Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-03-02 09:49:57    
Hasil Nyata yang Dicapai Usaha Museum di Tiongkok Selama Seratus Tahun

cri

Kota Nantong adalah sebuah kota kecil di bagian selatan Tiongkok. Jaraknya dengan Shanghai hanya dua jam jika naik mobil. Belum lama berselang, penanggungjawab dari 130 lebih museum dalam dan luar negeri berkumpul di Nantong untuk memperingati ulang tahun ke-100 sebuah museum setempat. Untuk kegiatan peringatan itu, Ketua Persatuan Museum Internasional juga khusus melakukan kunjungan ke Nantong dengan bertolak dari markas besar Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) di Paris. Berikut laporan wartawan kami.

Tahun 1905 adalah tahun yang patut diperingati dalam sejarah kebudayaan Tiongkok. Waktu itu Tiongkok yang berwilayah luas masih berada dalampemerintahan Dinasti Qing, dinasti feodal terakhir dalam sejarah Tiongkok. Sejak Perang Candu tahun 1840, pemerintah Dinasti Qing berturut-turut menandatangani banyak perjanjian pincang di bawah tekanan kekuatan negara-negara imperialis Barat, sehingga Tiongkok berangsur-angsur menjadi suatu negara semifeodal dan semikolonial. Pada masa itu, di Kota Nantong, seorang pengusaha bernama Zhang Qian mulai melakukan percobaan "penyelamatan negara melalui pendidikan". Zhang Qian pada tahun 1905 membuka Museum Nantong, sebuah museum pertama dalam arti modern yang sesungguhnya di Tiongkok.

Nyonya Wang Dongyun selaku Kurator Museum Nantong sekarang mengatakan, Museum Nantong bukan sebuah museum yang biasa, karena memiliki gagasan arsitektur yang maju biarpun dipandang dengan standar modern sekarang. Dikatakannya: "Pada masa awalnya Museum Nantong terdiri dari Gedung Tengah, Gedung Selatan dan Gedung Utara, yang masing-masing dimanfaatkan untuk pamerah sejarah, seni rupa dan contoh-contoh alamiah. Barang-barang pameran waktu itu ada yang diperagakan dalam ruangan, ada juga yang dipamerkan di lapangan terbuka, antara lain, tumbuh-tumbuhan dan binatang. Asas tujuan pembukaan museum ini juga tiada taranya dalam sejarah Tiongkok waktu itu, yakni membantu sekolah melakukan pendidikan dan memeratakan ilmu pengetahuan, sementara berperan sebagai tempat hiburan bagi warga yang mengunjunginya."

Museum sudah mempunyai sejarah lama di Tiongkok, tapi museum modern dan sekolah tipe baru sama-sama berkembang dalam proses modernisasi sosial Tiongkok. Tahun 1682, Museum Kesenian dan Arkeologi milik Universitas Oxford Inggris dibuka untuk umum sebagai museum modern pertama di dunia. Pada pertengahan abad ke-19, teori museum Barat disebarluaskan ke Tiongkok. Peran museum dalam menyimpan kebudayaan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan secara berangsur-angsur disadari sejumlah intelektual yang maju. Pembukaan museum juga menjadi salah satu langkah penting bagi kaum intelektual maju Tiongkok pada akhir abad ke-19 untuk melaksanakan idenya untuk "meningkatkan kecerdasan rakyat".

Ketua Persatuan Museum Internasional, Alissandra Cummins setelah berkunjung ke Museum Nantong memuji museum tersebut sebagai pelopor museum ekologi dan laboratorium museum. Dikatakannya: "Museum Nantong yang dibangun pada awal abad lalu telah menyediakan model yang istimewa. Biarpun di Barat, dwifungsi museum dalam penelitian akademis dan koleksi juga baru disadari pada 30 tahun terakhir ini. Maka sejarah Museum Nantong mempunyai arti penting bagi pembangunan museum-museum di dunia untuk dicontoh."

