Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-03-27 10:16:33    
Tokoh Ekonomi Terkenal Internasional Nilai Ekonomi Tiongkok

cri

Sejumlah tokoh ekonomi terkenal internasional di depan Forum Tingkat Tinggi Pembangunan Tiongkok yang diadakan di Beijing belum lama berselang menyatakan, ekonomi Tiongkok telah mencapai hasil yang menarik perhatian umum beberapa tahun ini dengan laju pertumbuhannya rata-rata 9% ke atas setiap tahun. Akan tetapi, ekonomi Tiongkok juga dililitkan masalah-masalah sumber daya, lingkungan, kesenjangan antara kota dan desa dan lain-lain, dan menghadapi banyak tantangan untuk berkembang terus.

Di depan Forum Tingkat Tinggi Pembangunan Tiongkok tersebut, Gubernur Bank Pembangunan Asia, Kuroda Haruhiko menilai positif hasil yang dicapai oleh ekonomi Tiongkok dalam lebih dari 20 tahun yang lalu.

Dikatakannnya: "Dalam 25 tahun yang lalu, kinerja ekonomi Tiongkok menarik perhatian umum, tingkat pertumbuhan rata-rata GDP mencapai 9,6%, sedang tingkat pertumbuhan rata-rata perdagangan mencatat 14,6%. Tiongkok telah dan akan terus menjadi kekuatan penting untuk mendorong kemakmuran di kawasan Asia-Pasifik."

Ketua Dewan Komisaris, Presiden merangkap CEO Fedex Amerika Serikat (AS), Frederick Smith mengatakan, perkembangan ekonomi Tiongkok menarik perhatian dunia.

Dikatakannya: "Dalam waktu tidak sampai 30 tahun, pertumbuhan ekonomi Tiongkok mendatangkan keuntungan yang sangat besar kepada rakyat Tiongkok. Berpuluh-puluh juta orang dientaskan dari kemiskinan, dan taraf hidup mereka diperbaiki. Ini tak dapat terbayang pada 30 tahun yang lalu."

Para tokoh ekonomi terkenal menyatakan, perkembangan mantap dan sehat ekonomi Tiongkok mendatangkan pula investasi asing dalam jumlah besar, dan meredakan tekanan penempatan tenaga kerja dalam negeri, sementara mendatangkan pengaruh positif kepada perkembangan ekonomi global.

Akan tetapi, para ekonom menunjukkan pula, sementara berkembang terus ekonominya, di Tiongkok terdapat masalah-masalah seperti kekurangan sumber daya, polusi lingkungan hidup dan tidak meratanya perkembangan di kota dan desa.

Profesor Universitas Kolumbia AS yang juga peraih Hadiah Nobel, Joseph Stiglitz adalah seorang ekonom terkenal di seluruh dunia, dan pernah menjabat Ketua Komisi Konsultasi Ekonomi Presiden AS. Dalam perdebatan mengenai masalah ekonomi Tiongkok, dia mengusulkan pemerintah menangani hubungan antara perkembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup dalam menyusun rancangan perkembangan pada masa depan.

Dikatakannya: "Semakin tinggi tuntutan perkembangan ekonomi Tiongkok atas lingkungan. Jumlah konsumsi besi baja dan semen Tiongkok masing-masing merupakan 28% dan 30% total jumlah konsumsi global. Ini mendatangkan tekanan sangat besar kepada lingkungan. Keberkelanjutan perkembangan ekonomi Tiongkok tergantung pada apakah Tiongkok mampu mengatasi masalah-masalah lingkungan tersebut."

Bagaimana memperbaiki struktur pertumbuhan ekonomi Tiongkok merupakan fokus lain para ekonom terkenal di forum tersebut. Beberapa tahun ini, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terutama didorong oleh investasi dan ekspor. Mereka mengatakan, untuk memelihara perkembangan ekonomi yang mantap dan sehat, perlu mendorong konsumsi penduduk. Untuk itu, Ekonom Perdana Morgan Stanley, Stephen Roach mengatakan: "Terdapat masalah rinci dalam proses peralihan cara pertumbuhan ekonomi dari didorong oleh investasi ke didorong oleh konsumsi. Misalnya tingkat tabungan di Tiongkok begitu tinggi, bagaimana mendorong konsumsi untuk mewujudkan peralihan tersebut merupakan hal yang sangat sulit, dan mungkin perlu disesuaikan dalam jangka waktu tertentu. Untuk mewujudkan peralihan tersebut, perlu ditingkatkan jaminan sosial dan diciptakan lebih banyak lowongan kerja di Tiongkok supaya rakyatnya memperoleh lebih banyak pendapatan yang dapat dikuasai.

Masalah-masalah seperti penambahan lowongan kerja dan pendapatan rakyat yang disinggung oleh Roach juga merupakan masalah-masalah yang menjadi perhatian umum masyarakat Tiongkok dewasa ini. Menurut statistik, perbandingan pendapatan antara penduduk kota dan petani di Tiongkok telah melampaui 3:1, kesenjangan pendapatan penduduk sangat besar dan tetap melebar terus. Oleh karena itu, peningkatan jaminan sosial, penambahan lowongan kerja dan peningkatan pendapatan penduduk desa, merupakan tuntutan bukan saja untuk memperluas konsumsi dalam negeri, tapi juga untuk mewujudkan perkembangan selaras antara kota dan desa dan menjamin kestabilan sosial.

Dewasa ini pemerintah Tiongkok telah sepenuhnya menyadari hal tersebut. Dalam rancangan pembangunan dalam 5 tahun ke depan, pemerintah Tiongkok telah menjadikan pengintensifan pembangunan prasarana di pedesaan, perluasan skala kredit terhadap pertanian dan penghapusan pajak pertanian sebagai isi penting usaha untuk mendukung perkembangan pedesaan.

Tindakan pemerintah Tiongkok mendukung pembangunan pedesaan juga disetujui oleh Donald J. Johnston, Sekretaris Jenderal Organisasi Ekonomi dan Kerja Sama yang menghadiri forum tersebut. Dinyatakannya, perkembangan di pedesaan menguntungkan pertumbuhan mantap dan berkelanjutan ekonomi Tiongkok.

Dikatakannya: "Pemerintah Tiongkok sedang menambah investasi untuk memperkecil kesenjangan antara kota dan desa. Mempopulerkan pendidikan wajib 9 tahun, menyusun sistem asuransi kesehatan kaum petani; meningkatkan dukungan industri terhadap pertanian, mendorong proses urbanisasi, mengurangi hambatan terhadap gerak pindah tenaga kerja, meningkatkan investasi untuk membangun prasarana di pedesaan, dan lain-lain, semuanya ini merupakan ide yang sangat baik."