Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-06-14 12:55:38    
Penampilan Kesebelasan Asia-Afrika di Piala Jerman dan Prospeknya pada Masa Depan

cri

Kejuaraan Sepak Bola Piala Dunia Jerman yang digelar sejak tanggal 9 Juni lalu tampaknya tidak mengenal apa yang disebut "kejutan". Dua hari yang lalu, kesebelasan Iran, salah satu tim paling tangguh di Asia dan kesebelasan Panai Gading dari Afrika berturut-turut mengalami kekalahan. Iran digilas Meksiko 3:1 dan Pantai Gading dikalahkan Argentina dari Amerika Selatan 2:1. Tanggal 13 Juni, giliran Ghana dari Afrika dan Jepang dari Asia yang tertimpa nasib malang yang sama. Dalam pertandingan melawan tim Azzuri, Ghana kalah telak 2:0, sedang Jepang yang sempat unggul belasan menit menjelang berakhirnya pertandingan berturut-turut kebobolan tiga gol ketika menghadapi Australia dengan Hindik dari Belanda sebagai pelatih kepalanya. Menanggapi kekalahan demi kekalahan tim-tim Asia dan Afrika itu, media pun beramai-ramai menarik keseimpulan bahwa Piala Dunia Jerman tidak mengenal kejutan, dan tim-tim Asia dan Afrika hanya datang ke Jerman hanya untuk "make numbers".

Arena pertandingan sepak bola dunia memang tetap didominasi oleh kesebelasan negara-negara Eropa dan Amerika Selatan. Akan tetapi, kemajuan yang ditampilkan Afrika dan Asia tetap tidak boleh diabaikan. Jangan lupa, tim-tim yang menang dalam pertandingan melawan tim Afrika dan Asia kebanyakan adalah negara kuat sepak bola, antara lain, Argentina yang setara dengan juara bertahan Brasil, Italia yang tampil dengan formasi paling kuat dalam sejarah, Meksiko yang kerap kali menang melawan tim kelas satu dunia serta Australia yang dikepalai oleh Hindik yang legendaris.

Secara obyektif, tim-tim kuat seperti Argentina, tim orange Belanda, "Three Lions" England dan "tim Blue" Italia, semuanya menampilkan diri dengan taktik pengendalian tempo pertandingan yang lebih matang dan lebih masuk akal. Mereka kebanyakan mencetak kemenangan pertamanya dalam Piala Dunia Jerman dengan selisih satu gol, dan biarpun penampilannya tak patut dipuji-puji, akan tetapi keberhasilannya untuk memetik angka penuh benar-benar patut dihargai.

Sebagai tim tangguh di dunia, mereka memang mencapai kemenengan dalam dugaan, akan tetapi dalam pertandingan melawan tim-tim kuat itu, Afrika dan Asia pun menunjukkan kehebatannya sendiri, bahkan untuk sementara waktu tertentu, pihak Afrika dan Asia mampu menguasai inisiatif baik dalam ofensif maupun defensif, sehingga sangat menyulitkan lawannya. Tim-tim Asia dan Afrika kalah karena kekurangan pengalaman, psikologi yang matang, disiplin yang ketat serta nasib yang menguntungkan. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka pasti akan berkembang menjadi lebih kuat dan mampu menandingi tim-tim kuat Eropa dan Amerika.

Di satu pihak lain, tim-tim Asia dan Afrika yang bersemangat tinggi dalam pertandingan juga ikut mendorong Piala Dunia Jerman menjadi lebih tertarik. Dengan kehadirannya kejuaraan ini pun menjadi ajang peragaan gaya sepak bola yang berbeda-beda, dan dari aneka ragam gaya itulah penonton pun merasakan suasana riang gembira. Dan hanya dengan demikian, Piala Dunia baru dapat dikatakan sebagai "lengkap" dan "utuh". Piala Dunia Jerman baru saja dimulai. Masih terlalu awal untuk meramalkan nasib tim-tim Asia dan Afrika. Barangkali mereka dapat juga mendatangkan kegembiraan kepada kita setelah menyesuaikan diri dari kekalahan yang dialaminya semula. Siapa tahu. Mari kita tunggu bersama pertunjukan atau bahkan "kejutannya" pada putaran selanjutnya.