Setiap sore pukul 4 lebih, dengan iringan musik opera, seorang wanita muda yang mengenakan pakaian zaman kuno berdandan seperti gadis pelayan dengan langkah ringan melangkah keluar dari balik tabir lalu melemparkan bola sulaman. Kemudian ia melaporkan apa yang dilihatnya kepada orang yang berada di balik tabir. Sesaat kemudian, seorang gadis berpakaian zaman kuno tampil dengan tersipu-sipu, menutup mukanya dengan lengan baju yang panjang dan lebar. Ia bergegas kembali ke balik tabir setelah mengintip sejenak keadaan di bawah panggung dari celah lengan bajunya. Beberapa saat kemudian, sang gadis tampil lagi, memandang agak lama ke arah bawah panggung dan hendak melemparkan bola sulaman, tapi bola itu segera ditarik kembali menjelang dilemparkan. Begitulan terjadi berulang kali sampai pada akhirnya bola itu dilemparkan. Sudah tentu, yang berhasil menangkap lemparan bola itu tidak bisa benar-benar meminang sang gadis, tapi hanya diizinkan berfoto bersama gadis itu di loteng.
Cara melempar gola sulaman untuk mencari jodoh seperti itu lama sudah tidak populer lagi, namun sebagai acara pariwisata, sangat digemari wisatawan mancanegara. Seorang wisatawan bernama Wang Tao mengatakan,"Rumah penduduk di sini sangat khas, tata ruangnya sangat bagus, polos, antik dan cukup megah. Berada di rumah itu terasa seperti kembali ke zaman kuno." Demikian kata Wang Tao.
Desa Hongcun yang letaknya tidak sampai 20 km dari Desa Xidi juga memiliki cirinya sendiri. Desa itu bentuknya seperti seekor sapi yang berbaring di tengah bukit dan sawah padi. Desa Hongcun sangat rimbun oleh pepohonan dan dilintasi sungai yang bening airnya. Jaringan sungai yang mengitari dan melintasi desa merupakan ciri paling khas Desa Hongcun. Kebanyakan rumah penduduk di sini menyalurkan air sungai ke rumah.
Gedung Chengzhi yang dibangun 150 tahun lalu adalah bangunan rumah penduduk yang paling tipikal di Desa Hongcun, merupakan tempat tinggal pedagang garam yang kaya pada waktu itu. Bangunan itu berstruktur kayu, bagian dalam menggunakan batu dan bata, dihias dengan ukiran kayu, tampak indah dan megah, luas bangunan lebih dari 3.000 meter persegi.
Ruang depan Gedung Chengzhi adalah sari pati bangunan tersebut, di balik gerbang depan adalah pintu tengah yang keren, yang hanya dibuka pada hari raya penting atau ketika ada tamu agung datang berkunjung, sedang tamu biasa hanya diizinkan masuk dari pintu samping di kedua sisi pintu tengah.
Dalam kurun waktu antara abad ke-15 dan abad ke-18, saudagar setempat memiliki pengaruh sangat besar. Maka, kebanyakan anak laki-laki berusia sekitar 13 tahun sudah belajar berdagang di kota lain. Pada zaman jaya kota ini, toko berderet-deret sepanjang jalan, tampak sangat makmur. Namun, betapapun kayanya saudagar, mereka dalam hati kecilnya lebih ingin menjadi pejabat.
Ciri lain dari Gedung Chengzhi ialah ruang kecil terbuka yang dikelilingi rumah, disamping memberikan penerangan dengan menggunakan sinar matahari, juga menunjukkan isi hati saudagar pada waktu itu. Di mata saudagar pada zaman dulu, air melambangkan kekayaan, turun hujan berarti turun rezeki, dan turun salju berarti hujan uang. Dan ruang terbuka itu seperti baskom yang menampung rezeki. 1 2
|