Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-04-18 15:56:15    
Presiden Hu Jintao Berkunjung Ke AS Serta Negara-Negara Arab dan Afrika

cri

Presiden Tiongkok Hu Jintao hari ini meninggalkan Beijing untuk mengadakan kunjungan kenegaraan di Amerika Serikat, Arab Saudi, Maroko, Nigeria dan Kenya memenuhi undangan kepala negara lima negara tersebut. Ini adalah kunjungan pertama kepala negara Tiongkok sejak memasuki tahun ini. Pejabat senior Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan yakin kunjungan kali ini akan dengan kuat mendorong kemajuan hubungan kerja sama bersahabat antara Tiongkok dengan kelima negara tersebut, dan akan mendorong perkembangan lebih lanjut hubungan antara Tiongkok dengan negara-negara Arab dan Afrika.

Hubungan Tiongkok-Amerika dianggap sebagai salah satu hubungan bilateral yang paling penting di dunia dewasa ini dalam pergaulan diplomatik Tiongkok dengan negara lain. Hu Jintao kali ini melakukan kunjungan kenegaraan di Amerika Serikat untuk pertama kali dalam kapasitas sebagai presiden. Yang paling menarik perhatian dalam kunjungan Presiden Hu Jintao ke Amerika kali ini ialah pertemuannya dengan Presiden George W. Bush. Selain itu, Presiden Hu akan mengadakan kunjungan ke Seattle, Washington dan Universitas Yale. Mengenai kunjungan itu, Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok, Yang Jiechi mengatakan dalam jumpa pers baru-baru ini:"Presiden Hu Jintao akan bertukar pandangan secara mendalam dengan Presiden Bush dan pemimpin Amerika lainnya mengenai hubungan Tiongkok-Amerika serta masalah-masalah penting internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama, serta mengadakan kontak luas dengan anggota Kongres, pejabat negara baian dan kota, tokoh-tokoh dari kalangan industri, perdagangan, keilmuan, buruh dan mahasiswa Amerika. Presiden Hu akan berpidato pula di Universitas Yale dan di depan jamuan penyambutan yang diadakan organisasi bersahabat Amerika. Dalam pidato-pidato itu, Presiden Hu akan memperkenalkan politik dalam dan luar negeri Tiongkok yang mendorong pembangunan berkelanjutan, membangun masyarakat harmonis serta menempuh jalan pembangunan secara damai dan membangun dunia yang harmonis."

Masalah Taiwan adalah masalah inti yang paling penting dan paling peka dalam hubungan Tiongkok-Amerika. Di bawah latar di mana pihak penguasa Taiwan secara paka mengakhiri dewan dan program reunifikasi yang mengakui prinsip satu Tiongkok, masalah Taiwan akan menjadi topik utama pertemuan antara pemimpin Tiongkok dan Amerika kali ini. Menyinggung masalah itu, Pembantu Menteri Luar Negeri Tiongkok, He Yafei mengatakan,"Masalah Taiwan pasti akan disinggung dalam pertemuan kedua pihak karena ini adalah masalah yang sangat penting dalam hubungan Tiongkok-Amerika. Presiden Bush dan pemerintah Amerika telah bekali-kali menegaskan pendiriannya yang menganut politik satu Tiongkok, berpegang pada tiga komunike bersama dan menentang 'Taiwan merdeka'. Kami yakin Amerika akan menegaskan kembali pendiriannya itu."

Hubungan ekonomi dan dagang bilateral juga merupakan salah satu topik penting pertemuan puncak Tiongkok-Amerika kali ini. Kerja sama ekonomi dan dagang adalah bidang yang berkembang relatif cepat dalam hubungan bilateral, juga bidang yang relatif banyak perselisihannya, namun saling menguntungkan tetap adalah aliran utama hubungan ekonomi dan dagang antara kedua negara. Amerika menyatakan keprihatinan besar pada masalah-masalah dalam kerja sama ekonomi dan dagang bilateral seperti perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan nilai tukar yuan, mata uang Tiongkok. Presiden Bush baru-baru ini mengatakan,"Hubungan antara Amerika dan Tiongkok sangat positif sekaligus rumit. Kunjungan Presiden Hu Jintao sangat penting. Antara Amerika dan Tiongkok terdapat defisit perdagangan sebesar lebih dari 200 miliar dolar Amerika. Presiden Hu diharapkan bisa menyatakan sikap mengenai masalah nilai tukar yuan."

Selain itu, masalah Semenanjung Korea, masalah nuklir Iran dan antiterorisme juga akan menjadi titik berat pembicaraan.

Tahun ini genap 50 tahun pembukaan hubungan diplomatik antara Tiongkok dan negara-negara Arab. Arab Saudi adalah negara besar Arab yang memiliki pengaruh penting di kawasan Teluk Timur Tengah dan dunia Islam. Kunjungan Presiden Hu Jintao ke Arab Saudi adalah langkah diplomatik penting Tiongkok untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Arab. Dalam kunjungan itu, Presiden Hu akan mengadakan pembicaraan dengan Raja Abdullah Bin Abdul-Aziz, mengadakan pertemuan dengan Putra Mahkota merangkap Wakil Perdana Menteri, Sultan Bin Abdul-Aziz, dan menyampaikan pidato di Majelis Permusyawaratan Arab Saudi untuk memaparkan kebijakan dan pendirian Tiongkok dalam mengembangkan hubungan dengan negara-negara Arab di abad baru.

Tahun ini juga ulang tahun ke-50 pembukaan hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan negara-negara Afrika. Ada opini menyebut tahun ini sebagai "tahun Afrika" bagi Tiongkok. Maroko, Nigeria dan Kenya masing-masing terletak di bagian utara, barat dan timur Afrika, maka kunjungan Presiden Hu kali ini mendapat perhatian luas karena dipandang sebagai suatu aksi diplomatik Tiongkok yang berorientasi ke seluruh Afrika.

Dalam kunjungan di Afrika, Presiden Hu Jintao akan mengadakan pembicaraan dengan kepala ketiga negara itu, bertemu dengan pemimpin-pemimpin lain dan tokoh-tokoh berbagai kalangan di tiga negara tersebut, serta menandatangani persetujuan kerja sama bilateral di bidang-bidang ekonomi, dagang, budaya, kedokteran dan lain-lain. Presiden Hu akan mengucapkan pidato pula di Majelis Nasional Nigeria untuk memaparkan hubungan Tiongkok-Afrika dan kebijakan Tiongkok terhadap Afrika dalam situasi baru. Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok, Yang Jiechi mengatakan, kunjungan Presiden Hu ke Arab Saudi, Maroko, Nigeria dan Kenya pasti akan mengkonsolidasi lebih lanjut persahabatan tradisional Tiongkok dengan keempat negara itu, menambah saling percaya di bidang diplomatik, memperluas kerja sama yang saling menguntungkan dan mendorong hubungan bilateral antara Tiongkok dengan keempat negara itu ke taraf yang baru.