Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-06-21 10:35:06    
Paviliun Benda Berharga Kota Terlarang

cri

Museum Istana Kuno atau yang lebih dikenal dengan nama Kota Terlarang di Beijing adalah istana dinasti-dinasti Ming dan Qing, dua dinasti feodal terakhir di Tiongkok. Selain kelompok bangunan kuno yang megah, di sini terdapat jutaan benda budaya yang berharga, merupakan sebuah khazanah raksasa budaya Timur. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, saudara akan kami ajak mengunjungi Paviliun Benda Berharga yang merupakan sebuah bangunan khas di Kota Terlarang untuk menyaksikan benda-benda budaya yang dipamerkan di sana.

Paviliun Benda Berharga terletak di Istana Shouquan, bagian timur Kota Terlarang, merupakan kelompok bangunan istana yang dibangun Kaisar Qianlong, Dinasti Qing lebih 300 tahun lalu untuk melewatkan masa tuanya. Paviliun seluas 2.200 meter persegi itu terdiri dari 6 ruang pameran. Di sini dipamerkan 311 benda budaya pilihan koleksi Kota Terlarang. Kepala Bagian Alat dan Benda Kuno Kota Terlarang, Zhang Rong mengatakan, benda-benda budaya yang dipamerkan di sini sebagian terbesar tidak ada duanya sehingga harganya tak dapat dinilai dengan uang. Benda-benda itu dibuat di pabrik kerajaan atas titah kaisar dengan mendatangkan para tukang yang mahir dari seluruh negeri. Sejumlah di antaranya adalah upeti yang diserahkan pejabat daerah untuk kaisar. Benda-benda seni sangat indah yang terbuat dari emas, perak, jade atau giok, mutiara dan batu-batu permata itu mewakili taraf tertinggi teknologi Tiongkok pada waktu itu.

Banyak di antara benda-benda berharga itu adalah alat yang digunakan sehari-hari di istana, mencerminkan terhormat dan keindahan kehidupan kerajaan. Yang representatif di antaranya adalah cangkir jade putih bertutup dan beralas emas. Cangkir itu diukir dari sebuah jade putih tanpa cacat, berada dalam pelukan alas cangkir yang terbuat dari emas, laksana bunga teratai putih metah yang sedang mekar. Di paviliun itu terdapat banyak alat-alat jade sangat indah dan halus seperti itu. Jade yang indah itu berasal dari Hetian, Xinjiang, tempat penghasil jade yang paling terkenal di Tiongkok. Kata Zhang Rong,"Jenis jade Hetian yang paling bagus diambil dari air, maka tampak basah-basah halus, mutunya padat dan memancarkan cahaya lemak pada permukaannya. Benda seni dari jade itu tak ternilai harganya."

Alat-alat rumah tangga keluarga kaisar yang dipamerkan itu sangat luar biasa mutunya, perancangan sangat unik, teknik pembuatannya sangat bagus. Begitu unik bentuk sebuah cangkir terbuat dari batu akik yang dipamerkan di paviliun itu membuat terkesima orang yang menyaksikannya. Pegangan cangkir diukir menjadi seekor binatang kecil yang aneh, kedua cakar depannya diletakkan di pinggir cangkir, dan mulutnya mendekati cangkir seolah ingin meneguk minuman dalam cangkir, namun takut diketahui orang, sedang ekornya tertindih di bawah cangkir. Bentuk binatang kecil itu sangat hidup dan lucu.

Sebagian besar benda budaya dalam Paviliun Benda Berharga sulit ditelusuri asal usulnya karena sudah terlalu tua, namun sejumlah di antaranya dapat diketahui karena ada arsipnya, salah satu yang cukup terkenal adalah stempel tiga serangkai dari batu Tianhuang. Tianhuang adalah sejenis batu bahan yang dihasilkan Provinsi Fujian, warna kuning gelap, di dalamnya terdapat endapan putih yang terjadi secara alami. Di Tiongkok zaman kuno, batu Tianhuang lebih mahal harganya daripada emas, dan sampai sekarang pun tetap sangat mahal, satu gram berharga kira-kira 10.000 yuan atau sekitar 1.250 dolar Amerika. Stempel tiga serangkai itu adalah tiga buah stempel yang digandeng dengan rantai, stempel dan rantai terbuat dari sebuah batu Tianhuang utuh yang diukir. Konon, stempel tiga serangkai itu adalah salah satu dari lebih 1.000 stempel koleksi Kaisar Qianlong, Dinasti Qing yang paling disukainya. Kaisar terakhir Dinasti Qing, Puyi membawa stempel tiga serangkai itu ketika diusir dari istana. Sampai tahun 1950-an, Puyi menyumbangkan stempel itu kepada negara sehingga ia dapat disaksikan oleh masyarakat di paviliun tersebut.

