Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-02-20 16:26:47    
Seorang Nenek Tiongkok yang Mengikuti Tren

cri

Bao Qian adalah seorang nenek yang suka mengikuti tren. Sekalipun sudah berusia 73 tahun, nenek yang tinggal di Kota Hangzhou Provinsi Zhejiang Tiongkok timur itu tidak saja bisa main komputer dan mengerti bahasa Inggeris, tapi juga bisa menyupir, dan keterampilan semua itu dikuasainya setelah berusia 60 tahun, sehingga kehidupan masa usia senjanya menjadi sangat beraneka ragam. Dalam acara kali ini saudara pendengar, ikutilah kami memasuki kehidupan nenek itu.

Di suatu komunitas yang tak jauh dari tepi danau Xihu Kota Hangzhou yang terkenal, wartawan kami secara kebetulan bertemu dengan nenek Bao Qian. Nenek yang berperawakan mungil dengan bicaranya yang jelas dan aksen Hangzhounya itu kalau bukan karena mukanya berkeriput wartawan kami sulit mengetahui bahwa dia sudah berusia 70 tahun lebih.

Kota Hangzhou tempat nenek Bao Qian tinggal itu adalah kota wisata yang terkemuka di dunia. Berkat lingkungan alamnya yang amat indah dan hasilnya yang makmur, Hangzhou dijuluki sebagai surga dunia. Sebagai seorang warga kota Hangzhou, nenek itu merasa bersyukur.

Ia mengatakan: " Bersyukurlah kami dapat menikmati keindahan kota Hangzhou. Kalau menurut perkataan warga tempat lain dan orang asing, orang yang tinggal di Kota Hangzhou sangatlah bahagia. Saya sering beri tahu diri sendiri, sebagai seorang warga Kota Hangzhou seharusnya menyumbangkan tenaga untuknya."

Nenek Bao Qian sebelum pensiun bekerja sebagai seorang sastrawan di gedung kesenian massa rakyat Kota Huangzhou. Lima tahun yang lalu ia pensiun dan membuat sebuah rencana untuk dalam satu tahun berkunjung ke satu tempat wisata atau satu keluarga per hari. Setelah kembali dari kunjungan ia akan menulir sebuah catatan serba serbi yang memperkenalkan Hangzhou dengan harapan hendaknya Hangzhou lebih dikenal secara keseluruhan oleh umum.

Kini buku catatan serba serbi yang berhuruf 300 ribu itu diterbitkan dalam internet dan sangat tinggi tingkat aksesnya.

Tiga belas tahun yang lampau Nenek Bao waktu itu yang berusia 60 tahun karena gemar mengarang, ia mulai belajar kamputer. Melalui giat belajar ia bisa mahir menggunakan prosedur penerapan komputer yang sering dipakai untuk mengarang. Di samping itu ia menyelenggarakan kursus komputer gratis di komunitas.

Nenek Bao menceritakan: " Saya ingin mengembangkan peranan keterampilan di komunitas. Dalam 3 tahun selama ini, saya menyelenggarakan 5 kelas dengan siswanya yang paling tua 78 tahun dan yang termuda 20 tahun lebih."

Waktu berusia 65 tahun dengan diajak kemanakan laki-lakinya Nenek Bao sempat mengadakan perjalanan ke London Inggris. Karena tidak mengerti bahasa Inggris, ia sulit berkomunikasi dengan warga setempat. Oleh karena itu sekembalinya dari Inggris, ia mulai belajar bahasa Inggris dan sampai sekarang ia sudah menguasai sejumlah kalimat yang sering dipakai sehari-hari. Tidak demikian saja, ketika berusia 69 tahun Nenek Bao mengambil keputusan yang berani untuk belajar mengemudikan mobil sedangkan di Kota Hangzhou waktu itu jarang terlihat orang tua berusia 60 tahun ke atas yang menyupir mobil. Beberapa hari menjelang tibanya hari ulang tahun ke-70, nenek Bao telah mendapat surat ijin mengemudi (SIM) dan menjadi satu-satunya pengemudi yang usianya melebihi 70 tahun di kotanya. Sejak itu ia menikmati pula kesenangan dari mengemudi.

Nenek Bao adalah seorang lanjut usia yang tidak ketinggalan jaman. Ia sering menelepon menantu perempuan dengan telepon genggam atau SMS dan bahkan ngobrol dengan cucu perempuan dengan memanfaatkan QQ dalam internet. Dikatakannya, harus mengejar arus jaman.

Nenek Bao mengatakan: " Sebagai seorang warga yang hidup di jaman sekarang, kalau tidak belajar keterampilan modern, khususnya orang lanjut usia, ia akan ketinggalan jaman." Sementara itu Nenek Bao mencurahkan tenaga yang relatif besar kepada usaha kesejahteraan. Ia adalah salah satu relawan yang berusia paling tua di komunitas. Selain mengajarkan pengetahuan tentang komputer untuk penghuni komunitas dan buruh migran, ia membuka sebuah hot line telepon yang dinamakan " hot line Ibu Bao" yang memberi layanan setiap hari Selasa di komunitasnya. Penduduk di komunitas yang mengalami kerepotan dalam rumah tangga antara lain seperti terjadinya kontradiksi antara suami istri bahkan rusaknya pintu dan jendela, semua menelepon "hot line Ibu Bao". Untuk memuji Nenek Bao yang menyumbangkan tenaga untuk pembangunan komunitas, baru-baru ini Kota Hangzhou memberikannya predikat relawan pemopuleran ilmu pengetahuan yang unggul dan dipilih oleh komunitas juga sebagai aktivis pembangunan komunitas.

Nenek Bao mempunyai 3 orang putra. Dalam hati putranya ia adalah seorang ibu yang kehidupannya padat dan gembira. Ini merupakan suatu hiburan yang terbesar bagi mereka. Putra keduanya mengatakan kepada wartawan:

"Ibu saya adalah orang yang tidak ketinggalan jaman. Ia sangat mementingkan mutu kehidupan. Dalam usia yang sudah lanjut ia masih dapat maju terus dan membuat prestasi tertentu, ini sungguh melegakan hati kami putranya."