Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-11-18 20:52:02    
Ekspatriat Shanghai Coba Tangani Perbedaan Budaya

cri

Globalisasi sudah menampakkan pengaruhnya yang semakin besar dalam berkarier. Berbagai fenomena yang terjadi di Tiongkok adalah contohnya. Take over, akuisisi, merger, menjadi jamak ketika Tiongkok melakukan eformasi secara besar-besaran.

Berkarier di luar negeri terutama di negara maju seringkali mendapatkan nilai positif dalam perjalanan karier selanjutnya. Banyak di antara eksekutif yang mempunyai pengalaman kerja di luar negeri setelah pulang kadang mendapatkan kedudukan yang mapan dan kariernya melejit dengan pesat. Bekerja di luar negeri merupakan salah satu strategi karier yang layak untuk dipertimbangkan agar perjalanan karier dapat melejit dengan cepat.

Namun selama bekerja di luar negeri, tentu para ekspatriat yang tinggal di beberapa negeri asing tersebut, seperti Tiongkok, tidak hanya berfokus pada bidang dan keahlian bekerja saja, namun kadang tanpa disadari hal-hal lain juga akan ikut mempengaruhi, seperti komunikasi dan perbedaan budaya.

Perbedaan budaya adalah perbedaan "dunia" seseorang dalam kaitannya dengan komunikasi. Dipercayai bahwa, kemampuan berkomunikasi antarbudaya merupakan menu wajib bagi orang yang meniti karir di negara lain. Kita harus mampu menengok "dunia" mereka yang berbeda dengan dunia kita, dan berkata dalam dunia mereka.

Peka budaya dan Komunikasi yang baik

Tiongkok adalah negara yang sedang berkembang, akhir-akhir ini telah banyak dikunjungi oleh warga asing dari beberapa negara di dunia. Mereka datang dengan berbagai tujuan dan alasan. Ada yang datang atas undangan dari beberapa perusahaan pemerintah, lokal, dan asing, kelompok ini dikenal sebagai tenaga ahli asing atau pakar asing, sementara lainnya, ada yang datang ingin belajar, meneliti, dan berwisata.

Dalam sebuah seminar yang pernah diadakan di Shanghai, dikatakan, bahwa beberapa ekspatriat baru telah menjelajahi kebudayaan dan beberapa perbedaan praktis kehidupan di kota dan Tiongkok.

Memang seperti kata Scott Rosenberg dari Cross Cultural Interchange, perusahaan yang mensponsori seminar bersama dengan Kathleen Lau, pengarang buku "Riding Dragon," sebuah buku panduan untuk tinggal di Shanghai, "bahwa pada awal bulan September dan setelah perayaan Tahun Baru Imlek, diketahui banyaknya eskpatriat baru yang datang ke Shanghai.

Saat ini terdapat kira-kira seratus orang ekspatriat baru dan lama yang tinggal di daerah perkotaannya. Mereka memilih tinggal di daerah perkotaan yang sarat dengan gaya metropolitannya ini, untuk mengenal dan mempelajari kebudayaan dan kehidupan masyarakat Shanghai pada khususnya dan Tiongkok pada umumnya.

Perusahaan ini menyediakan pelatihan budaya, membantu beberapa perusahaan dan orang-orang agar dapat berkomunikasi lebih baik dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda.

Tanpa adanya dukungan untuk membangun sebuah kehidupan di sini, kata Rosenberg, "dalam waktu dua bulan, mereka akan pergi." Kurangnya pengertian budaya, "mempengaruhi keadaan di lingkungan kerja," kata Rosenberg. Jika segalanya kelihatan berbeda, karena hal itu disebabkan oleh adanya perbedaan kebudayaan.

Kepekaan budaya akan berlangsung baik, jika kita memiliki kepekaan kultural. Kepekaan ini dapat diasah melalui kemauan untuk berpikir dalam pola pikir mereka. Kepekaan budaya merupakan modal yang amat besar dalam membangun saling pengertian dengan mereka, dan dengan sendirinya akan menjadi sarana meniti tangga karier untuk mencapai puncak.

Hubungan bisnis, kata Lau, sifatnya sering lebih pribadi dan memerlukan hubungan yang lebih dalam jika mereka berhasil.

"Jika dihubungkan dengan sistem sosial, maka warga asing di Tiongkok, pada dasarnya, status mereka adalah sebagai seorang tamu," kata Lau di depan para undangan seminar.

Pada akhirnya, dia mengatakan, "bahwa ada sebuah kebutuhan di antara relasi perusahaan untuk menciptakan sebuah hubungan. Ada semacam suatu kebutuhan untuk membina dasar-dasar persahabatan.

"Di negeri ini, anda tidak melakukan bisnis dengan para relasi," kata Lau. Terbinanya persahabatan tidak akan terelakkan jika bisnis telah dilakukan.

Segalanya berubah secara cepat di Shanghai. Bahkan dalam 11 tahun, sejak Rundshagen pertama kali tiba di kota ini, standar kehidupan telah meningkat secara dramatis.

Shanghai adalah sebuah kota yang sangat dinamik, namun karena kedinamikannya adalah alami, maka anda akan mendapatkan banyak kejutan, yang tidak akan anda temukan di tempat lain manapun.

Meniti karier di negeri orang mungkin merupakan perjuangan tersendiri, namun jika dapat dilalui dengan mulus, akan menjadi aset yang berharga bagi perkembangan karier selanjutnya.