Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-12-31 14:42:16    
Situasi di Semenanjung Korea

cri

Selama tahun 2005, situasi di Semenanjung Korea secara keseluruhan cenderung berkembang ke arah kestabilan yang kontinu. Pembicaraan 6 Pihak Tentang Masalah Nuklir Semenanjung Korea dapat dipulihkan dan telah mencapai hasil bertahap yang penting, mekanisme dialog antara pemerintah bagian utara dan selatan Semenanjung Korea kembali memasuki rel perkembangan yang baik, proses pendamaian dan kerja sama antara Korea Utara dan Korea Selatan terus berkembang secara mendalam. Kesemuanya ini menunjukkan, proses perdamaian di Semenanjung Korea selama tahun 2005 telah mengayunkan langkah yang sungguh-sungguh.

Masalah nuklir di Semenanjung Korea merupakan masalah yang paling mengundang perhatian umum dalam situasi Semenanjung Korea. Karena terpengaruh oleh beberapa faktor, Pembicaraan 6 Pihak sejak bulan Juni tahun 2004 telah terjerumus dalam kemacetan. Di bawah upaya bersama berbagai pihak terkait, Pembicaraan 6 Pihak Putaran keempat diadakan dalam dua tahap pada bulan Juli dan September tahun 2005. Melalui perundingan yang susah payah, berbagai pihak dalam bentuk pernyataan bersama menerima baik dokumen bersama berisi hakiki yang pertama sejak diselenggarakannya Pembicaraan 6 Pihak itu. Setelah itu, diadakannya pembicaraan tahap pertama dari Pembicaraan 6 Pihak putaran kelima telah memperlihatkan tekad berbagai pihak terkait untuk dengan sungguh-sungguh melaksanakan semangat dokumen tersebut. Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara, yang selaku Ketua Delegasi Korea Utara ke Pembicaraan 6 Pihak, Kim Kye Gwan setelah menghadiri pembicaraan itu menyatakan kepada wartawan,

"Kesepahaman penting yang dicapai dalam pembicaraan itu ialah melaksanakan Pernyataan Bersama sesuai dengan prinsip 'komitmen terhadap komitmen' dan 'aksi terhadap aksi'. Pihaknya memutuskan untuk secepatnya mengadakan pembicaraan tahap ke-2 Pembicaraan 6 Pihak Putaran Kelima."

Dalam Pernyataan Bersama tersebut juga mencatat komitmen politik yang serius dari berbagai pihak, menetapkan target dan prinsip untuk merealisasi denuklirisasi di Semenanjung Korea. Korea Utara membuat komitmen untuk melepaskan semua program senjata nuklir serta nuklir yang ada sekarang ini, secepat mungkin kembali ke Perjanjian Nonproliferasi Senjata Nuklir, dan kembali ke sistem jaminan dan pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Sedangkan Amerika Serikat mengakui di Semenanjung Korea tidak ada senjata nuklir, dan tidak bermaksud menyerang dan mengaresi Korea Utara dengan senjata nuklir atau senjata konvensional.

Opini umum secara merata berpendapat, Pernyataan Bersama telah menetapkan kerangka untuk paket penyelesaian masalah nuklir Semenanjung Korea, dan juga meletakkan dasar bagi Korea Utara dan Amerika Serikat untuk berangsur-angsur membina saling kepercayaan. Hal ini merupakan langkah yang sangat penting bagi proses perdamaian Semenanjung Korea .

Karena terpengaruh oleh serentetan peristiwa, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan sejak paro kedua tahun 2004 selalu berada dalam kemacetan. Di bawah upaya bersama kedua pihak, dialog dan pertukaran antara pihak resmi dan non pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan selama tahun 2005 dapat dikatakan mencapai banyak kemajuan. Kegiatan untuk merayakan pertemuan bersejarah kepala negara Korea Utara dan Korea Selatan serta genap 5 tahun Deklarasi Bersama Korea Utara dan Korea Selatan diadakan dengan meriah, Pembicaraan Tingkat Menteri Korea Utara dan Korea Selatan dapat dipulihkan dan dengan mencapai hasil yang sungguh-sungguh, Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea Utara, Kim Ki Nam pergi ke Seoul untuk menghadiri 'Upacara Perayaan Besar Bangsa Korea 15 Agustus Penyatuan Kembali Secara Damai Dan Mandiri', dan untuk pertama kalinya mengadakan kunjungan kehormatan kepada makam negara Korea Selatan dan mengunjungi parlemen Korea Selatan.

