkan kejenuhan dan kesumpekan tadi.

Hingga kini, yang masih saya saksikan di Shanghai, siang-malam alat-alat berat masih saja terus bekerja untuk menyelesaikan pembangunan beberapa proyek raksasa.

Tentu, semua proses penyulapan ini bisa terwujud, tidak jauh dari dukungan pemerintah setempat yang mempermudah masuknya investor. Pemerintah memberikan kemudahan-kemudahan bagi para investor. Seperti untuk urusan perizinan bisa diselesaikan dalam waktu satu minggu. Sehingga kebijakan regulasi investasi ini membuat investor merasa sangat nyaman.

Bagaimana soal suap atau sogok? Jangan coba-coba dilakukan di sini, karena aparat pemerintah yang ketahuan menerima sogok serta suap, maka nyawalah yang akan menjadi taruhannya yaitu akan dikenakan hukuman mati. Hal inilah yang membuat investasi di tempat itu tidak mengenal ekonomi biaya tinggi.

Servis lainnya, ialah pemkot Shanghai juga memberikan kemudahan dalam hal pajak, dengan memberikan diskon 50% kepada investor yang masuk. Belum lagi soal pembayaran sewa lahan, pada masa awal dulu, investor bisa membayar sebesar 10 persen dari seluruh biaya dan selanjutnya bisa dicicil selama lima tahun. Bank diminta tidak pelit untuk memberikan pinjaman.

Menurut jajak pendapat, diketahui bahwa, sejumlah investor asal Indonesia yang menanamkan modalnya di Shanghai yang ditemui mengakui bahwa kebijakan regulasi kota itu sangat simpel dan cepat. Tidka membebani pengusaha dan yang terpenting adalah jaminan stabilitas politik dan keamanan yang memadai. Ekonomi biaya tinggi tidak ada di tempat itu karena aparat berusaha mencitrakan dirinya sebagai aparat yang bersih.