Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-03-30 14:25:55    
Kaisar Li Shimin Dinasti Tang

cri

Pada masa dinasti-dinasti dalam sejarah, seorang kaisar yang rela menerima usul bawahan dan meringankan pajak yang menjadi beban berat rakyat, maka ia akan dipuji sebagai kaisar yang murah hati dan bijaksana. Apabila kebetulan sang kaisar itu menjadi perintis di banyak bidang sehingga berjasa besar, maka ia akan dihargai sebagai kaisar yang luar biasa. Li Shimin, kaisar kedua Dinasti Tang (abad ke-7 dan abad ke-9) justru merupakan salah seorang kaisar yang termasuk kategori tersebut.

Li Shimin naik takhta pada tahun 627, dan seluruhnya berkuasa selama 23 tahun sebagai kaisar Dinasti Tang. Penobatan Li Shimin tak terpuji karena dituduh membunuh Putra Mahkota dan memaksa ayahnya turun takhta. Akan tetapi, setelah ia dinobatkan sebagai kaisar, tingkah lakunya sempat mengundang penilaian tinggi masyarakat waktu itu dan masa kemudian. Hasil-hasil yang dicapai oleh Li Shimin banyak sekali, misalnya selama berkuasanya dalam waktu 20 tahun lebih, Li Shimin secara besar-besaran melakukan proyek pembangunan prasarana pertanian, tapi pajak yang dikenakan kepada kaum tani tidak dinaikkan malah diturunkan. Salah satu semboyannya yang terkenal berbunyi: rakyat ibarat air, raja ibarat perahu. Air dapat melayarkan perahu, dapat pula mengkaramkannya. Artinya ialah rakyat adalah kekuatan yang dapat mendukung berkuasanya suatu pemerintah, tapi juga dapat menggulingkannya. Dan justru berdasarkan pikiran itulah, Li Shimin sangat mementingkan dukungan rakyat.

Li Shimin sangat terpuji dalam sejarah sebagai salah satu kaisar yang paling bijaksana dalam sejarah karena dua hal, yaitu pertama ia mengukuhkan sistem ujian negara yang berlaku selama 1.300 tahun, dan kedua ia adalah kaisar yang paling rendah hati dalam menerima usul dan pendapat orang lain.

Sebelum berdirinya Dinasti Tang, jabatan sipil dan militer di berbagai tingkat umumnya diwariskan turun-temurun, sedang rakyat jelata tak peduli betapa cakapnya akan sulit juga untuk memangku jabatan. Walaupun sistem ujian kenegaraan Tiongkok dididirikan sebelum Dinasti Tang, tapi perkembangannya untuk menjadi sistem seleksi tenaga ahli yang lengkap dan ketat berlangsung pada masa Dinasti Tang. Tak lama setelah Li Shimin naik takhta, ia mulai menganjurkan agar menyempurnakan sistem ujian negara untuk mengangkat mereka yang cocok untuk memangku jabatan di pemerintah. Mata acara dalam ujian negara itu antara lain, hukum, sejarah, dan matematika. Pada saat berlangsungnya ujian negara, di seluruh negeri didirikan dua tempat ujian. Mereka yang mengikuti ujian akan direkrut ke jajaran pemerintah berdasarkan hasil ujiannya tanpa memandang bulu. Sistem ujian negara itu diterapkan terus dalam pemerintahan kemudian dalam sejarah, sehingga tokoh-tokoh yang hidup di lapisan bawah sosial dapat memasuki lembaga pemerintah melalui ujian negara. Pemberlakuan sistem ujian itu menjamin operasional efektif kekuasaan negara.

