Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-01-17 12:58:02    
Kondisi Kesehatan dan Gizi Warga Tiongkok

cri

Dalam Ruangan Kesehatan edisi ini akan kami perkenalkan kondisi kesehatan dan gizi warga Tiongkok.

Lembaga terkait Tiongkok baru-baru ini mengumumkan suatu survei mengenai kondisi kesehatan dan gizi warga Tiongkok. Survei tersebut menunjukkan, bahwa warga pedesaan di daerah bagian tengah dan barat Tiongkok karena miskin dan struktur makanannya yang monoton, sehingga mengakibatkan kurangnya penyerapan gizi secara merata. Sebaliknya warga di daerah pesisir yang ekonominya maju dan warga di kebanyakan kota besar malah menghadapi masalah penyerapan gizi berkelebihan atau tidak seimbang. Tak peduli masalah apa yang terjadi, kesemuanya dapat mempengaruhi kesehatan. Bagaimana memperbaiki gizi publik dan langkah apa yang diambil pemerintah Tiongkok? Berikut kami perkenalkan mengenai hal itu.

Pakar gizi Tiongkok Jiang Jianping menunjukkan, kurangnya penyerapan gizi atau berkelebihan gizi, kesemua itu adalah gejala malnutrisi. Kini masalah malnutrisi telah langsung mempengaruhi kondisi kesehatan warga Tiongkok. Dikatakannya, "Penyakit kronis yang disebabkan makanan kini bertambah cepat, misalnya penyakit pembuluh darah jantung, tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis serta obesitas. Jumlah penderita tekanan darah tinggi di Tiongkok mencapai 160 juta orang, sedangkan jumlah orang yang berat badannya berkelebihan dan kegemukan hampir 30 persen. Keadaan gizi anak-anak lebih-lebih tidak menggembirakan, jumlah anak tunggal di kota yang menderita obesitas semakin bertambah karena terlalu seleksi dalam soal makan atau berkelebihan gizi, sementara sejumlah penyakit orang dewasa kini juga lebih dini beberapa tahun menyerang orang dewasa.

Menganalisa sebab-sebabnya pakar tersebut mengatakan, makanan yang dikonsumsi warga Tiongkok kebanyakan terdiri dari makanan vegetatif, dan kurang mengkonsumsi makanan hewani yang kaya mengandung zat mineral. Hal ini mengakibatkan warga kota maupun desa di Tiongkok kekurangan nutrisi seperti kalzium, besi, zink, vitamin A dan B2. Di lain pihak, pengolahan makanan yang berlebihan juga akan mengakibatkan hilangnya nutrisi. Selain itu, kurangnya pengetahuan mengenai gizi, kurang rasionalnya atau kurang sehatnya menu makanan juga merupakan sebab penting lainnya yang mengakibatkan banyak orang Tiongkok mengidap malnutrisi.

Patut dicatat, keadaan malnutrisi orang dewasa akan langsung mempengaruhi kualitas badan bayi yang baru lahir. Di sejumlah daerah miskin, karena malnutrisi, sejumlah pemuda remaja juga mengidap penyakit seperti rakistis dan anemia.

Pada 10 tahun yang lalu, berkat dorongan pakar nutrisi, di sejumlah daerah miskin setiap anak telah mendapat jatah segelas susu kedelai setiap harinya dengan dana bantuan pemerintah. Dan hasilnya cukup memuaskan, anak-anak yang menerima subsidi itu tingkat anemianya menurun dan kualitas badannya mengalami perbaikan nyata. Selanjutnya pemerintah menjalankan pula Program Susu untuk anak-anak sekolah dasar dan lanjutan di kota-kota besar dan sedang Tiongkok. Susu untuk anak-anak itu harus diproduksi oleh perusahaan yang ditetapkan negara dengan standar mutu yang tunggal. Menyinggung program aksi tersebut, pakar gizi Jiang Jianping menunjukkan, " Banyak negara sudah mempraktekkan program serupa itu lebih dari setengah abad bahkan satu abad. Kini syarat Tiongkok jauh lebih baik daripada dulu dengan Produk Domestik Bruto PDB perkapita mencapai lebih 1.000 dolar AS, maka sama sekali mampu untuk menggelar program aksi seperti itu. Dan perlu bagi pemerintah untuk selanjutnya mencantumkan pekerjaan tersebut ke dalam agenda pemerintah berbagai tingkat."

Tahun 2002, di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu Tiongkok barat laut, Pusat Gizi Publik dan Pengembangan Negara menggulirkan uji coba pengayaan gizi terigu dengan menambahkan ke dalamnya zat besi dan zink serta vitamin E untuk meningkatkan kondisi nutrisi warga setempat. Sekitar 1.000 petani di peluaran Kota Lanzhou, dengan sukarela mengkonsumsi terigu yang sudah dipertinggi kadar gizinya.

Pada mulanya, para petani tidak merasakan adanya perbedaan antara terigu yang lebih dipertinggi kadar gizinya dan terigu biasa, karena rasanya sama. Tapi setelah mengkonsumsi terigu itu selama tiga tahun, para petani baru berangsur-angsur merasakan perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri. Chen Guilan dari Dusun Yatou mengatakan kepada wartawan, " Sebelumnya saya sering merasa sepet mata, sudut bibir sering borokan, ditambah kulit tangan dan kaki mudah terkelupas, tidak bersemangat dan mudah masuk angin. Tapi setelah mengkonsumsi terigu padat gizi, gejala tersebut berangsur-angsur hilang, dan kini kami sangat energik."

Setelah merasakan perubahan itu, makin banyak petani setempat mulai mengkonsumsi terigu padat gizi tersebut. Menurut penjelasan, ke depan, badan terkait Tiongkok akan terus sekuatnya mendorong pengayaan gizi minyak nabati, garam, kecap dan makanan dan bumbu lainnya, serta mengusulkan warga Tiongkok lebih banyak mengkonsumsi makanan intensified atau yang dipertinggi kadar gizinya.

Pakar Yu Xiaodong mengusulkan, " Dari segi negara perlu pengintensifan pekerjaan dalam dua bidang, yaitu pertama, mendorong pemerataan makanan yang dipertinggi kadar gizinya dan makanan bergizi lainnya, dalam rangka menambah kekurangan gizi warganya. Kedua, mengintensifkan pekerjaan tersebut pada kelompok orang tertentu yang dijadikan titik berat, misalnya terhadap masyarakat di daerah miskin, harus meningkatkan nutrisi dan mutu kesehatan mereka, agar tinggi tubuh, perawakan dan perkembangan mental mereka mengalami peningkatan. Ini sangat membantu untuk mengatasi lingkaran setan yang terdapat di daerah miskin sekarang ini yaitu menderita sakit karena miskin, dan menjadi miskin karena sakit."

Sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi menjadi sebab penting yang mengakibatkan malnutrisi warga Tiongkok, maka, pakar terkait menunjukkan, Tiongkok perlu sedini mungkin membina sistem konsultasi pakar nutrisi, supaya warga Tiongkok mendapat pengarahan tepat dari pakar terkait dalam hal penyerapan gizi seperti hal berobat ke dokter.