Wanita dalam istana selalu menyimpan banyak misteri, dan benda-benda yang dipamerkan dalam paviliun itu menyediakan sejumlah bahan bagi Anda untuk membayangkan gaya dan kisah cinta wanita dalam istana kaisar Tiongkok pada zaman dulu. Di paviliun itu tesimpan sejumlah besar barang-barang yang pernah digunakan permaisuri dan selir istana kaisar Dinasti Qing, bahkan ada surat kawin yang diberikan oleh kaisar kepada selirnya. Pada surat kawin yang terbuat dari emas itu, kaisar dengan bahasa Manchu dan Han menuliskan berbagai aturan yang harus ditaati istri kaisar. Selain itu, terdapat pula perhiasan permaisuri dan selir, antara lain safir atau batu nilam dan mutiara yang terbesar simpanan Kota Terlarang, cincin bermata berlian seberat belasan karat dan mahkota permaisuri Dinasti Ming yang dihias dengan berbagai macam batu permata dan bulu burung yang indah. Setiap perhiasa yang dipamerkan di sini merupakan lambang status pemiliknya. Konon, anting-anting tiga mutiara hanya boleh dikenakan oleh permaisuri, sedang selir hanya diperkenankan mengenakan anting-anting bermutiara satu.

Dalam Paviliun Benda Berharga terdapat pula sebuah bangunan penting yang dinamakan Leshoutang, di mana Ibusuri Cixi pernah tinggal pada masa akhir Dinasti Qing. Bilik-bilik yang dihias dengan enamel dan lukisan warna-warni indah itu adalah tempat paling tenang dan nyaman dalam istana. Kini, Leshoutang digunakan untuk memamerkan sejumalh benda besar antara lain ukiran jade yang terbesar dalam istana seberat 5 ton dan tinggi 2 meter. Ukiran itu sudah lebih 200 tahun ditempatkan di sini. Bahan batu jade itu didatangkan dari Gunung Mileta, Xinjiang, Tiongkok barat laut. Setelah diangkut ke Beijing, batu jade itu diangkut lagi ke Kota Yangzhou, di Tiongkok selatan untuk diukir, setelah selesai diukir diangkut kembai ke Beijing. Proyek yang memakan waktu 10 tahun itu menghabiskan tanaga manusia dan uang yang tak ternilai. Petugas paviliun, Sun Liqiu mengatakan,"Konon, untuk mengangkut batu jade itu dari Xinjiang ke Beijing dibutuhkan waktu tiga tahun. Sepanjang jalan digali sumur-sumur dan air disiramkan ke jalan pada musim dingin supaya beku, kemudian batu jade raksasa itu ditarik di jalan es itu sampai Beijing. Kaisar Qianlong sangat gembira menyaksikan bahan jade itu dan memerintahkan untuk mengukir batu itu sesuai dengan gambar "Da Yu menaklukkan sungai". Pengukiran dilakukan di kota Yangzhou yang terkenal senir pahatnya. Batu jade diangkut ke Yangzhou melalui Kanal Besar dan pengukiran baru selesai dengan memakan waktu 6 tahun lebih."

Wisatawan Amerika, Travis Farnsworth mengatakan, ukiran jade itu adalah yang paling disukainya di antara benda-benda berharga yang dipamerkan dalam paviliun itu. Dikatakannya,"Ukiran yang sangat rumit itu sangat menarik. Saya suka dengan ukiran raksasa ini, ukiran sangat halus dan memperhatikan detail-detail, gambarnya juga sangat bagus."

Di halaman sudut timur laut Paviliun Benda Berharga ada sebuah sumur yang dinamakan Sumur Zhenfei, seorang selir yang paling dicintai Kaisar Guangxi, Dinasti Qing. Wanita muda yang berpikiran radikal itu meninggal dibenamkan di sumur itu pada tahun 1900 karena berseberangan pandangan politik dengan Ibusuri Cixi. Ia meninggal pada usia 24 tahun. Kini, setiap pengunjung paviliun tersebut akan melihat-lihat di pinggir sumur itu untuk mengenang wanita cantik yang malang itu.