Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-01-04 15:52:29    
Tiongkok Pertahankan Kontrol Atas Bank Negara

Kantor Berita Xinhua

BEIJING, 4 Jan (Shenzhen Daily) ? Negara akan mempertahankan kontrol atas bank-bank besar milik pemerintah untuk menjamin stabilitas finansial, meskipun ada usaha-usaha untuk mereformasi melalui penjualan saham dan pendataan besarnya saham. Demikian ditulis oleh Financial News kemarin.

Bank-bank domestik telah menjual saham mereka ke sejumlah investor ketika kompetisi akan semakin memanas di akhir tahun 2006, pada saat bank-bank asing akan memperoleh akses yang lebih luas di pasar, seiring dengan jatuh temponya kebijakan ini dan keanggotaan Tiongkok di Organisasi Dagang Dunia WTO.

Perusahaan Central Huijin Investment Co., sebuah cabang bank sentral yang mengawasi suntikan kapital untuk pemberi kredit milik negara, masih memiliki lebih dari 70 persen saham di Bank Tiongkok dan Bank Konstruksi Tiongkok, kata koran tersebut.

Huijin juga memegang 5 persen saham Bank Industri dan Komersial Tiongkok yang saham sisanya dipegang oleh Kementrian Keuangan.

"Central Huijin Investment, Co. akan mempertahankan 50 persen saham di beberapa bank negara meskipun ia akan memindahkan atau menjual sebagian sahamnya," kata Koran tersebut mengutip seorang pejabat senior Huijin yang tidak mau disebutkan identitasnya.

"Hal ini akan menjamin bahwa mayoritas saham di bank-bank ada di tangan pemegam saham negara, yang membantu menjaga keamanan finansial nasional," kata koran tersebut.

Pemerintah telah menyuntikkan total 60 milyar dolar Amerika di cadangan devisa negara ke tubuh Bank Tiongkok, Bank Konstruksi Tiongkok, dan Bank Industri dan Komersial Tiongkok. Hal ini dilakukan untuk memantapkan jalan untuk mengundang investor-investor strategis dan untuk memberi kesempatan pada masyarakat.

Para pejabat menolak kritik bahwa pemerintah telah menjual bank-banknya dengan harga terlalu murah. Mereka berpendapat, penjualan tersebut diperlukan untuk memperoleh dana dan keahlian dalam industri perbankan.