Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-04-28 19:22:56    
Kaisar Wanita Tiongkok Wu Zetian

cri

Saudara pendengar, dalam sejarah Tiongkok wanita jarang sekali berpartisipasi dalam pemerintahan, dan takhta kaisar selalu diduduki oleh laki-laki. Penobatan Wu Zetian sebagai kaisar wanita Dinasti Zhou pada tahun 690 merupakan contoh yang terkecuali. Mengenai riwayat legendaris Wu Zetian sebagai satu-satunya kaisar wanita dalam sejarah Tiongkok, penilaian yang diberikan generasi kemudian berbeda-beda. Berikut ini kami perkenalkan Wu Zetian.

Wu Zetian dilahirkan pada tahun 624 Masehi. Pada usia 14 tahun, ia direkrut untuk masuk istana menjadi dayang istana. Ketika itu pemerintah Dinasti Tang ( 618-907) dikuasai oleh Kaisar Taizong, kaisar kedua Dinasti Tang. Wu Zetian yang berparas manis dan cantik dijuluki Kaisar Taizong sebagai "Meiniang", artinya gadis cantik. Namanya Zetian dipilihnya sendiri setelah naik takhta. Nama itu artinya mau mencontoh hukum alam untuk melakukan penguasaan.

Pada zaman kuno Tiongkok, masyarakat menghendaki wanita berwatak lemah lembut dan rajin, namun Wu Zetian sejak awal sudah menunjukkan karakter yang berbeda dengan perempuan lainnya. Sekali peristiwa, Kaisar Taizong mendapat seekor kuda yang sulit dijinakkan. Suatu hari, Wu Zetian mengatakan kepada Kaisar Taizong bahwa dia yang mampu menjinakkannya dengan cambuk dan pisau. Dikatakannya: "Saya terlebih dulu mencambuknya, kalau kuda ini tidak tunduk, saya akan memukul kepalanya, kalau kuda itu tetap tidak menurut, akan saya pancung lehernya." Mendengar perkataan Wu Zetian tadi, Kaisar Taizong terkejut bukan main, karena perkataan bernada keras serupa seharusnya tidak dikeluarkan oleh seorang selir yang tahu akan tata krama. Sejak itu Kaisar Taizong meningkatkan kewaspadaan terhadap Wu Zetian, dan itulah sebabnya Wu Zetian gagal mendapat cinta sejati dari Kaisar Taizong selama 12 tahun melayaninya. Namun Putra Mahkota ketika itu bernama Li Zhi secara diam-diam jatuh cinta pada Wu Zetian yang 4 tahun lebih tua daripadanya.

Setelah wafatnya Kaisar Taizong, Li Zhi, putra mahkota Taizong naik takhta dengan sebutan Kaisar Gaozong, sedang Wu Zetian terpaksa meninggalkan istana dan menjadi biksuni berdasarkan tata krama yang berlaku waktu itu. Tak lama setelah upacara penobatan, Li Zhi yakni Kaisar Gaozong bersikeras menjemput Wu Zetian kembali ke istana dan menganugerahinya gelar selir kelas tinggi tanpa mengindahkan tentangan para menteri. Setelah kembali ke istana, Wu Zetian selalu bermimpi bisa menjadi permaisuri. Konon untuk mewujudkan maksudnya itu, Wu Zetian merencanakan intrik jahat. Permaisuri Kaisar Gaozong, yakni Permaisuri Wang menyukai anak, tapi dirinya tak bisa melahirkan anak. Suatu hari, Permaisuri Wang datang menengok bayi perempuan yang belum lama dilahirkan Wu Zetian. Begitu Permaisuri Wang pamit, Wu Zetian segera mencekik bayinya sampai mati lemas, dan memfitnah Permaisuri Wang sebagai biang keladinya. Kaisar Gaozong yang percaya pada Wu Zetian lantas membenci Permaisuri Wang, dan pada akhirnya mencabut gelar Permaisuri Wang untuk menganugerahkan gelar permaisuri kepada Wu Zetian. Setelah impiannya itu terwujud, Wu Zetian dengan ikhtiar yang lebih brutal mulai menyingkirkan selir yang dicintai Kaisar Gaozong.

