Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-06-07 16:27:29    
Mahasiswa Tiongkok Merayakan Budaya Asia-Afrika

cri

Beijing Foreign Studies University atau Universitas Studi Asing Beijing hari Kamis, tanggal 26 April 2006 kemarin mengadakan pentas seni dan budaya Asia-Afrika yang diadakan di kampusnya. Festival ini diadakan untuk memperkenalkan budaya dan bahasa Asia-Afrika yang dipelajari oleh mahasiswa-mahasiswa Beijing Foreign Studies University yang lebih dikenal dengan sebutan Beiwai.

Pentas seni yang bertajuk "A Fantastic Trip to Asia and Africa" atau Perjalanan fantastis ke Asia dan Afrika ini menampilkan enam belas atraksi seni tari, seni musik, dan drama dari dua belas bahasa Asia-Afrika yang diajarkan di Beiwai. Atraksi-atraksi tersebut misalnya, peragaan busana Asia ? Afrika, tarian dari Malaysia, Nigeria, Kamboja, Korea, Turki dan Burma, juga lagu dari Kenya, Thailand, drama dari Indonesia, dan kumpulan puisi dari Asia-Afrika.

Pentas seni ini termasuk cara pembelajaran yang unik, karena selain para mahasiswa belajar bahasa asing melalui seni tari, musik, dan drama dari bahasa tersebut. Para penonton terdiri dari tamu kehormatan dari kedutaan masing-masing negara Asia-Afrika, para dosen, mahasiswa dan khalayak ramai. Mereka semua sangat kagum menyaksikan para mahasiswa Tiongkok yang mengenakan kostum negara-negara Asia dan Afrika serta menyanyikan lagu-lagu berbahasa asing dengan sangat berani dan fasih.

Mahasiswa Tiongkok yang belajar bahasa Indonesia di tahun pertama di Beiwai kali ini menampilkan drama Rara Mendut dengan bahasa Mandarin yang settingnya diubah. Rara Mendut yang merupakan kisah dari Jawa Tengah ini oleh para mahasiswa diganti menjadi Pulau Bali. Alasannya karena untuk orang Tiongkok, pulau Bali sangat terkenal. Bagi orang Tiongkok, ada dua tempat di Indonesia yang sangat terkenal, yaitu Bali dan Bandung. Bali karena pariwisatanya, sedangkan Bandung terkenal karena Konfrensi Asia-Afrika yang memiliki arti penting dalam sejarah Tiongkok.

Meskipun mahasiswa-mahasiswa Tiongkok yang belajar bahasa Indonesia ini baru mempelajari bahasa Indonesia selama 6 bulan, tetapi mereka telah bisa menguasai percakapan-percakapan dasar dalam bahasa Indonesia. Misalnya, ketika ditanya apa isi cerita drama yang dipentaskan, salah seorang murid menjawab bahwa ada seseorang yang mencintai seorang cewek, tetapi cewek ini mencintai orang lain. Karena itu dua orang yang sama-sama mencintai cewek ini saling pukul-memukul. Tentu saja kalimat-kalimatnya masih putus-putus dan imbuhan yang digunakan kadang-kadang tidak pas, tetapi usaha mereka dalam belajar bahasa Indonesia patut dihargai.

Pelatih sekaligus guru mereka adalah seorang mahasiswa S2 jurusan bahasa Indonesia, yang juga adalah orang asli Tiongkok. Ia dulu pernah belajar di Universitas Indonesia selama satu tahun. Wang Feiyu, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ibu Kirana ini menjelaskan bahwa cerita yang aslinya berjudul Rara Mendut ini adalah cerita yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia yang dipakai di Beiwai. Karena murid-muridnya sangat tertarik pada cerita ini, maka mereka mengangkatnya menjadi sebuah drama.

Menurut ibu guru yang masih muda dan cantik ini, pada awalnya terdapat seribu lebih masalah dalam pembuatan drama, mulai dari pencarian pemain, lagu, kostum, dan dekorasi. Tetapi semuanya diselesaikan dengan baik oleh siswa-siswanya. Walhasil, kisah Rara Mendut diganti judulnya menjadi "Cerita dari Pulau Bali" dan dilakonkan dalam bahasa Mandarin karena penontonnya sebagian besar adalah mahasiswa, dosen, dan khalayak Tiongkok.

Menyaksikan atraksi dari para mahasiswa Beijing Foreign Studies University atau Beiwai, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk Tiongkok, Bapak Jujur Hutagalung merasa sangat terkesan. Menurutnya, acara ini sangat bagus dan terorganisir dengan baik. "Kebudayaan bisa menjadi modal untuk membangun kepercayaan dan membangun persahabatan. Dari berbagai bangsa, mereka memiliki tekad untuk membangun suatu masyarakat yang lebih baik," papar Pak Jujur Hutagalung seusai acara di tengah acara ramah-tamah dengan para mahasiswa Beijing Foreign Studies University. (Kiara)