Menurut catatan arsip, pada awal abad ke-20 jumlah museum di Tiongkok pernah mencapai 70, akan tetapi perang agresi yang dilancarkan agresor Jepang pada tahun 1930-an dan 40-an mendatangkan malapetaka kepada masyarakat dan kebudayaan Tiongkok. Ketika Republik Rakyat Tiongkok didirikan pada tahun 1949, di Tiongkok hanya terdapat 25 buah museum, dan Museum Nantong adalah salah satu di antaranya. Menurut keterangan, pada masa pendudukan tentara agresor Jepang di Nantong, kebanyakan barang simpanan di Museum Nantong dijarah atau dirusak. Nasib Museum Nantong adalah nasib negara waktu itu. Kurator Museum Nantong, Wang Dongyun mengatakan: "Pada masa awal perkembangan Museum Nantong berjalan lancar dengan dukungan kuat pendiri Zhang Qian. Namun setelah wafatnya Zhang Qian, khususnya pada masa perang antiagresi Jepang, Museum Nantong menjadi markas besar polisi militer tentara agresor Jepang, sehingga benda budaya yang disimpan di sini dijarah habis-habisan. Dengan demikian museum ini pun mulai bangkrut."

Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, pemerintah baru Tiongkok memperkokoh status Museum Nantong sebagai museum pertama dalam sejarah Tiongkok, dan mengeluarkan dana untuk memperbaikinya sebagai salah satu benda budaya yang penting. Sejak itu barang-barang koleksinya pun mulai bertambah. Menjelang ulang tahun ke-100 berdirinya museum itu, pemerintah setempat mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk membangun sebuah gedung pameran baru yang modern di sebelah gedung yang lama untuk khusus memperagakan sejarah perkembangan kota.

Perkembangan pesat yang dialami Museum Nantong adalah salah satu contoh kemakmuran usaha museum Tiongkok. Pada tahun-tahun belakangan ini, pemerintah Tiongkok mengajukan gagasan untuk mengembangkan masyarakat harmonis dan untuk itu mengintensifkan pembangunan usaha kebudayaan. Dengan latar belakang itulah, dalam pembangunan museum di seluruh negeri muncul situasi yang baru. Di Beijing, proyek perluasan Museum Nasional tengah terus dilakukan. Setelah proyek itu diselesaikan, Museum Nasional yang baru akan berskala lebih besar dua kali lipat daripada yang sekarang. Selain Beijing, museum-museum yang baru juga bermunculan di kota-kota Shanghai, Xi'an, Zhengzhou dan kota-kota besar lainnya, sehingga menjadi lanskap kebudayaan baru yang dibanggakan oleh penduduk setempat. Di kota kecil Nantong kini berturut-turut dibangun 23 museum modern mengitari sungai pelindung kota kuno, antara lain, Museum Tekstil, Museum Teknologi Pemasokan Air, Museum Bangunan, Galeri Kesenian Shenshou, Museum Kesenian Kain Tenun Berwarna Biru, Museum Cipoa, Museum Olahraga dan Museum Metropolitan. Sekarang rata-rata setiap 50.000 warga kota mempunyai sebuah museum di Nantong. Mengenai perkembangan usaha museum di Tiongkok, Direktur Biro Benda Budaya Tiongkok, Shen Jixiang mengatakan: "Selama seratus tahun ini, usaha museum Tiongkok mengalami perkembangan pesat. Kini di Tiongkok terdapat 2.300 buah museum dengan barang simpanannya mencapai 20 juta lebih dan pengunjungnya 150 juta orang lebih setiap tahun."

Pejabat itu mengatakan, sekarang tidak hanya museum publik yang didanai oleh pemerintah mengalami perkembangan pesat, museum yang dibuka oleh perseorangan juga berkembang pesat. Tiongkok mulai mengizinkan perseorangan membuka museum pribadi pada tahun 1980-an, dan kini jumlahnya telah mencapai seratus lebih.