Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-12-09 16:20:22    
Pameran Foto di Beijing

cri

FOTOGRAFI itu milik siapa? Apakah dia semata milik orang yang menyebut dirinya fotografer? Zaman terus berjalan dan fotografi menjadi hal yang makin mudah diraih siapa pun. Setelah beberapa waktu lalu National Geografik Amerika kembali mengadakan pameran foto di Monumen Millenium Tiongkok, Beijing dari awal bulan November hingga pertengahan Desember 2005.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Nasional Geographic Amerika yg menampilkan 100 tahun karya foto National Geografik. Tema foto adalah manusia, alam dan harmoni, dengan memajang sekitar 130 buah foto yang telah diseleksi.

Secara khusus pameran ini mengangkat tema keajaiban alam, dunia hewan liar, kebudayaan, peradaban manusia, perang, polusi lingkungan, dan petualangan.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong kerja sama dan interaksi antara Tiongkok dan negara lain, disamping itu meningkatkan keterampilan fotografi dan memperkaya pengetahuan peradaban manusia.

Dengan pameran yang bertemakan "Beyond Vision", diharapkan mampu memperlihatkan kekayaan dunia yang sesungguhnya serta meningkatkan kesadaran manusia untuk mencintai lingkungan hidup. Sehingga timbul kesadaran akan "kepedulian", "kreatif", "berkemauan/optimis".

Alasan, kenapa Beijing yang dipilih sebagai lokasi pameran karena Beijing sebagai ibukota negara yang juga merupakan pusat kegiatan perekonomian, politik dan budaya. Oleh karenanya, kalangan pelajar dan kalangan pencinta fotografi pun lebih banyak.

Salah satu fotografer yang ikut dalam pameran adalah Robert Heiss, fotografer yang telah banyak mengunjungi negara-negara di Afrika. Tema lingkungan dan negara adalah tema utama karyanya.

DUNIA fotografi memang makin canggih saat ini. Bisa dikatakan hampir tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Selain perlengkapan fotografi makin murah dan variatif, pelajaran fotografi juga mudah didapatkan di aneka situs internet.

Satu yang menonjol dalam dunia fotografi saat ini adalah foto-foto yang lahir makin sedikit kandungan "jiwa"nya. Memotret makin mudah sehingga orang lebih mengadu teknis dan kecanggihan alat daripada "isi" dari sebuah foto itu sendiri. Jutaan foto mudah lahir saat ini, namun jumlah foto yang "punya jejak" tampaknya bertambah secara deret hitung saja.

Song Yu Can seorang pelajar tahun ketiga dari Nasional Akademi Seni Tiongkok, jurusan Komunikasi Budaya Internasional, mengaku banyak kalangan, khususnya para pecinta fotografi dan fotografer sendiri, mengatakan bahwa pameran ini bisa meningkatkan pengetahuan mereka tentang bagaimana melahirkan sebuah foto yang memiliki makna dan hanya dipandang dari sudut keindahannya saja.

"Pameran ini memberikan ilmu dan pengelaman bagi saya, bagaimana menjadi seorang fotografi yang bagus. Foto-foto ini bagaikan model bagi saya dan juga bagi semua fotografer di negeri ini. Kita dapat mempelajari banyak hal, misalnya mengenai komposisi, atau pada saat kita ingin membawa kamera ke suatu tempat, misalnya ke sebuah taman, dan ingin mengambil foto di sana, tapi kita tidak tahu bagaimana harus mengambil foto yang bagus dan menarik, kita dapat melihat melalui foto-foto yang ada dalam pameran itu," kata Song dengan pasti.

Kehadiran Song dalam pameran kali ini adalah untuk yang kedua kalinya. Dibandingkan dengan tahun lalu, menurut Song, pameran kali ini sedikit membawa perasaan yang berbeda. Dia melihat begitu banyak hasil karya yang bagus dan menarik dari Amerika yang ditampilkan dalam pameran ini. Dari sini, maka Song kemudian dapat mengambil kesimpulan bahwa makna fotografi Barat dan Tiongkok memiliki banyak perbedaan.

"Melalui pameran ini, saya dapat melihat bahwa makna fotografi Barat berbeda dari Tiongkok. Dari foto-foto yang saya lihat di sini, fotografi Barat banyak merekam hasil karyanya ke dalam kameran tentang hal-hal kecil di seputar kehidupan kita. Apabila mereka mengambil sebuah foto, tentu memiliki banyak makna. Sedangkan makna fotografi di Tiongkok, lebih memfokuskan kepada hasil karya foto yang indah-indah," kata Song.

Tapi menurut Emil Elisa, seorang warga Indonesia pecinta dunia fotografi yang kerap hadir dalam setiap pameran yang diadakan di Jakarta, dan kebetulan hadir pula dalam pameran fotografi di Beijing saat itu, mengatakan "bahwa pameran foto yang diselenggarakan di Beijing ini skalanya lebih besar dibandingkan dengan pameran foto yang diadakan di Jakarta, foto-fotonya lebih banyak, lebih professional, dan juga peminat yang datang di sini lebih ramai dibandingkan dengan di Indonesia. Mungkin beberapa pameran foto yang diselenggarakan di Jakarta kurang melakukan promosi dan kurang menarik sehingga tidak banyak orang yang tahu atau berminat untuk menghadirinya."

Bagi Emil pengadaan pameran-pameran seperti ini membawa banyak manfaat baginya dan juga bagi para fotografer amatir dan para pecinta fotografi. "Kita jadi tahu bagaimana untuk mengambil suatu foto yang baik. Sekaligus bisa menjadi panduan, dan belajar banyak dengan teknik foto, atau kalau tidak dengan pemilihan objek foto. Dan manfaat lainnya buat orang-orang suka traveling, jadi ada panduan, kalau dia mau ambil foto yang begini, jadi dia harus pergi ke tempat yang seperti ini, misalnya, dan juga untuk orang-orang yang belajar seni, design, dan komunikasi, banyak sekali, dan kita bisa mendapatkan inspirasi yang banyak melalui foto-foto yang dipamerkan di sini," katanya dengan senyum terkembang.

Manusia memang makin pandai menciptakan alat bantu. Namun, keindahan yang tercipta tetaplah bukan milik teknologi, dan bagaimana pun apa yang lahir dari otak tidaklah bisa disamai dengan alat buatan manusia.