Tiongkok adalah negara pertanian, dan rakyat Tiongkok sudah lama melakukan penelitian tentang pertanian. Dalam Ruangan Kebudayaan kali ini kami perkenalkan Jia Sixie, ahli pertanian terkenal dalam sejarah Tiongkok.
Jia Sixie dilahirkan pada abad ke-5 Masehi. Tentang riwayatnya jarang terdapat dalam buku sejarah. Yang kita tahu sekarang ialah bahwa ia pernah menjabat sebagai kepala administrasi daerah. Jia Sixie berminat besar pada pertanian. Ia memelihara kambing dan bercocok tanam. Ia sering pula berguru kepada petani yang berpengalaman sekitar masalah yang dihadapinya di bidang pertanian. Suatu peristiwa sebagian besar kambing dari 200 ekor yang dipeliharanya mati dalam satu tahun karena kelaparan. Setelah menarik pelajaran daripadanya, Jia Sixie kemudian kembali memelihara satu kawanan kambing setelah menanam kedelai di areal yang cukup luas sebagai cadangan pakan kambing. Akan tetapi, kambing yang dipeliharanya tetap mati dalam jumlah besar. Apa sebabnya? Setelah mendengar nama seorang peternak kambing yang cukup terkenal, Jia Sixie khusus berjalan kaki sepanjang 50 kilometer lebih untuk menemuinya dan berguru kepadanya. Setelah diberitahu cara Jia Sixie memelihara kawanan kambing, si pemelihara kambing tua itu memutar otak dan akhirnya menemukan bahwa yang mengakibatkan matinya kambing ialah karena Jia Sixie dengan sembarangan membuang pakan ke tanah kandang. Dijelaskannya bahwa pakan yang dibuang ke tanah itu dicemari dengan air seni dan berak kambing yang menginjak-injak di atasnya. Pakan yang kotor itu tidak dimakan oleh kambing, maka banyak kambing mati kelaparan. Jia Sixie menginap di rumah si penunggu kambing tua itu selama beberapa hari untuk belajar pengalamannya dalam memelihara kambing. Setelah kembali ke rumahnya, ternyata cara yang diperoleh dari pemelihara tua itu sangat efektif dan berguna.
Jia Sixie berpendapat bahwa produksi pertanian berhubungan erat dengan kehidupan rakyat, dan apakah suatu negara dapat mencapai kemakmuran terutama tergantung pada apakah negara itu mementingkan pertanian. Menurut Jia Sixie, untuk mengembangkan pertanian, yang penting ialah meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan bercermin pada pengalaman dan hasil yang dicapai generasi tua, Jia Sixie kemudian berhasil menyelesaikan karya besar yang berjudul "Qimin Yaoshu", sebuah ensiklopedia tentang pertanian zaman kuno Tiongkok.
Ensiklopedia Qimin Yaoshu terdiri dari 11.000 huruf Kanji dan berisi sangat luas. Dalam buku tersebut, pengarang membuat catatan lengkap tentang tumbuh-tumbuhan, antara lain masa pertumbuhan, kebutuhan yang diperlukan tumbuh-tumbuhan pada masa yang berbeda, cara perbaikan syarat pertumbuhan, serta cara peningkatan daya penyesuaian tumbuhan dengan iklim dan geografi di mana ia terletak. Mengenai tumbuhan semacam jagung, Jia Sixie dalam bukunya mencatat sebagai berikut: walaupun jagung yang ditanam secara jarang per unit akan tumbuh kuat, namun bijinya tidak besar, banyak di antaranya tidak berisi, dan warnanya kekuning-kuningan. Sedang jagung yang ditanam secara rapat, walaupun batangnya agak kecil, tapi bijinya besar dan berwarna putih, jauh lebih baik daripada jagung yang ditanam secara jarang. Pendek kata, bidang-bidang yang disebut dalam bukunya tersebut justru merupakan topik penelitian utama pertanian modern. Hasil penelitian Jia Sixie tidak hanya mendorong produksi pertanian waktu itu, tapi juga menimbulkan pengaruh mendalam terhadap ilmuwan generasi kemudian.
Bidang penelitian yang dilakukan Jia Sixie sangat luas, dan jawaban atau penjelasannya pun cukup mendalam. Dalam buku Qimi Yaoshu, ia secara rinci memperkenalkan cara penggarapan dalam, penggarapan dangkal, penggarapan pada empat musim, bahkan apa yang harus dilakukan apabila penggarapan itu dilakukan secara tidak betul. Mengenai pemulihan kesuburan tanah garapan, pendapat Jia Sixie dapat dikatakan sudah mencapai taraf maju dunia pada zaman itu. Pada abad ke-6 Masehi, Eropa Barat hanya tahu memulihkan kesuburan tanah dengan penanaman tanaman yang berbeda secara bergilir atau penghentian penanaman untuk sementara waktu. Akan tetapi Jia Sixie dalam bukunya tadi sudah mampu mengajukan banyak cara untuk meningkatkan subur tanah. Dalam buku itu ia memperkenalkan tidak sedikit cara tentang penanaman tanaman secara bergantian dan secara terpadu.
Jia Sixie pandai bercermin pada pengalaman generasi tua. Ia suka membaca buku-buku kuno dan melalukan penelitian sungguh-sungguh terhadap segala bahan yang berkaitan dengan pertanian dan kehidupan petani. Dalam buku Qimi Yaoshu, ia seluruhnya mengutip isi 160 jilid buku, tidak sedikit di antaranya sudah punah dalam sejarah. Untunglah Jia Sixie mengutip sebagian isi inti sarinya ke dalam bukunya Qimi Yaoshu.
|