Li Shimin adalah kaisar yang pandai mendengarkan usul dan pendapat bawahannya. Konon pada masa awal berkuasanya Li Shimin, seorang bernama Yuan Lushi sangat membangkitkan kemarahan sang kaisar karena suatu hal yang dilakukannya. Li Shimin yang sedang naik pitam itu lantas memerintahkan agar dia dihukum mati. Saat itu seorang menteri senior bernama Sun Fujia dengan berani mengajukan pendapatnya untuk membela Yuan Lushi. Dikatakannya, Yuan Lushi tidak berbuat kejahatan yang patut dijatuhi hukuman mati, maka tak boleh divonis mati. Mendengar pembelaan itu, Li Shimin membebaskan Yuan Lushi, dan memberikannya sebuah taman kepada Sun Fujia sebagai penghargaan atas keberaniannya mengajukan pendapat yang lain. Menanggapi penghargaan itu, ada juga menteri yang menyatakan kaisar keterlaluan dalam hal itu, alasannya ialah perbuatan Sun Fujia itu adalah hal yang biasa saja, maka tidak patut diberi penghargaan sebesar itu. Mengenai sebabnya ia berbuat demikian, Li Shimin memberikan penjelasan demikian: "Sejak aku naik takhta, siapa pun tidak berani mengajukan usul kepada aku. Sun Fujia adalah orang pertama yang berbuat demikian, itulah sebabnya aku menghargainya dengan kado yang lumayan." Pada masa kemudian Li Shimin bahkan mengangkat Wei Zheng sebagai Menteri Urusan Usul dan Pendapat kepada Kaisar sebagai penghargaan atas ketulusan hatinya dalam mengajukan usul kepada kaisar. Sejak itu, mengajukan usul dan pendapat kepada Kaisar Li Shimin berangsur-angsur menjadi suatu gejala umum selama berkuasanya, dan Li Shimin pun terus dengan rendah hati mendengarkan usul yang berisi baik. Menurut catatan kitab sejarah, Wei Zheng berkali-kali mengajukan kritik kepada Li Shimin atas tingkah lakunya yang tidak layak dengan tak segan-segan, bahkan kadang-kadang membuat Li Shimin merasa sangat malu, tapi Wei Zheng satu kali pun tidak pernah dicela oleh Li Shimin. Contoh seperti itu yang terjadi pada Li Shimin boleh dikatakan tiada taranya dalam sejarah.

Setelah Wei Zheng meninggal dunia, Kaisar Li Shimin merasa sedih sekali, dan khusus mendatangi rumah Wei Zheng untuk menyatakan belasungkawa. Ia mengatakan, bercermin pada cermin terbuat dari loyang memberi tahu orang apakah topi dan bajunya rapi; bercermin pada sejarah dapat mengetahui masa bangkit dan merosotnya suatu zaman; sedang bercermin pada orang lain dapat mengetahui apa keunggulan dan kesalahan dirinya. Wei Zheng justru merupakan sebuah cermin bagi aku, tapi sayang ia sudah meninggal dunia. Sejak itu tiga kalimat tentang cermin tadi tersebar sampai sekarang, dan menjadi aforisme terkenal di Tiongkok.

Selama berkuasanya Li Shimin sebagai kaisar, Dinasti Tang mencapai hasil luar biasa di bidang politik, militer, sosial dan kebudayaan. Li Shimin selain didukung rakyat di bagian tengah Tiongkok, juga didukung rakyat etnis minoritas yang hidup di daerah bagian barat karena pelaksanaan kebijakan yang bijaksana. Tahun 641 Masehi, Li Shimin memperisterikan putrinya Wencheng kepada Songtsan Gambo di Tibet dalam rangka menjalin hubungan persahabatan antara Dinasti Tang dan Tibet.

Setelah wafat Li Shimin dimakamkan di Makam Zhaolin di Kabupaten Liquan, Provinsi Shaanxi, Tiongkok Utara. Makam Kaisar Li Shimin belum digali karena dilarang menurut ketetapan yang diberlakukan di Tiongkok. Pada tahun-tahun belakangan ini, para arkeolog mulai melakukan penggalian di daerah di sekitar Makam Li Shimin dan berhasil menemukan sejumlah benda budaya yang berharga. Kini Makam Zhaolin di mana Li Shimin dikebumikan telah dijadikan obyek wisata untuk dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.