Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-06-01 14:35:05    
Perlindungan Kebudayaan Tradisional di Kabupaten Changyang Provinsi Hubei

cri

 

 

Di Tiongkok terdapat 56 etnis, dan setiap etnis mempunyai kebudayaan tradisionalnya sendiri. Baru-baru ini wartawan berkunjung ke Kabupaten Otonom Etnis Tujia Changyang, Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah dan sempat menyaksikan kebudayaan rakyat setempat yang aneka ragam. Berikut ini kami sampaikan laporan tentang perlindungan kebudayaan etnis Tujia.

Kecamatan Ziqiu, Kabupaten Otonom Etnis Tujia Changyang adalah sebuah kota kecil yang terletak di gugusan gunung Provinsi Hubei. Lagu yang Anda dengar sekarang adalah "Sayeh" yang dinyanyikan dalam upacara belasungkawa etnis Tujia. Menurut adat istiadat setempat, setelah sanak saudara meninggal, anggota keluarga bukan menangis dan meratap berurai air mata, melainkan menyanyi dan menari, dan dengan cara itu memanifestasikan pandangan hidupnya yang berdada lapang. Menurut hasil penelitian, adat istiadat itu sudah tersebar di kampung rakyat etnis Tujia selama seribu tahun lamanya. Salah seorang tua yang ikut serta dalam menyanyikan lagu Sayeh tadi bernama Tian Zhenguo sempat diwawancarai wartawan. Ia mengatakan: "Kami adalah seniman rakyat. Tari dan nyanyian kami semuanya asli. Baik lagu maupun syairnya sudah lama terbenam dalam otak, dan diwariskan turun-temurun tanpa pengubahan. Lagu ini dinyanyikan secara spontan pada upacara pernikahan atau belasungkawa."

Sayeh adalah warisan budaya representatif rakyat etnis Tujia. Seperti banyak warisan budaya lainnya, Sayeh juga terancam punah tanpa diwarisi oleh generasi muda. Pada tahun-tahun belakangan ini, pemerintah pusat dan masyarakat setempat memberikan perhatian semakin besar pada perlindungan kebudayaan tradisional. Untuk melindungi kebudayaan tradisional, pemerintah sekarang mengambil serentetan langkah untuk menunjang ahli waris budaya tradisional, dan memulai program penyimpanan kesenian rakyat setempat melalui rekaman audio dan visual serta catatan tulisan. Sekolah-sekolah setempat juga mengundang seniman rakyat setempat untuk menjadi guru lagu rakyat. Berkat pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, Kabupaten Changyang dihargai oleh Kementerian Kebudayaan Tiongkok sebagai "kabupaten kesenian rakyat Tiongkok". Belum lama berselang, Sayeh dicantumkan dalam Daftar Warisan Budaya Nonfisik Tingkat Nasional Tiongkok.

Selain kebudayaan rakyat dalam bentuk nonfisik, benda budaya yang terpendam di bawah tanah di Kabupaten Changyang, salah satu tempat asal usul rakyat etnis Tujia, juga kaya sekali. Petilasan Pedupaan Batu yang terkenal merupakan bekas tempat kebudayaan perunggu etnis Tujia pada 4.000 tahun yang lalu. Pada akhir abad lalu, di situs itu berturut-turut ditemukan alat batu, tembikar, alat tulang dan perkakas perunggu sejumlah 10.000 buah. Mengenai benda budaya setempat, Kurator Museum Kabupaten Changyang, Luo Jianping mengatakan: "Benda budaya di museum ini terbagi menjadi kategori sampel dan benda purba yang masing-masing berjumlah 30.000 dan 60.000. Benda-benda itu merupakan bahan penting bagi penelitian asal usul kebudayaan rakyat etnis Tujia dan rakyat Baren."

Perlindungan kebudayaan tradisional di Kabupaten Changyang merupakan kebanggaan Provinsi Hubei, yang merupakan daerah representatif kebudayaan regional zaman kuno Tiongkok. Dalam waktu 800 tahun antara abad ke-8 Sebelum Masehi sampai abad ke-2 Sebelum Masehi, Negara Chu yang wilayahnya mencakup semua wilayah Provinsi Hubei sekarang mencetak kebudayaan yang cemerlang, baik di bidang perkakas perunggu, barang lak, kesusastraan dan musik. Penyair "nomor satu" Tiongkok, Qu Yuan justru seorang pujangga Negara Chu waktu itu. Qu Yuan dan karyanya memberikan pengaruh menjangkau jauh terhadap perkembangan kesusastraan Tiongkok. Sedang instrumen musik "bianzhong" atau genta aneka nada terbuat dari perunggu yang ditemukan di kubur Zenghouyi bersejarah 2.000 tahun lamanya mencerminkan hasil maha besar rakyat Tiongkok di bidang musik. Wu Zhijian dari Pusat Perlindungan Kebudayaan Rakyat Provinsi Hubei berpendapat, irama kehidupan yang cepat pada zaman modern dengan serius menerpa lingkungan hidup kebudayaan rakyat, dan itu menuntut pemerintah mengerahkan lebih banyak tenaga dalam melindungi budaya tradisional.

"Proyek suaka kebudayaan tradisional di daerah ini baru saja dimulai, dan langkah-langkah perlindungan masih perlu diperbaiki lebih lanjut. Tahun lalu kami menyerahkan 33 warisan kebudayaan nonfisik kepada negara supaya dijadikan karya representatif tingkat nasional, sekarang 20 di antaranya telah diserahkan kepada Dewan Negara."

Dari Kabupaten Otonom Etnis Tujia Changyang, Provinsi Hubei merupakan bagian perlindungan kebudayaan tradisional seluruh negeri. Dalam proses perkembangan modernisasi dewasa ini, kebudayaan tradisional kebanyakan menghadapi keadaan sulit. Pemerintah Tiongkok menetapkan Sabtu pekan kedua tiap tahun mulai tahun ini sebagai "hari warisan budaya" Tiongkok. Mudah-mudahan perlindungan kebudayaan tradisional Tiongkok akan mencapai hasil yang lebih besar sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan ditingkatkannya intensitas perlindungan oleh pemerintah.