Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-06-26 12:14:18    
Semangat Fair Play dan Piala Dunia Jerman

cri

Pertandingan perdelapan final antara Portugal dan tim orange Belanda di Piala Dunia yang berlangsung di Nuremburg, Jerman berakhir dengan Portugal menang 1:0, tapi hasil pertandingan itu hampir tidak berarti apa pun karena semangat fair play yang selamanya dipromosi Fifa sudah "mati " sama sekali dalam pertandingan yang berlangsung hampir 100 menit itu.

Bagi satu kesebelasan, bahkan bagi satu negara, hasil pertandingan mempunyai arti penting yang tak pelak lagi diragukan. Akan tetapi, hasil apapun akan kehilangan artinya apabila keadilan, toleransi dan pengertian yang tercantum dalam semangat fair play tidak lagi dijunjung oleh kesebelasan yang berpartisipasi dalam Piala Dunia.

Semangat Piala Dunia yang disingkat sebagai fair play "mati" dalam waktu sekejap mata. Pemain Portugal Ricardo Karvalho dalam suatu kali upaya pertahanan jatuh dan terluka, tapi pertandingan pun tidak terputus dengan temannya yang tidak ketahui kondisinya masih terus giat melakukan ofensif untuk membongkar pertahanan lawan. Melihat Karvalho yang terluka, si wasit dengan tegas memutuskan pertandingan agar Karvalho dapat dipapah ke luar lapangan untuk diobati. Setelah pertandingan dipulihkan, ternyata kapten Portual Fico tidak berniat untuk memperebutkan bola dengan mengira pemain lawan dari Belanda akan mengembalikan bola kepada Portugal. Akan tetapi, benar-benar di luar dugaan, Heitinga yang diturunkan oleh pelatih kepala Belanda, Marco van Basten sebagai subsititusi gagal mengembalikan bola kepada lawan atau menendangnya ke luar batasan, malah menggiring bola melancarkan ofensif. Semangat fair play itu justru mati saat itu.

Tak peduli apakah Belanda sedang unggul atau tertinggal daripada lawan, Heitinga seharusnya mengembalikan bola itu kepada lawan. Dan hanya dengan sikap itulah dapat semangat Piala Dunia dapat dipertahankan.

Aksi tolol Heitinga itu segera menjadi titik balik pertandingan antara Portugal dan Belanda. Sebelum kita melakukan pembahasan lebih lanjut tentang Heitinga, marilah kita memalingkan kepala kepada pelatih kepala Arsenal, Arsene Wenger yang melakukan dua kali aksi terpuji dalam keadaan yang serupa.

Dalam suatu pertandingan FA tahun 1999, bola ditendang ke luar line setelah seorang pemain Shefield United terluka di lapangan. Setelah pertandingan dipulihkan, pemain Arsenal Kanu tidak mengembalikan bola kepada lawan setelah pertandingan dipulihkan dan menggunakan kesempatan itu mengirim umpan kepada teman yang kemudian mencetak gol bagi Arsenal. Susai pertandingan, Wenger secara inisiatif mengajukan kepada FA supaya hasil pertandingan dianulir dan dilakukan pertandingan ulang. FA pun mengakui permintaan Wenger yang terpuji itu dan menjadwalkan kembali pertandingan antara kedua kesebelasan itu.

Dalam pertandingan "derby" antara Arsenal dan Totteham Hotspur yang lain lagi di Primiership pada musim tahun 06-07, Michael Carrick dari Tottenham melancarkan ofensif dengan menggirim bola ke depan setelah menyaksikan dua pemain Arsenal terjatuh dan terluka, akhirnya Tottenham menggetarkan gawang Arsenal dengan menggunakan kesempatan itu. Wenger dari Arsenal yang marah sekali melihat tindakan tak terpuji lawannya menolak berjabat tangan dengan pelatih kepala Tottenham Hotspur, dan mengecam tindakan pemain Tottenham itu sebagai tidak mengenal semangat fair play.

Dalam pertandingan antara Portugal dan Belanda, ada satu adegen yang amat mengharukan dan kontras. Setelah diberi kartu merah, Deco dari Portugal dan Van Bronckhorst dari Belanda duduk bahu-membahu dan bercakap-cakap ramah tamah, saat itu pemain dari kedua kesebelasan sedang bertarung tanpa mengenal semangat fair play. Dibandingan dengan pertarungan antara kedua kesebelasan itu, pertukaran ramah tamah antara kedua pemain yang turun lapangan itu lebih-lebih patut dihargai, dan lebih mengharukan.