Kaisar Gaozong memang seorang yang emosional dan kurang bijaksana dalam penanganan urusan negara. Sebelum menjadi permaisuri, Wu Zetian sudah mulai membantu Gaozong menangani urusan politik. Setelah dinobatkan sebagai permaisuri, Wu Zetian secara langsung berpartisipasi dalam penanganan urusan negara tanpa menghiraukan tradisi yang melarang wanita ikut serta dalam pemerintahan. Oleh karena semua urusan penting negara harus ditangani bersama oleh Kaisar Gaozong dan Wu Zetian, maka keduanya dijuluki para menteri sebagai "Dua Kaisar". Penanganan urusan negara bersama oleh kaisar dan permaisuri yang terjadi pada waktu itu merupakan hal yang tiada taranya dalam sejarah sebelumnya.

Setelah Kaisar Gaozong wafat, dua putranya berturut-turut naik takhta, tapi pada kenyataannya yang berkuasa adalah Wu Zetian. Pada usia 67, Wu Zetian memakzulkankaisar boneka dan mengubah nama negara Tang menjadi Zhou, dan secara resmi menobatkan diri sebagai kaisar. Dengan demikian, Wu Zetian pun menjadi kaisar yang berusia paling tua ketika dinobatkan, sekaligus satu-satunya kaisar wanita dalam sejarah Tiongkok. Setelah naik takhta, Wu Zetian melaksanakan kebijakan yang kejam dengan menyingkirkan pejabat-pejabat yang tidak berdiri di pihaknya. Akan tetapi, biarpun kejam, ia pandai sekali dalam menyelenggarakan pemerintahan. Selama berkuasanya, Wu Zetian melaksanakan kebijaksanaan yang mendukung perkembangan pertanian, dan menurunkan pajak yang membebani kaum tani. Dirinya juga memelihara ulat sutra dan bercocok tanah, dengan maksud supaya para pejabat berteladan pada tindakannya dan menyadari kesulitan rakyat. Wu Zetian juga pandai memanfaatkan tenaga ahli tanpa memandang bulu, sehingga banyak cendekiawan dari lapisan bawah dapat memangku jabatan di pemerintah, tidak sedikit di antaranya bahkan menjadi menteri dan sarjana yang terkenal karena prestasinya. Wu Zetian juga berupaya meningkatkan status sosial kaum wanita supaya mereka berpeluang berpartisipasi dalam pemerintahan.

Wu Zetian berkuasa sebagai kaisar selama 15 tahun, tapi pada kenyataannya ia berkuasa selama 50 tahun. Selama berkuasanya, negara Tiongkok kuat, masyarakat stabil, dan ekonomi berkembang. Tentaranya juga berkali-kali berhasil memukul mundur agresi musuh dari luar, sehingga kemakmuran yang muncul pada masa awal Dinasti Tang dapat dikembangkan berkelanjutan.

Wu Zetian wafat pada usia 82 tahun. Sebelum meninggal dunia, ia mewariskan takhta kaisar kepada putranya dan memulihkan nama negara menjadi Tang. Wu Zetian setelah wafat dimakamkan di kubur Kaisar Gaozong yakni suaminya di Makam Qianling di Provinsi Shaanxi, Tiongkok Barat, dan di depan makamnya didirikan sebuah nisan tanpa aksara. Menurut kelaziman, batu nisan didirikan di depan sebuah kubur, dan di atasnya ditulis prasasti yang mengisahkan riwayat almarhum. Namun batu nisan makam Wu Zetian itu malah sama sekali tidak bertulis, dan mengenai sebabnya generasi kemudian memberikan tafsiran yang berbeda-beda. Tapi umumnya orang berpendapat bahwa penegakan batu nisan tanpa aksara itu barangkali dilakukan atas titah Wu Zetian, maksudnya ialah biar orang pada masa kemudianlah yang memberikan penilaian atas riwayatnya karena naskah apa pun tak bisa melukiskan tingkah lakunya. Itulah sebabnya batu nisan yang didirikan di depan makam Wu Zetian itu tanpa aksara.