Menurut statistik terbaru pihak Korea Selatan, nilai perdagangan Korea Selatan-Korea Utara tahun ini untuk pertama kalinya melampaui satu miliar dolar Amerika. Korea Selatan dan Korea Utara juga mencapai kemajuan dalam melenyapkan permusuhan dan berangsur-angsur membina saling kepercayaan di bidang militer. Bersamaan dengan itu, pertukaran dan kerja sama antara kedua pihak juga mencapai kemajuan yang menggembirakan dalam masalah reuni keluarga yang terpisah, dan di bidang kebudayaan, pertanian, pariwisata, olah raga dan pertolongan korban bencana.

Tercapainya banyak kemajuan dalam kerja sama Korea Selatan dan Korea Utara memperlihatkan tekad kedua pihak untuk merealisasi kerukunan bangsa dan penyatuan kembali secara mandiri. Pidato Menteri Unifikasi Korea Selatan, Chung Dong Young dalam 'upacara perayaan besar bangsa Korea' mengundang sambutan yang hangat warga kedua negara di lapangan . Dikatakannya, 

"Kita Korea Selatan dan Korea Utara selalu terus meningkatkan saling kepercayaan. Kini kita mutlak tidak boleh kembali ke zaman perang dingin yang saling berseteru dan saling membenci. Kedua pihak harus menyelesaikan persengketaan, merealisasi kerukunan bangsa yang sungguh-sungguh, saling membantu, bergandengan tangan maju menuju target bersama penyatuan kembali bangsa."

Tiongkok sebagai negara tetangga telah mengadakan upaya yang tak kendur-kendurnya untuk memelihara perdamaian dan kestabilan di Semenanjung Korea. Presiden Tiongkok, Hu Jintao berturut-turut mengadakan kunjungan ke Korea Utara dan Korea Selatan pada bulan Oktober dan November tahun 2005. Dalam kesempatan itu, Hu Jintao telah menyatakan pendirian Tiongkok yang seperti halnya dengan di waktu yang sudah-sudah mendukung Korea Utara dan Korea Selatan memperbaiki hubungan kedua pihak melalui dialog, membina saling kepercayaan, dan pada akhirnya merealisasi penyatuan kembali secara mandiri dan damai.

Selama tahun 2005, Tiongkok terus banyak kali mengadakan penengahan, dan mengadakan upaya tak kendur-kendurnya untuk menyelesaikan secara damai masalah nuklir Semenanjung Korea melalui dialog. Presiden Hu Jintao dalam pidatonya di depan parlemen Korea Selatan sekali lagi memaparkan pendirian Tiongkok, dan menyatakan harapan Tiongkok . Dikatakannya ,

"Fakta membuktikan, menyelesaikan secara damai masalah nuklir Semenanjung Korea melalui dialog merupakan jalan yang paling realistis dan dapat dilaksanakan. Tiongkok akan terus mengadakan upaya yang tak kendur-kendurnya untuk hal itu. Tiongkok mengharapkan berbagai pihak terkait memelihara arah tepat penyelesaian masalah nuklir itu secara damai melalui dialog, mengembangkan lebih lanjut keluwesan, berpegang teguh pada prinsip kepala dingin dan pragmatis, mengumpulkan pengertian bersama, dan berupaya supaya pembicaraan itu terus mencapai kemajuan yang baru, dan akhirnya mencapai tujuan bersama untuk menyelesaikan masalah nuklir Semenanjung Korea secara damai ."

Harus dilihat, karena masalah nuklir Semenanjung Korea sangat rumit dan peka, ditambah Amerika Serikat dan Korea Utara saling tidak percaya, dan perselisihannya sangat nyata, maka masih perlu menempuh jalan yang sangat jauh untuk merealisasi denuklirisasi Semenanjung Korea. Akan tetapi, asalkan berbagai pihak terus mengembangkan keluwesan, mencengkam peluang, dan berupaya tak kendur-kendurnya, proses perdamaian di Semenanjung Korea akan terus didorong maju.